dan campuran lainnya
Ok, langsung aja, dibawah ini adalah sepuluh kisah fiksi detektif (kecuali yang terakhir) yang berhubungan dengan racun dan kopi
1. Mysterious Affair at Style
Tentu saja ini yang pertama, Affair at Style adalah novel detektif debut perdana dari Agatha Christie dengan karakter utamanya Hercule Poirot.
Kasus kematian seorang wanita kaya-raya yang meninggal setelah minum kopi beracun dengan Strychnine.
Ok, ini nama zat asing yang jarang terdengar atau disorot media. Tapi sangat efektif untuk kasus ini.
Penyelidikan bergulir dan berputar-putar, hingga sang detektif menemukan fakta bahwa si pelaku melakukan pembunuhan demi mengambil harta korban.
Nama-nama bermunculan, sampai akhirnya mereka jatuh pada satu pelaku utama, pelaku sebenarnya yang merupakan suami muda dari si korban.
2. Curtain (Last Poirot Novel)
Aaaaaaaaaa... Menyebut novel ini gw ingin menjerit.
Curtain adalah novel terakhir dari Sang Detektif Hercule Poirot. Bisa dibilang salah satu novel terbaiknya.
Di sini Agatha menciptakan karakter penjahat yang beda dari penjahat-penjahat sebelumnya. Mereka menyebutnya si X atau Mr X.
Pembunuh berantai yang menghabisi para korbannya tanpa membunuhnya secara langsung.
Dia selalu menggunakan orang lain, perpanjangan tangan baginya untuk menghabisi sasarannya, dan selalu para perpanjangan tangan itu tidak menyadari bahwa dialah yang berada dibaliknya menarik benang.
Sama seperti Mysterious Affair at Style di Curtain juga terdapat satu kasus pembunuhan yang persis sama, racun di dalam secangkir kopi.
3. Strong Poison
Kalau yang ini dari Dorothy L. Sayers -salah satu penulis klasik yang bersaing dengan Agatha Christie.
Singkat cerita seorang wanita cantik Harriet bertemu kembali dengan mantan pacarnya -Boyes. Harriet menyajikan kopi dan secara mengejutkan si pacar meninggal setelah minum kopi tersebut
Setelah diselidiki ternyata kopi mengandung Arsenik.
Asli ini, gw suka gregetan mendengar dua nama zat ini, Arsenic dan Sianida. Mereka ntuh seperti dua artis top yang saling bersaing, selalu kasusnya kalau gak Arsenik iya Sianida, atau sebaliknya.
Harriet menjadi tersangka, namun kekasih barunya Sang Detektif Peter Wimsey percaya bahwa bukan Harriet pelakunya.
Sang Detektif melakukan penyelidikan sendiri, hingga cerita mencapai puncak dengan plot twist yang mengejutkan.
4. Dumb Witness
Yang ini kembali lagi ke Agatha Christie.
Kasus pembunuhan dengan korbannya adalah seorang wanita, motifnya juga nyaris sama masalah harta warisan.
Haduh, nggak bosan-bosannya Sang Ratu menulis cerita seperti itu.
Tapi bedanya kali ini dia tidak bermain dengan kopi, melainkan obat yang dicampur dengan fosfor.
Dan satu lagi dia menambahkan elemen supranatural yang bikin kasusnya makin greget.
5. And Then They Were None
Inilah salah satu novel paling terkenal dan paling legendaris dari Agatha Christie.
Kisah tentang sepuluh orang yang terjebak di sebuah pulau dan satu per satu orang mereka tewas secara misterius.
Di sini ada beberapa scene yang bermain dengan zat beracun.
Mulai dari kopi beracun hingga suntikan racun. dia menggunakan dua zat berbeda, Potasium Sianida pada kopi dan Chroral Hydrate pada obat tidur.
Ok membaca karya-karyanya Agatha Christie, dijamin meski lo nggak makan sianida, tapi lo bakal mabok sianida karena begitu banyak dia membahas tentang zat ini dalam karya-karyanya.
Satu judul lagi yaitu Sparkling Cyanide, tapi karena sudah terlalu banyak jadi yang itu nggak perlu gw bahas.
6 Salvation of Saint
Kali ini kita melompat jauh ke Jepang, ke tahun 2000an.
Salvation of Saint adalah karya International kedua dari Keigo Higashino setelah Devotion Suspect X atau yang kita kenal dengan nama Perfect Number.
Seperti halnya yang kita kenal dari budaya Jepang, bahwa 'kesempurnaan' adalah segalanya.
Novel ini bercerita tentang sepasang suami istri baik-baik namun berhadapan dengan krisis menuju perceraian.
Secara tiba-tiba sebelum perceraian terjadi si suami meninggal setelah minum kopi bersama pacar barunya.
Pemeriksaan dilakukan dan ternyata dia meninggal karena keracunan arsenik dari kopi yang dia minum.
Si pacar barunya yang berada di sana menjadi tersangka, namun jelas dia tidak memiliki motif yang kuat. Yang paling kuat motifnya justru si istri korban yang sayangnya berada di kota lain saat si suami meninggal. Permainan alibi khas detektif Jepang.
Tapi, bukan itu yang membuat novel ini mencengangkan, melainkan kesempurnaan dalam meracik kopi yang dipaparkan panjang oleh si penulis yang digabungkan dengan gaya inverted detective story-nya, sesuatu yang khas dari Higashino Sensei.
7. The Pale Horse
Kembali ke Agatha Christie lagi, tapi kali ini dia menggunakan racun yang berbeda.
Racun yang lebih kreatif dan tidak umum, dia menyebutnya Thalium. Seorang pendeta meninggal secara misterius lalu kemudian ditambahkan unsur supranatural.
Banyak pakar yang menyebut novel ini sebagai novel yang paling disesali Agatha Christie, karena dia membawa nama racun ini, serta detailnya ke permukaan.
Sesuatu yang harusnya tidak diketahui orang banyak namun dengan sengaja dia sebarkan.
8. Devil Foot Root
Rasanya kurang greget jika tidak membahas racun dalam detektif fiksi tanpa membahas kisah-kisah Holmes. Di sini racunnya bukan sianida, arsenik, potasium, ataupun strychinne, melainkan kaki iblis. Tumbuhan akar-akaran beracun yang berasal dari Afrika.
Singkat cerita seorang laki-laki menemukan saudara perempuannya meninggal dan kedua saudara lainnya menjadi gila dengan tertawa tanpa henti. Si Laki-laki bercerita bahwa dia baru saja meninggalkan mereka sebentar untuk keluar, tapi saat dia kembali kejadian sudah begitu parah.
Sang detektif menyelidiki segala sesuatu yang ada di ruangan detail, hingga dia sampai ke satu kesimpulan bahwa mereka meninggal oleh racun baru yang tidak dia ketahui. Belakangan dengan bantuan seorang ahli, sang detektif menemukan bahwa racun tersebut bernama Devil Foot yaitu akar-akaran khas Afrika yang sengaja ditinggalkan pelaku di lampu minyak.
Asap dari pembakaran akar-akaran tersebut sangat berbahaya dan menyebabkan kematian korban pertama. Cerita bergulir hingga kemudian muncul korban lain yang ternyata adalah pelaku sesungguhnya dari kasus Devil Foot.
9. Dying Detective
Yang ini lebih ribet lagi, kasusnya bukan sekedar racun, namun wabah yang menular.
Di sini Holmes diracun dengan senjata biologis, sesuatu yang membuatnya nyaris sekarat dan harus mengkarantina dirinya sendiri agar rekannya, Watson tetap selamat.
Banyak pemganat yang bilang, kasus Dying Detective adalah kasus yang paling dramatis dari seluruh kisah Holmes. Di sini Sang Detektif nyaris putusasa, benar-benar nyaris tewas, namun dibalik itu dia terus berusaha untuk mengungkap kasusnya.
Senjata biologis dari musuhnya berada di dalam kotak surat, yang bilamana dibuka mana penyakit itu akan menjangkiti orang yang menyentuh, seperti teror surat dengan virus antrax yang pernah terjadi beberapa tahun.
Di sini senjata biologisnya disebut Tapanuli Fever (Walah, Tapanuli kan berada di Indonesia) aka. Meliodosis, detailnya bisa anda baca di wikipedia.
10. The Imitation Games
Ok, yang terakhir ini bukan novel detektif., tapi menurut saya kasus ini sangat patut untuk dipelajari.
Imitation Games dimulai dengan para polisi yang sibuk memeriksa bekas perampokan di rumah Alan Turing.
Lalu si detektif yang berwenang bertemu dengan Alan yang sibuk membersihkan kristal garam yang berserakan di lantai. Si detektif terus memanggil Alan namun dia terlalu sibuk dan begitu berkonsentrasi dengan debu kristalnya.
Hingga kemudian si detektif mendekat dan Alan berteriak "Mundur, kalau tidak kau akan meninggalkan anakmu menjadi yatim untuk selamanya." Dia berteriak lagi. "Ini adalah sianida, satu cuil lebih dari cukup untuk membunuh kalian semua yang ada di sini."
Faktanya yang dilakukan Alan adalah sedang membereskan satu toples sianida, SATU TOPLES. Gw membayangkan jika Pak Indra main di dalam film ini, betapa dia akan menjerit. Karena 15 gram aja hebohnya minta ampun apalagi satu toples, BISA gila dia.
Kenapa gw bahas Alan Turing aka. Imitation Games di sini?
Alasannya simple, karena dia lebih bergaya seperti Sherlock Holmes (Benedict Cumberbatch) dibanding dengan seorang ilmuwan matematik yang kontroversial.
Tentang detail Sandi Enigma, Hmm, rasanya tidak perlu saya bahas di sini, karena JELAS akan sangat panjang. Yang pasti akhir cerita dari Alan Turing itulah yang patut untuk dicermati "Misteri Kematian dari segigit Apel Sianida"
Apakah dia benar-benar bunuh diri ataukah ada sebab lain yang membuatnya meninggal dengan Sianida? Ini layak dipertanyakan karena tidak ada saksi yang melihat dia di sana disaat memakan apel tersebut.
. . .
Ilustrasi dari minimoka.es
Sunday, January 31, 2016
Saturday, January 30, 2016
Kopi dan Agatha Christie
By Ftrohx
Siang tadi gw membuka file-file lama, dan gw kembali bertemu dengan Mysterious Affair at Style dari Agatha Christie. Meski dia sangat jenius, tapi asli gw bukan penggemarnya, ada banyak yang gw kritisi terutama tentang motif dari para penjahat. Selalu berulang yaitu pembunuhan dengan motif harta warisan, dan kadang gw ngelihat dia seperti sinetron-sinetron lama. Namun meski begitu ada beberapa karyanya yang sangat gw apresiasi terutama novel yang gw bicarakan ini.
Mysterious Affair at Style berkisah tentang seorang wanita kaya-raya yang meninggal setelah minum kopi, uh klasik. Wanita kaya-raya yang baru saja menikah dengan seorang lelaki muda yang tampan nan eksentrik. Si wanita juga memiliki dua orang anak yang otomatis mendapatkan warisannya setelah Ibunya meninggal, begitupula dengan suami mudanya yang juga akan mendapatkan warisan.
Belakangan diketahui bahwa kematian si wanita adalah pembunuhan berencana dengan memasuk racun ke kopi korban. Dan jelas siapapun pelaku adalah orang yang memiliki motif untuk mendapatkan warisannya.
Kedua anaknya menjadi tersangka utama dengan bukti dan bukti yang terus bermunculan. Namun kemudian sang detektif Hercule Poiriot membaliknya, bahwa sang anak tidak bersalah yang justru bersalah adalah si suami muda dari nyonya tersebut. Tentu saja, motif klasik masalah harta warisan.
Ok, Agatha Christie memang jenius, dia membuat 70 novel dalam kurun waktu 20 tahun. Tapi asli dia bukan penulis favorit gw, ada banyak yang gw kritisi dari karya-karyanya. Namun gw membahas ini karena kasus yang terjadi di Jakarta dua minggu belakangan ini persis dengan apa yang terjadi di novel Agatha Christie
Seorang wanita kaya bernama Wayan Mirna yang baru saja menikah ditemukan meninggal setelah meminum kopi. Kesamaannya jelas, korban sama-sama wanita, sama-sama orang kaya, sama-sama baru menikah, dan sama-sama meninggal karena minum kopi.
Sebenarnya banyak spekulasi berputar di kepala gw tapi gw rasa hal itu nggak perlu gw tulis di sini.
Yang ingin gw sampaikan adalah pembunuhan dengan racun adalah pembunuhan paling-paling menyebalkan yang pernah gw kenal dalam seluruh sejarah kasus kriminal. Dan yang lebih menyebalkan lagi tentu saja Agatha Christie sangat menyukai kopi dan zat beracun
Terbukti dari begitu banyak novel kriminal yang dia tulis mengambil tema ini pembunuhan dengan kopi beracun (detailnya akan saya bahas di artikel berikutnya.) Kebetulan pula Agatha sebelumnya pernah bekerja sebagai perawat semasa perang dunia pertama. Kebetulan karena pekerjaan dia jadi mengenai begitu banyak zat kimia, obat-obatan, dan tentu saja zat beracun -dia sangat analitik untuk bidang.
Bicara tentang kasus yang terjadi belakangan ini, asli gw penasaran, apa pelakunya itu penikmat novel Agatha Christie atau karya detektif klasik lainnya, sampai-sampai dia menggunakan teknik seperti ini untuk membunuh korbannya? Entahlah, ini patut dipertanyaankan sekaligus diselidiki oleh pihak berwenang.
Kembali bicara, bukan hanya metodenya, tapi yang sangat-sangat bikin penasaran adalah latar belakangnya. Bagaimana mungkin seseorang bisa pura-pura baik lalu memasukan racun ke dalam kopi korban. Seperti apa karakternya? Seperti apa psikologi pelaku? Kenapa dia sejahat itu melakukannya?
Ini yang juga gw pertanyaankan.
Seseorang dengan karakter yang super-duper licik, yang merasa begitu yakin dapat lolos dari hukum.
Tadi pagi seorang (yang mengaku) pakar forensik bilang bahwa pembunuhan seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang berada jauh dari korban? Lah menurut gw sebaliknya, pemberian racun hanya dan hanya bisa dilakukan orang yang berada di dekat korban yang bisa menjangkau makanan atau minuman korban. Kecuali jika lo menggunakan sniper itu baru bisa disebut pembunuhan jarak jauh.
Seperti yang kita baca dalam sejarah, baik fiksi maupun kejadian nyata, pembunuhan dengan racun selalu dan selalu dilakukan oleh orang yang berada di dekat korban. Lalu kemudian si pelaku dengan begitu berani (setelah eksekusi) percaya bahwa dia bisa lolos dari hukum. Dengan alasan tidak ada satu pun saksi yang melihat dia menaruh racun di minuman atau makanan korban.
Dan kembali lagi polanya selalu sama, eksekusi dilakukan di tempat umum, di tempat yang dilihat banyak orang. Tentu saja dengan motif ingin membuat alibi. "Banyak orang kok yang ada di sana," atau "Masa orang sebanyak itu tidak melihat saya?" Berada di tengah banyak orang, berada di banyak sorot mata, namun tidak ada yang melihatnya. Selama si pelaku kuat untuk menahan kebenaran, maka tak ada satupun jaksa atau pembuktian yang bisa membuktikan dia bersalah. Kecuali jika mereka buat trik penjebakan atau pembuktian yang sangat kuat, terutama tentang motif.
Studi kasus penyelesaian konklusi di Mysterious Affair at Style, motifnya adalah untuk mengambil harta warisan si Nyonya Besar. Pertanyaannya bagaimana membuktikannya? Tak ada yang melihat dia menaruh racun di cangkir kopi korban, dan tak ada pelacakan darimana racun itu berasal. Tapi bodohnya, si pelaku meninggalkan satu pesan di kertas, pesan yang sangat jelas untuk mengeksekusi korban, dan faktanya dia tidak bisa mengelak dengan tulisan yang jelas tulis si pelaku sendiri.
Tapi untuk kasus yang terjadi di Jakarta sekarang. Polisi harus bekerja ekstra keras, karena saya yakin si pelaku tidak meninggalkan pesan pembunuhannya di atas kertas. Karena jaman sekarang semua sudah guna'in handphone, dan sebuah pesan elektronik dengan mudah bisa dihapus.
Terakhir yang bikin saya gregetan adalah masalah MOTIF. Sampai saat ini masih buram apa motifnya.
Jikalaupun muncul banyak saksi, kebanyakan saksi tidak terekspose apa masalalu (hubungan ataupun konfliknya) dengan korban, dan itu membuat buram apa motif pembunuhannya.
Sekarangpun situasi makin keruh dengan banyak pengamat politik, pengacara, ahli forensik, wartawan dan lain sebagainya yang bicara ini itu, berspekulasi, berhipotesa dan berkomentar panjang lebar yang sebenarnya melanggar etika sebagai seorang ahli.
Di keadaan yang absurd ini, menemukan motif pelaku (kenapa dia melakukan aksi pembunuhannya) menurut saya adalah hal yang sangat krusial. Karena dengan mengetahui motifnya, dengan tahu apa yang melatar belakangi pembunuhan, maka para penyelidik bisa melakukan rekonstruksi ulang dari buntut hingga ke kepala si pelaku.
. . .
Ilustrasi, cangkir kopi dari owtop.blogspot.com
Siang tadi gw membuka file-file lama, dan gw kembali bertemu dengan Mysterious Affair at Style dari Agatha Christie. Meski dia sangat jenius, tapi asli gw bukan penggemarnya, ada banyak yang gw kritisi terutama tentang motif dari para penjahat. Selalu berulang yaitu pembunuhan dengan motif harta warisan, dan kadang gw ngelihat dia seperti sinetron-sinetron lama. Namun meski begitu ada beberapa karyanya yang sangat gw apresiasi terutama novel yang gw bicarakan ini.
Mysterious Affair at Style berkisah tentang seorang wanita kaya-raya yang meninggal setelah minum kopi, uh klasik. Wanita kaya-raya yang baru saja menikah dengan seorang lelaki muda yang tampan nan eksentrik. Si wanita juga memiliki dua orang anak yang otomatis mendapatkan warisannya setelah Ibunya meninggal, begitupula dengan suami mudanya yang juga akan mendapatkan warisan.
Belakangan diketahui bahwa kematian si wanita adalah pembunuhan berencana dengan memasuk racun ke kopi korban. Dan jelas siapapun pelaku adalah orang yang memiliki motif untuk mendapatkan warisannya.
Kedua anaknya menjadi tersangka utama dengan bukti dan bukti yang terus bermunculan. Namun kemudian sang detektif Hercule Poiriot membaliknya, bahwa sang anak tidak bersalah yang justru bersalah adalah si suami muda dari nyonya tersebut. Tentu saja, motif klasik masalah harta warisan.
Ok, Agatha Christie memang jenius, dia membuat 70 novel dalam kurun waktu 20 tahun. Tapi asli dia bukan penulis favorit gw, ada banyak yang gw kritisi dari karya-karyanya. Namun gw membahas ini karena kasus yang terjadi di Jakarta dua minggu belakangan ini persis dengan apa yang terjadi di novel Agatha Christie
Seorang wanita kaya bernama Wayan Mirna yang baru saja menikah ditemukan meninggal setelah meminum kopi. Kesamaannya jelas, korban sama-sama wanita, sama-sama orang kaya, sama-sama baru menikah, dan sama-sama meninggal karena minum kopi.
Sebenarnya banyak spekulasi berputar di kepala gw tapi gw rasa hal itu nggak perlu gw tulis di sini.
Yang ingin gw sampaikan adalah pembunuhan dengan racun adalah pembunuhan paling-paling menyebalkan yang pernah gw kenal dalam seluruh sejarah kasus kriminal. Dan yang lebih menyebalkan lagi tentu saja Agatha Christie sangat menyukai kopi dan zat beracun
Terbukti dari begitu banyak novel kriminal yang dia tulis mengambil tema ini pembunuhan dengan kopi beracun (detailnya akan saya bahas di artikel berikutnya.) Kebetulan pula Agatha sebelumnya pernah bekerja sebagai perawat semasa perang dunia pertama. Kebetulan karena pekerjaan dia jadi mengenai begitu banyak zat kimia, obat-obatan, dan tentu saja zat beracun -dia sangat analitik untuk bidang.
Bicara tentang kasus yang terjadi belakangan ini, asli gw penasaran, apa pelakunya itu penikmat novel Agatha Christie atau karya detektif klasik lainnya, sampai-sampai dia menggunakan teknik seperti ini untuk membunuh korbannya? Entahlah, ini patut dipertanyaankan sekaligus diselidiki oleh pihak berwenang.
Kembali bicara, bukan hanya metodenya, tapi yang sangat-sangat bikin penasaran adalah latar belakangnya. Bagaimana mungkin seseorang bisa pura-pura baik lalu memasukan racun ke dalam kopi korban. Seperti apa karakternya? Seperti apa psikologi pelaku? Kenapa dia sejahat itu melakukannya?
Ini yang juga gw pertanyaankan.
Seseorang dengan karakter yang super-duper licik, yang merasa begitu yakin dapat lolos dari hukum.
Tadi pagi seorang (yang mengaku) pakar forensik bilang bahwa pembunuhan seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang berada jauh dari korban? Lah menurut gw sebaliknya, pemberian racun hanya dan hanya bisa dilakukan orang yang berada di dekat korban yang bisa menjangkau makanan atau minuman korban. Kecuali jika lo menggunakan sniper itu baru bisa disebut pembunuhan jarak jauh.
Seperti yang kita baca dalam sejarah, baik fiksi maupun kejadian nyata, pembunuhan dengan racun selalu dan selalu dilakukan oleh orang yang berada di dekat korban. Lalu kemudian si pelaku dengan begitu berani (setelah eksekusi) percaya bahwa dia bisa lolos dari hukum. Dengan alasan tidak ada satu pun saksi yang melihat dia menaruh racun di minuman atau makanan korban.
Dan kembali lagi polanya selalu sama, eksekusi dilakukan di tempat umum, di tempat yang dilihat banyak orang. Tentu saja dengan motif ingin membuat alibi. "Banyak orang kok yang ada di sana," atau "Masa orang sebanyak itu tidak melihat saya?" Berada di tengah banyak orang, berada di banyak sorot mata, namun tidak ada yang melihatnya. Selama si pelaku kuat untuk menahan kebenaran, maka tak ada satupun jaksa atau pembuktian yang bisa membuktikan dia bersalah. Kecuali jika mereka buat trik penjebakan atau pembuktian yang sangat kuat, terutama tentang motif.
Studi kasus penyelesaian konklusi di Mysterious Affair at Style, motifnya adalah untuk mengambil harta warisan si Nyonya Besar. Pertanyaannya bagaimana membuktikannya? Tak ada yang melihat dia menaruh racun di cangkir kopi korban, dan tak ada pelacakan darimana racun itu berasal. Tapi bodohnya, si pelaku meninggalkan satu pesan di kertas, pesan yang sangat jelas untuk mengeksekusi korban, dan faktanya dia tidak bisa mengelak dengan tulisan yang jelas tulis si pelaku sendiri.
Tapi untuk kasus yang terjadi di Jakarta sekarang. Polisi harus bekerja ekstra keras, karena saya yakin si pelaku tidak meninggalkan pesan pembunuhannya di atas kertas. Karena jaman sekarang semua sudah guna'in handphone, dan sebuah pesan elektronik dengan mudah bisa dihapus.
Terakhir yang bikin saya gregetan adalah masalah MOTIF. Sampai saat ini masih buram apa motifnya.
Jikalaupun muncul banyak saksi, kebanyakan saksi tidak terekspose apa masalalu (hubungan ataupun konfliknya) dengan korban, dan itu membuat buram apa motif pembunuhannya.
Sekarangpun situasi makin keruh dengan banyak pengamat politik, pengacara, ahli forensik, wartawan dan lain sebagainya yang bicara ini itu, berspekulasi, berhipotesa dan berkomentar panjang lebar yang sebenarnya melanggar etika sebagai seorang ahli.
Di keadaan yang absurd ini, menemukan motif pelaku (kenapa dia melakukan aksi pembunuhannya) menurut saya adalah hal yang sangat krusial. Karena dengan mengetahui motifnya, dengan tahu apa yang melatar belakangi pembunuhan, maka para penyelidik bisa melakukan rekonstruksi ulang dari buntut hingga ke kepala si pelaku.
. . .
Ilustrasi, cangkir kopi dari owtop.blogspot.com
Saturday, January 2, 2016
Film 3 Alif Lam Mim
Review n sinopsis
[tulisan dibawah ini mengandung banyak spoiler]
Asli gw SEWOT ketika ada orang di luar Genk gw yang menulis cerita seperti ini.
Jujur gw bukan penggemarnya Anggy Umbara, gw lebih pilih Gareth Evans, The Raid, Iko Uwais, Kang Yayan dan timnya daripada Anggy. Tapi untuk yang satu ini, asli, orang ini bikin gw gregetan.
Singkatnya masa depan 2026 Indonesia menjadi negara liberal dimana umat muslim / Islam menjadi golongan minoritas.
Sama seperti masa-masa sebelumnya pemerintah menjadi sangat represif. Mereka begitu paranoid dengan apapun yang berbau Islam. Dan Indonesia pada saat itu sudah begitu asing, seolah Indonesia adalah koloni dari Amerika.
Bagian-bagian awal, asli begitu menyebalkan, Anggy berhasil membuat penonton muslim seperti gw nyaris putusasa.
"Nggak ada harapan di masa depan," seolah itu yang ingin dia katakan di bab-bab awal, apalagi dengan karakter Alif-nya (Cornelius Sunny) yang sangat opresif, atau bisa gw bilang ibarat versi jahat dari Iko Uwais. Prajurit yang sangat opresif, layaknya Saito dengan motto "AKU RYUKU ZAN" Lihat kejahatan langsung tebas.
Lebih dari itu, Alif sangat menyebalkan, sepanjang bagian awal film dia terus marah dan ngotot doank. Tapi mulai masuk bagian tengah dimana muncul Lam (Abimana Arasatya) Alif mulai punya sebuah cerita romansa yang sayangnya berakhir getir.
Dikisahkan Alif memiliki seorang kekasih yaitu Laras (Prisia Nasution) si cewek misterius yang entah dia berpihak untuk siapa. Laras bekerja di sebuah kafe, dan pada suatu sore, Alif datang ke sana.
Layaknya hari-hari biasa namun kali itu Alif melihat tiga orang yang mengenakan gamis, Alif menyuruh mereka pergi, namun salah satu dari mereka meninggalkan tasnya dan tiba-tiba "BOOM!!" tempat itu meledak. Kekasihnya meninggal dan semua harapannya hancur.
Alif menjadi begitu benci dengan apapun yang berbau Islam, dan dia akan menghajar habis-habisan ketika ada orang Islam yang melakukan tindak kriminal. Lalu dia mendapatkan info bahwa terjadi ledakan di satu distrik yang katanya di dalangi oleh Kyai dari Pondok Pesantren Al-Ikhlas, pesantren yang juga merupakan almamaternya. Namun tanpa ragu, Alif langsung menyerbu pesantren itu.
Di sini Alif bertemu dengan sahabat kecilnya yaitu Mim (Agus Kuncoro) dan terjadilah pertarungan habis-habisan.
Tadinya gw berpikir filmnya sudah mencapai puncak di sini, di saat Sang Kyai tertangkap, namun gw salah, cerita film ini lebih panjang daripada itu.
Selanjutnya Alif bertemu dengan Lam, sahabat lamanya yang sekarang bekerja sebagai jurnalis. Di sini terungkap bahwa info tentang pengeboman itu bukan dari tulisannya Lam, si sahabat mengaku bahwa ada orang yang meng-hack komputernya.
Selain itu Lam juga memperingatkan Alif untuk berhati-hati dengan Laras, dan Lam bilang bahwa ceweknya itu masih hidup. Dia pun memberi Alif flashdisk yang berisi rekaman CCTV saat terjadi ledakan di kafe tempat Laras bekerja.
Di luar dugaan justru ledakan itu dibuat oleh para polisi juga, dan ada wajah Sang Kolonel di sana.
Ok, kita analisa bagian yang ini dahulu, di sini gw ngelihat Anggy Umbara mencoba untuk memutarbalikkan kebenaran. Kebetulan pas gw nonton ini, gw juga sambil nonton film Total Recall di TransTV (jadi iya sedikit gonta-ganti channel)
Gw melihat Anggy melakukan hal itu, dia mengubah bahwa para teroris, para pemberontak ini justru adalah orang yang benar. Sementara Pemerintahan yang Tirani adalah pihak yang salah, dan mereka dengan segala keterbatasannya harus mengalahkan pihak yang salah tersebut.
Di bagian kedua ini Alif mulai sadar, dan dia tahu dimana dia harus berpihak Di sini, gw melihat semua mulai menjadi normal seolah bukan lagi dunia Dystopia melainkan kehidupan Jakarta sekarang.
Kejutan-kejutan pun terjadi, secara tiba-tiba Lam diserang oleh para polisi di kantornya sendiri. Namun Lam tidak tinggal diam, dia melakukan serangan balik, dia balik menghajar para polisi dengan teknik pencak silatnya.
Di sini gw melihat panggung mulai berubah, kita tahu sejak awal karakter utamanya adalah Alif (Sunny) namun saat masuk ke sini justru panggung dikuasai oleh Abimana-Alif. Asli, kali ini gw melihat Abimana all-out atau bisa dibilang ini adalah film terbaiknya Abimana, jika dibanding dengan film-film lainnya.
Dibanding dengan kedua sahabatnya Alif dan Mim, Lam dia bukan hanya petarung, dia juga ahli strategi, dan dialah yang memimpin penyelidikan kasus pengeboman di kafe Laras. Yang kemudian membawa mereka ke Kolonel Mason.
Ok, di sini gw sedikit mengkritik, jujur gw terganggu dengan beberapa karakter terutama Sunny, Laras, dan Tanta Ginting yang ngomong pakai bahasa Inggris ala jaman MTV itu.
Asli nggak banget, mungkin jika Tsugaeda atau Fandi Sido yang ngelihat ini mereka pasti juga akan SEWOT seperti gw.
Juga nama-nama karakternya yang bisa kita tebak menjelaskan maksud dari Anggy Umbara, Kolonel Mason? What the...? Mungkin Anggy ingin menyatakan bahwa "Hei, gw juga penggemar teori konspirasi loh."
Oh iya satu lagi, seperti yang kita semua tahu, tidak ada pangkat Kolonel di Kepolisian sejak thn 2001. Yah, begitulah Indonesian.
Lanjut, sampai dimana tadi, oh iya Abimana aka LAM.
Setelah berhasil mengalahkan para penyerangnya, Abimana menemukan lokasi dimana orang yang menghack komputer n membuka enkripsi rekaman CCTV itu berada, yang ternyata adalah alamat rumahnya sendiri. Lam langsung sadar bahwa hackernya adalah anaknya dan langsung panik menuju rumah. Sayangnya, sesampainya di rumah, tempat itu sudah berantakan, dan Lam menemukan istri dan anaknya tergeletak. Si Istri sudah tak bernyawa, sementara anaknya masih hidup. Alif pun juga sampai di sana, si sahabat menyarankan agar Lam membawa anaknya ke rumah sakit, namun dia justru memutuskan untuk kembali ke pesantren.
Yang secara mengejutkan pesantren Al-Ikhlas sudah jadi markas (pemberontak) tersendiri, lengkap dengan unit gawat darurat. Di sana Alif bertemu dengan rekannya si Donny Alamsyah -seorang prajurit yang tangguh dan keras kepala, namun di sana Donny sudah berubah, dia mulai belajar mana yang benar dan mana yang salah.
Ok, sampai di sini gw merasa film ini kayak versi terbalik dari Body of Lies, bukan-bukan, kayak Body of Lies dicampur dengan 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Atau secara filosofi, ini seperti film Religi-nya Habiburahman dikawinkan dengan The Raid-nya Gareth Evans ditambah dengan produser ala jaman MTV Indonesia.
Nah loh, bingung kan loe?
Sebenarnya bagus, cuma ada beberapa eksekusi aja yang aneh.
Ok lanjut, bagian akhir. Di sini semua berjalan dengan cepat, adegan demi adegan, layar demi layar, subplot demi subplot semua penuh berisi.
Paginya ada press conference dari Pak Kyai tentang apa yang terjadi saat pengeboman itu, Pak Kyai mengaku bahwa itu bukan ajaran-nya, bahwa yang melakukan tindak kejahatan itu bagian dari kelompoknya, Mim pun ada di sana di kantor kepolisian untuk menjaga Pak Kyai, yang secara mengejutkan kantor itu diserang oleh ledakan bom bunuh diri.
Sementara itu Lam dan Alif memiliki rencana sendiri, mereka bekerja sama untuk membongkar kasus peledakan, dan paginya Alif dijemput oleh Tanta Ginting ke pertemuan dengan Kolonel di restoran favoritnya.
Yang secara mengejutkan si Kolonel mengaku sebagai dalang peledakan tersebut, dia ikut dalam sebuah organisasi rahasia bernama 'persaudaraan' yang mengatur keseimbangan dunia. Lalu secara mengejutkan Tanta Ginting mengaku sebagai orang yang mengatur Sang Kolonel. Asli karakter Tanta Ginting sangat menyebalkan, jauh lebih menyebalkan daripada Arifin Putra di The Raid: Berandal.
Dengan mimik wajahnya, dengan gayanya, dan yang paling menyebalkan lagi dengan bahasa Inggris-nya. Tanta Ginting sukses jadi karakter yang lebih gw benci daripada si penyanyi infotaiment 2015 itu. Syukurnya di akhir cerita Alif (Sunny) berhasil matahin leher si Ginting itu.
Di tempat lain, Mim kembali bertemu dengan gurunya yaitu Cecep Arif Rahman (Assassins dari The Raid 2 itu)
Bertarung melawan gurunya, Mim benar-benar kewalahan, lalu di saat-saat genting itu muncul Lam yang membantunya menghajar si Assassins. Pertarungan sengit dibawah hujan plus dengan adegan lambat ala The Matrix, sayang sekali trik seperti itu menurut gw kurang tepat untuk zaman sekarang, mungkin jika film ini dibuat sepuluh tahun yang lalu trik itu pasti berhasil dan film ini jadi legenda di Indonesia.
Sayangnya, film ini keluarnya tahun 2015 akhir.
Konklusi: film 3 Alif Lam Mim ini gw kasih point 78 skala 100
Bisa dibilang ini adalah film terbaiknya Anggy Umbara dan Abimana Satya yang pernah gw tonton. Kenapa nggak dibulatkan saja jadi 80, iya alasannya karena gw agak kurang sreg dengan beberapa karakter yang berdialog bahasa Inggris itu.
Nb: film ini pertama kali tayang di bioskop pada pertengahan September 2015, kemudian tayang di televisi perdana pada kemarin 31 Desember 2015
Yang berarti dia cuma nongol sebentar di bioskop lalu masuk TV, hmm, sungguh disayangkan.
. . .
Ilustrasi, sumber neighbourlist.com
[tulisan dibawah ini mengandung banyak spoiler]
Asli gw SEWOT ketika ada orang di luar Genk gw yang menulis cerita seperti ini.
Jujur gw bukan penggemarnya Anggy Umbara, gw lebih pilih Gareth Evans, The Raid, Iko Uwais, Kang Yayan dan timnya daripada Anggy. Tapi untuk yang satu ini, asli, orang ini bikin gw gregetan.
Sama seperti masa-masa sebelumnya pemerintah menjadi sangat represif. Mereka begitu paranoid dengan apapun yang berbau Islam. Dan Indonesia pada saat itu sudah begitu asing, seolah Indonesia adalah koloni dari Amerika.
Bagian-bagian awal, asli begitu menyebalkan, Anggy berhasil membuat penonton muslim seperti gw nyaris putusasa.
"Nggak ada harapan di masa depan," seolah itu yang ingin dia katakan di bab-bab awal, apalagi dengan karakter Alif-nya (Cornelius Sunny) yang sangat opresif, atau bisa gw bilang ibarat versi jahat dari Iko Uwais. Prajurit yang sangat opresif, layaknya Saito dengan motto "AKU RYUKU ZAN" Lihat kejahatan langsung tebas.
Lebih dari itu, Alif sangat menyebalkan, sepanjang bagian awal film dia terus marah dan ngotot doank. Tapi mulai masuk bagian tengah dimana muncul Lam (Abimana Arasatya) Alif mulai punya sebuah cerita romansa yang sayangnya berakhir getir.
Dikisahkan Alif memiliki seorang kekasih yaitu Laras (Prisia Nasution) si cewek misterius yang entah dia berpihak untuk siapa. Laras bekerja di sebuah kafe, dan pada suatu sore, Alif datang ke sana.
Layaknya hari-hari biasa namun kali itu Alif melihat tiga orang yang mengenakan gamis, Alif menyuruh mereka pergi, namun salah satu dari mereka meninggalkan tasnya dan tiba-tiba "BOOM!!" tempat itu meledak. Kekasihnya meninggal dan semua harapannya hancur.
Alif menjadi begitu benci dengan apapun yang berbau Islam, dan dia akan menghajar habis-habisan ketika ada orang Islam yang melakukan tindak kriminal. Lalu dia mendapatkan info bahwa terjadi ledakan di satu distrik yang katanya di dalangi oleh Kyai dari Pondok Pesantren Al-Ikhlas, pesantren yang juga merupakan almamaternya. Namun tanpa ragu, Alif langsung menyerbu pesantren itu.
Di sini Alif bertemu dengan sahabat kecilnya yaitu Mim (Agus Kuncoro) dan terjadilah pertarungan habis-habisan.
Tadinya gw berpikir filmnya sudah mencapai puncak di sini, di saat Sang Kyai tertangkap, namun gw salah, cerita film ini lebih panjang daripada itu.
Selanjutnya Alif bertemu dengan Lam, sahabat lamanya yang sekarang bekerja sebagai jurnalis. Di sini terungkap bahwa info tentang pengeboman itu bukan dari tulisannya Lam, si sahabat mengaku bahwa ada orang yang meng-hack komputernya.
Selain itu Lam juga memperingatkan Alif untuk berhati-hati dengan Laras, dan Lam bilang bahwa ceweknya itu masih hidup. Dia pun memberi Alif flashdisk yang berisi rekaman CCTV saat terjadi ledakan di kafe tempat Laras bekerja.
Di luar dugaan justru ledakan itu dibuat oleh para polisi juga, dan ada wajah Sang Kolonel di sana.
Ok, kita analisa bagian yang ini dahulu, di sini gw ngelihat Anggy Umbara mencoba untuk memutarbalikkan kebenaran. Kebetulan pas gw nonton ini, gw juga sambil nonton film Total Recall di TransTV (jadi iya sedikit gonta-ganti channel)
Gw melihat Anggy melakukan hal itu, dia mengubah bahwa para teroris, para pemberontak ini justru adalah orang yang benar. Sementara Pemerintahan yang Tirani adalah pihak yang salah, dan mereka dengan segala keterbatasannya harus mengalahkan pihak yang salah tersebut.
Di bagian kedua ini Alif mulai sadar, dan dia tahu dimana dia harus berpihak Di sini, gw melihat semua mulai menjadi normal seolah bukan lagi dunia Dystopia melainkan kehidupan Jakarta sekarang.
Kejutan-kejutan pun terjadi, secara tiba-tiba Lam diserang oleh para polisi di kantornya sendiri. Namun Lam tidak tinggal diam, dia melakukan serangan balik, dia balik menghajar para polisi dengan teknik pencak silatnya.
Di sini gw melihat panggung mulai berubah, kita tahu sejak awal karakter utamanya adalah Alif (Sunny) namun saat masuk ke sini justru panggung dikuasai oleh Abimana-Alif. Asli, kali ini gw melihat Abimana all-out atau bisa dibilang ini adalah film terbaiknya Abimana, jika dibanding dengan film-film lainnya.
Dibanding dengan kedua sahabatnya Alif dan Mim, Lam dia bukan hanya petarung, dia juga ahli strategi, dan dialah yang memimpin penyelidikan kasus pengeboman di kafe Laras. Yang kemudian membawa mereka ke Kolonel Mason.
Ok, di sini gw sedikit mengkritik, jujur gw terganggu dengan beberapa karakter terutama Sunny, Laras, dan Tanta Ginting yang ngomong pakai bahasa Inggris ala jaman MTV itu.
Asli nggak banget, mungkin jika Tsugaeda atau Fandi Sido yang ngelihat ini mereka pasti juga akan SEWOT seperti gw.
Juga nama-nama karakternya yang bisa kita tebak menjelaskan maksud dari Anggy Umbara, Kolonel Mason? What the...? Mungkin Anggy ingin menyatakan bahwa "Hei, gw juga penggemar teori konspirasi loh."
Oh iya satu lagi, seperti yang kita semua tahu, tidak ada pangkat Kolonel di Kepolisian sejak thn 2001. Yah, begitulah Indonesian.
Lanjut, sampai dimana tadi, oh iya Abimana aka LAM.
Setelah berhasil mengalahkan para penyerangnya, Abimana menemukan lokasi dimana orang yang menghack komputer n membuka enkripsi rekaman CCTV itu berada, yang ternyata adalah alamat rumahnya sendiri. Lam langsung sadar bahwa hackernya adalah anaknya dan langsung panik menuju rumah. Sayangnya, sesampainya di rumah, tempat itu sudah berantakan, dan Lam menemukan istri dan anaknya tergeletak. Si Istri sudah tak bernyawa, sementara anaknya masih hidup. Alif pun juga sampai di sana, si sahabat menyarankan agar Lam membawa anaknya ke rumah sakit, namun dia justru memutuskan untuk kembali ke pesantren.
Yang secara mengejutkan pesantren Al-Ikhlas sudah jadi markas (pemberontak) tersendiri, lengkap dengan unit gawat darurat. Di sana Alif bertemu dengan rekannya si Donny Alamsyah -seorang prajurit yang tangguh dan keras kepala, namun di sana Donny sudah berubah, dia mulai belajar mana yang benar dan mana yang salah.
Ok, sampai di sini gw merasa film ini kayak versi terbalik dari Body of Lies, bukan-bukan, kayak Body of Lies dicampur dengan 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Atau secara filosofi, ini seperti film Religi-nya Habiburahman dikawinkan dengan The Raid-nya Gareth Evans ditambah dengan produser ala jaman MTV Indonesia.
Nah loh, bingung kan loe?
Sebenarnya bagus, cuma ada beberapa eksekusi aja yang aneh.
Ok lanjut, bagian akhir. Di sini semua berjalan dengan cepat, adegan demi adegan, layar demi layar, subplot demi subplot semua penuh berisi.
Paginya ada press conference dari Pak Kyai tentang apa yang terjadi saat pengeboman itu, Pak Kyai mengaku bahwa itu bukan ajaran-nya, bahwa yang melakukan tindak kejahatan itu bagian dari kelompoknya, Mim pun ada di sana di kantor kepolisian untuk menjaga Pak Kyai, yang secara mengejutkan kantor itu diserang oleh ledakan bom bunuh diri.
Sementara itu Lam dan Alif memiliki rencana sendiri, mereka bekerja sama untuk membongkar kasus peledakan, dan paginya Alif dijemput oleh Tanta Ginting ke pertemuan dengan Kolonel di restoran favoritnya.
Yang secara mengejutkan si Kolonel mengaku sebagai dalang peledakan tersebut, dia ikut dalam sebuah organisasi rahasia bernama 'persaudaraan' yang mengatur keseimbangan dunia. Lalu secara mengejutkan Tanta Ginting mengaku sebagai orang yang mengatur Sang Kolonel. Asli karakter Tanta Ginting sangat menyebalkan, jauh lebih menyebalkan daripada Arifin Putra di The Raid: Berandal.
Dengan mimik wajahnya, dengan gayanya, dan yang paling menyebalkan lagi dengan bahasa Inggris-nya. Tanta Ginting sukses jadi karakter yang lebih gw benci daripada si penyanyi infotaiment 2015 itu. Syukurnya di akhir cerita Alif (Sunny) berhasil matahin leher si Ginting itu.
Di tempat lain, Mim kembali bertemu dengan gurunya yaitu Cecep Arif Rahman (Assassins dari The Raid 2 itu)
Bertarung melawan gurunya, Mim benar-benar kewalahan, lalu di saat-saat genting itu muncul Lam yang membantunya menghajar si Assassins. Pertarungan sengit dibawah hujan plus dengan adegan lambat ala The Matrix, sayang sekali trik seperti itu menurut gw kurang tepat untuk zaman sekarang, mungkin jika film ini dibuat sepuluh tahun yang lalu trik itu pasti berhasil dan film ini jadi legenda di Indonesia.
Sayangnya, film ini keluarnya tahun 2015 akhir.
Konklusi: film 3 Alif Lam Mim ini gw kasih point 78 skala 100
Bisa dibilang ini adalah film terbaiknya Anggy Umbara dan Abimana Satya yang pernah gw tonton. Kenapa nggak dibulatkan saja jadi 80, iya alasannya karena gw agak kurang sreg dengan beberapa karakter yang berdialog bahasa Inggris itu.
Nb: film ini pertama kali tayang di bioskop pada pertengahan September 2015, kemudian tayang di televisi perdana pada kemarin 31 Desember 2015
Yang berarti dia cuma nongol sebentar di bioskop lalu masuk TV, hmm, sungguh disayangkan.
. . .
Ilustrasi, sumber neighbourlist.com
Subscribe to:
Posts (Atom)