Saturday, November 14, 2015

The Demolished Man

Review by Ftrohx


Ada nggak sih novel yang bisa masuk nominasi Edgar Award, Gold Dagger, dan Hugo Award sekaligus?

Rasanya mustahil kecuali jika elo sendiri yang memulainya pertama kali. Dan iya, di dunia ini ada orang yang cukup bangsat untuk menggunakan prinsip itu, jika lo nggak cukup kuat untuk mengalahkan orang lain (mengalahkan para legenda misalnya), jika lo nggak cukup hebat dalam satu hal, maka buatlah hal yang lain, buatlah jalan lo sendiri. Dan novel ini "The Demolished Man" membuat jalannya sendiri.

Dari judulnya "The Demolished Man" gw sempat keliru dengan "Demolition Man" filmnya Sylvester Stalone. Karena itu sempat gw pikir "Ah, Demolished Man yang itu. Ah, biasa gw sudah tahu isi ceritanya." Tapi, nyatanya gw salah, Demolished Man ini bukan Demolition Man yang itu.



Setting ceritanya memang sama-sama di masa depan, tapi tidak dengan plotnya. Demolished Man 1953 bercerita tentang masa depan umat manusia, dimana kemampuan otak manusia sudah berkembang begitu pesat sehingga kekuataan pikiran seperti Telepati adalah hal yang biasa. Ini seperti masa depan impiannya Professor X atau masa depan dari program Minority Report-nya Tom Cruise, dan kenyataannya Minority Report memang terinspirasi oleh novel ini.

Ok, ketika banyak orang, terutama para petugas hukum (dengan tatanan sosial yang sudah rapih tentunya) memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain termasuk memori, maka hukum akan dijalankan tanpa ada orang yang berbohong, dan ketika ada orang yang berniat atau telah melakukan tindakan kriminal, maka hanya dengan membaca memorinya kita bisa menjatuhkan hukum.

Dunia dimana tidak ada orang bisa berbohong, dunia dimana banyak orang yang memiliki kemampuan membaca pikiran, bagaimana cara elo untuk bisa lolos dari hukum? Jelas sesuatu yang nyaris mustahil bagi elo untuk melakukan tindak kejahatan. Namun pertanyaannya, elo ingin melakukan tindak kejahatan, elo ingin melawan sistem, dan bagaimana elo melawan sesuatu yang mustahil untuk lo kalahkan?

Tentu secara insting -jauh di alam bawah sadarnya manusia ingin melawan, dan ada satu orang di dunia ini yang melawan sistem itu, dan dia berhasil mengalahkannya. Orang itu bernama Ben Reich, atau gw menyebutnya Ben si Kira, Ben si Light Yagami sebelum Tsugumi Ohba menulis Death Note (atau lebih tepatnya sebelum Ohba lahir, Amerika sudah punya Light Yagami) Ben si pemuda yang melakukan hal mustahil dalam dunia Alfred Bester, yaitu melakukan tindak kejahatan pembunuhan kelas 1, yang tidak pernah terjadi dalam dunia Esper selama kurun waktu 70 tahun terakhir.

Ben Reich, orang ini benar-benar bangsat, keparat, gila. Dengan begitu berani dia melakukan pembunuhan berencana di dunia dimana banyak orang memiliki kemampuan membaca memori dan telepati.

Oh iya, sebelum membahas Demolished Man lebih lanjut, gw mesti membahas Inverted Detective Story dan bagaimana bisa cerita ini disebut IDS. Iya, sejak bab-bab awal kita sudah tahu siapa pelakunya, namun pertanyaannya bagaimana si pelaku melakukan aksinya, bagaimana pelaku bisa lolos dari hukum, dan bagaimana seorang detektif memburu pelaku kejahatan yang mustahil. Iya, inilah dunia Inverted Detective Story, kita sudah tahu siapa pelaku tapi bagaimana kita menemukan bukti-bukti untuk menjerat si pelaku.

Bicara tentang EDM, eh sorry salah IDS maksud gw. Pertama kali gw kenal genre ini dari film Perfect Number karya Keigo Higashino, filmnya benar-benar Egh bikin gregetan. Kita sudah tahu siapa pelaku, kita sudah tahu bagaimana dia membunuh korban, tapi permasalahannya adalah bagi pelaku struggle -berusaha untuk lolos dari kejaran hukum. Bagaimana pelaku bisa lolos dari para penyelidik yang menyelidiki dirinya. Dan iya, itu benar-benar menegangkan dan keren, meski pada akhirnya triknya itu benar-benar sederhana, tepat DI DEPAN MATA ELO tapi elo nggak bisa melihat itu.

Ok, jika dibandingkan dengan Perfect Number, jelas Demolished Man sangat jauh berbeda meski masih bermain di area yang sama IDS.

Perfect Number mengambil cerita kehidupan yang sederhana, tentang guru matematik dan tetangganya yang merupakan penjaga toko makanan. Kehidupan kelas menengah di perkotaan, hanya saja yang membuatnya agak rumit adalah masalah cinta buta si guru matematik terhadap tetangga-nya dan si guru rela melakukan apapun untuk melindungi si wanita penjaga toko tersebut. Termasuk membuat manipulasi TKP pembunuhan.

Sedangkan Demolished Man tema-nya sangat Grande, sama Grande-nya dengan Inception-nya Christopher Nolan atau bisa jadi Nolan terinspirasi dari kisah ini Demolished Man? Siapa yang tahu?

DM bercerita tentang Ben Reich di pewaris perusahaan Multinasional -Monarch Utilities and Research, perusahaan global yang sangat besar yang sayangnya sedang berada di ujung kebangkrutan akibat kalah saing dengan perusahaan rivalnya D'Courtney Cartel.

Ini seperti versi terbalik dari Robert Fichers, bagaimana jika Fischers yang justru dalam masalah dan keputusasaan, dan pada zaman itu (thn 1950an) belum ada ide tentang Extraction ataupun Inception. Satu-satunya solusi klasik adalah lo mengeksekusi saingan lo. Tentu saja itu melanggar hukum, pertanyaan selanjutnya setelah korban meninggal bagaimana lo bisa lolos dari hukum, bagaimana lo bisa lolos dari begitu banyak orang yang punya kemampuan membaca pikiran dan telepati.

Dan ternyata kuncinya sederhana, ok gw mulai berspoiler. Ketika seorang pencuri mimpi membuat totem sebagai tongkat penunjuk untuk membedakan antara dunia mimpi dan dunia nyata.

Begitupula dengan yang dilakukan Ben Reich, simple untuk menghindari signal informasi otak lo diekstraksi lo mesti membuat Rhyme (puisi) yang berulang-ulang untuk mengacaukan signal otaknya sendiri, dalam hal ini terlalu banyak informasi di alam sadar sehingga menutupi apa yang bergerak di bawah alam sadarnya. Ok, agak ribet penjelasan, tapi intinya ini adalah sebuah trik kecil yang dalam prakteknya jelas sangat sulit untuk dilakukan, kecuali jika lo memiliki kekuatan mental seperti Raskolnikov atau Light Yagami atau iya Ben Reich sendiri.

Ok, kita sudah tahu siapa penjahatnya, pertanyaannya siapa jagoannya. Jika Light Yagami memiliki L. Lawliet sebagai lawannya atau jika Raskolnikov punya Detektif Porfiry yang memburunya, maka di sini di DM ada Lincoln Powell yang menyelidiki Sang Penjahat Monarch Reich. Lincoln Powell, haduh namanya nggak banget, nama yang cukup buruk dan kurang komersil menurut gw. Iya, meski begitu dia adalah detektif no. 1 di planet DM. Selalu saja kenapa kita bicara tentang detektif dengan huruf awal L. ? Kenapa L. ? Itu yang masih jadi misteri yang belum gw pecahkan.

Sedikit sinopsis tentang novel ini. Bab-bab awal dibuka dengan cerita latar belakang dari Sang Pembunuh Ben Reich, siapa dia, apa pekerjaannya, siapa keluarganya, bagaimana dunianya, serta siapa rivalnya. Namun yang mengejutkan gw, yang jarang gw temukan di novel detektif lain adalah persiapan Ben Reich untuk membunuh rivalnya D'Courtney. Dia melakukan persiapan seperti Dom Cobb melakukan persiapan (dan simulasi) untuk melakukan Inception pada Robert Ficher. Lalu kemudian di bagian tengah pembunuhan terjadi, di sini penulis nggak memberikan detail lengkap, sengaja dia menyisakan beberapa misteri untuk Inverted Detective Story.  Kemudian di sepertiga akhir buku barulah Sang Detektif Lincoln Powell habis-habisan memburu bukti untuk menangkap Ben Reich.

Ada dua point penting yang bikin gw gregetan dengan novel ini. Pertama, Dr. Augustus Tate dia adalah Esper tingkat tinggi yang membantu Ben Reich untuk melakukan aksi pembunuhannya. Dengan Augustus, Ben Reich membuat semacam perisai anti-ekstrasi pikiran terhadap para Esper lain termasuk dari Lincoln Powell. Ok, jika Ben Reich mengingatkan gw dengan Raskolnikov di C n P-nya Doestoyevsky, maka Dr. Augustus ini mengingat gw dengan Prof. James Moriarty di cerita Sherlock Holmes. Jelas jika elo bisa menggabungkan dua tokoh ini dalam satu cerita lo menciptakan sebuah novel yang benar-benar BANGSAT.

Kedua adalah solusi untuk memecahkan kasus yang mustahil ini yaitu "Mass Cathexis Measure". Ok, Lincoln Powell itu karakter yang asli nyebelin sama kayak GUE hahaha, dia melakukan apa yang dia larang sendiri. Mass Cathexis Measure adalah sesuatu yang nggak boleh dilakukan, tapi itu yang dia (Powell) lakukan untuk mengekstrak informasi dari otak Ben Reich.

MCM secara teknik menciptakan dunia ilusi dengan mengumpulkan energi telepati ke satu titik atau lebih tepatnya satu orang (seperti Genkidama-nya Son Goku) namun ini bukan bola energi ini adalah teknik ilusi, seperti Izanami dari Itachi Uchiha. Jadi Powell membuat semacam dunia ilusi Loop tersendiri, dunia yang memutarbalikan logika dengan begitu menakutkan, sehingga orang yang masuk di dalamnya hanya bisa lolos dari dunia tersebut hanya jika dia menyerah dan menerima kenyataan bahwa dia adalah orang yang bersalah. Ok, penjelasan gw agak ribet, tapi memang novel ini cukup BANGSAT ribet untuk ukuran novel buatan tahun 1950an. Iya, bahkan jikalaupun dibikin film di era sekarang gw rasa masih sangat greget.

Ok, konlusi gw untuk novel ini dari skala 5, gw kasih dia point 4.5 bintang. 
.  .  .

Ilustrasi, sumber Goodreads.com

Tuesday, November 3, 2015

Jika James Bond dibuat di Indonesia (2)

By Ftrohx


Menurut gw James Bond bukan sekedar film Action Thriller, karena jika bicara Action Thriller banyak kok film lain di luar sana, yang aksinya, adegan laganya, plotnya jauh lebih bagus daripada Bond.

Tapi apa sih yang bikin Bond itu begitu greget dimata masyarakat? Jelas bukan plotnya, plot itu nomor sekian bagi mereka. Atau istilah Tsugaeda mereka lebih memilih dinamka antar karakter dibanding dengan plot.

Tentu saja yang membuat Bond menjadi seorang Bond bukanlah MI6, bukan badan Intelijen Inggris bukan, gadgetnya ataupun aksi tembak-tembakannya. Yang membuat Bond menjadi Bond (selain pemeran James Bondnya sendiri) adalah... Para Cewek James Bond.

Kembali bagaimana jika Bond dibuat di Indonesia, yang jadi pertanyaan bukan sekedar siapa yang jadi Bond-nya saja, tapi siapa yang jadi para cewek Bond-nya?


Ok, gw punya daftarnya, ada Tara Basro, BCL, Dian Sastro, Nikita Mirzani, Happy Salma, Wulan Guritno, Tamara Blezinsky, Mariana Renata, Chelsea Islan dan Raline Shah.

Pertama Tara Basro, tentu saja. Tara Basro menurut gw adalah cewek Bond tanpa James Bond.

Dari aktingnya, dari karakter-karakter yang dia perankan, gw melihat rasanya dia memang pengen banget jadi cewek Bond. Iya, mungkin itu memang sudah jadi Sex Appeal dia kali. Iya, rasanya Tara memang layak n memenuhi kualifikasi untuk diapa-apain sama siapapun nanti pemeran James Bond versi Indonesia-nya, Hihihi....#peace

Kedua Bunga Citra Lestari, dia mature, dia cukup sexy, dan dia punya aura sendiri yang sering membuat gw penasaran.

Dan tiapkali melihat BCL entah kenapa gw jadi ingat salah satu cewek James Bond di film Tomorrow Never Die, si cewek Ibu-ibu yang membantu James Bond yang sayang keesokan paginya dia ditemukan meninggal.

Lalu Dian Sastro, tentu saja, dia benar-benar memenuhi syaraf sebagai cewek cantik, mature, bohai, sexy, pintar, apalagi yang kurang? Hm, mungkin izin dari suami kali untuk berperan sebagai cewek Bond ! Hahaha...

Nikita Mirzani, cewek ini cukup kontroversial, tapi melihat pengalamannya di beberapa film Comic 8, terus beberapa nama lainnya, gw rasanya sah-sah aja dia bermain di film Bond versi Indonesia, yang pasti Nikita berani melakukan adegan-adegan yang cewek lain nggak berani, Wkwkwk...

Happy Salma, lo tahu apa yang ada dipikiran gw tiapkali ngebayangin Happy Salma, gw pengen megang... dan memeluk dia dari belakangan, depan, atas, bawah, samping kiri dan kanan. Huh, sayang aja dia sudah punya suami T__T hikhik... iya mungkin gw konservatif, selera gw mirip dengan anak-anakmuda di film 5 cm.

Oh iya, gw masih belum jawab kenapa gw pilih Happy Salma, jawaban gw iya lo pasti tahu lah, nggak perlu gw jabarin.

Wulan Guritno, mungkin untuk kasusnya Wulan alasan gw dia memiliki karakter yang hampir sama dengan Dian Sastro, oh iya tiap kali gw nonton videoklip "Pecahkan teka-teki malam" Eros yang jadi soundtrack Gie, gw selalu ngelihat adegan Wulan muda yang berada ciuman dengan Nicholas Saputra. Iya, itu waktu dia masih muda, Wulan sekarang sudah cukup mature, dan menurut gw Bond cocok dengan yang mature seperti ini.

Oh my God, Tamara Blezinsky, entah kenapa Tante Tamara selalu mengingatkan gw sama Famke Janssen aka Jean Grey di X-Men. Oh iya Famke Janssen juga bermain dalam film Bond Golden Eyes sebagai Xenia Onatroff, dan iya dia merah dan sangat panas. Begitupula dengan Tante Tamara, dia itu hot apalagi kalau pakai baju merah.

Huh, gw narik nafas dulu, Huh, tarik nafas panjang hembuskan, tarik nafas keluarkan perlahan. Huh, Mariana Renata, dia adalah artis Indonesia dengan paras berkelas Hollywood, asli harusnya dia sudah berada di Hollywood sekarang melampaui Agnes Mo ataupun Cinta Laura, Mariana Renata tiapkali gw lihat wajahnya gw langsung terbayang dengan wajah Olga Kurylenko si cewek cantik dengan paras bule habis yang pernah main di film Oblivion bareng sama Tom Cruise, Hitman 47, dan lain sebagainya. Oh iya Olga Kurylenko juga pernah main di James Bond bareng Daniel Craig di judul Quantum Solace dimana dia menjadi cewek latin itu.

Iya, Mariana Renata adalah... bukan sebelas-duabelas tapi dia memang kembaran asli dari Olga Kurylenko menurut gw.

Chelsea Islan, mengucapkan namanya otak gw kembali memutar lagu "Writing on the Wall" dari Sam Smith, How do I life? How do i breath? When you're not here I'm suffocated. Jika bicara tentang artis yang paling nggak cocok berkarier di Indonesia, gw pasti akan langsung menyebut namanya. Chelsea Islan dia terlalu bule terlalu cantik untuk jadi orang Indonesia, dan iya dia terlalu berani. Dia berani melakukan hal-hal yang artis cewek lain nggak berani lakukan. Itu bisa dilihat dari track record-nya dari film-film yang dia mainkan sebelumya, selain bermain adegan-adegan serius, menjadi karakter galak, Chelsea juga berani beradegan ciuman. Sesuatu yang Aaaaaaaaa... apalagi pas press-conference tentang video yang katanya nakde itu beredar di internet. Gw melihat betapa miripnya kegarangan Chelsea Islan dengan Lea Seydoux si cewek Bond di film terbaru James Spectre.

"I want to feel love, run through my blood. Tell me is this where I give it all up? For you I have to risk it all"

Raline Shah, berbeda dengan artis-artis yang gw sebut sebelumnya. Raline Shah adalah karakter yang ambisius, namun dia bisa menyembunyikan ambisinya, dia bisa terlihat tenang di segala situasi dan selalu bisa tersenyum riang dihadapan kamera apapun keadaan dibaliknya.

Mungkin karena Raline sendiri memiliki latar belakangan. Hmm, keluarganya yang bangsawan di Medan, dan dia juga pernah mengikuti ajang Putri Indonesia. Sehingga dia memiliki manner, kemampuan menjaga sikap yang baik, kemampuan untuk menjadi humble, dan tenang meski di dalam dirinya bergejolak api yang membakar segalanya. Beuh, kok gw jadi berpuisi hanya dengan membayangkan Raline? Iya, begitulah menurut gw sih, Sah-sah aja jika suatu saat nanti Raline menjadi bintang di Hollywood meski dia nggak jadi cewek James Bond, hahaha... sebenarnya gw rada nggak tega juga jika dia menjadi cewek James Bond, mending jadi cewek gw, bakakakkk... #becanda euy.

Oh iya, ada beberapa nama lain belum gw sebut, Laudya Cintya Bella dan Dewi Sandra. Karier mereka sebagai bintang film di Indonesia sedang menanjak sekarang. Apakah mereka bisa jadi cewek Bond? Hm, mungkin bisa jika James Bond-nya dibuat versi Syar'i di Indonesia, wkwkwk...
.  .  .

Ilustrasi, dari ladepeche.fr

Jika James Bond dibuat di Indonesia (1)

by Ftrohx


Ok, sebelum masuk ke pembahasan, kita mulai dari siapa sih cast Indonesia yang cocok jadi James Bond.

Menurut survei, ada beberapa nama; Abimana, Joe Taslim, Ario Bayu, Vino Bastian, dan Herjunot Ali. Jajaran artis pria teratas plus Ariel Noah (yang jadi pilihan gw sendiri.)

Pertama tentang Abimana, ok perannya bagus di Serigala Terakhir juga di film 3 Alif Lam Mim. Wajahnya, mentalnya, dia cocok untuk bermain film action. Tapi karena belakangan dia sering bermain di film religius menurut gw jelas kita mis-cast.


Kedua Joe Taslim, Bang Bram bilang Joe Taslim cocok loh. Ok, dia memang sangat berbakat, dia menjadi antagonis sekaligus protagonis, dan dia punya pengalaman bermain action di Hollywood. Dia flamboyan, eksklusif, tapi untuk Bond, Bang Joe menurut gw lebih cocok jadi rivalnya daripada jadi protagonisnya.

Lalu tentang Vino, ok dia memang 'Bad Boy', dia punya pengalaman di bidang action thriller, dan dia biasa bermain sebagai pemeran utama. Tapi menurut gw, Vino itu seperti Tiram, dia memang terlihat keras diluar 'Bad Boy', tapi di dalamnya adalah memiliki kelembutan ala Mr Nice Guy. Iya, menurut gw dia lebih cocok jadi karakter detektif seperti L. Lawliet daripada Bond.

Kemudian Herjunot Ali, Ok dibeberapa filmnya belakangan ini, dia bermain dengan adegan ciuman dengan lawan jenis. Pevita, Raline, dan seterusnya. Ok, ada banyak daftar cewek cantik di sana, dan perannya pun belakangan selalu flamboyan, Ferre (Supernova) Zabir (Van DerWijck) dan seterusnya. Ok, dia punya pengalaman dan dia sudah punya image publik, tapi itu saja nggak cukup untuk jadi Bond.

Bond itu nggak dibuat-buat, Bond itu takdir, sesuatu yang tertulis di dalam DNA-nya. Jika bicara tentang Junot, menurut gw dia kasusnya mirip dengan VIno, ada Mr Nice Guy di dirinya, Mr Nice Guy yang coba dia sembunyikan.

Lalu Ario Bayu, ok membayangkan Ario Bayu otak gw langsung memutar lagu "Writing on the Wall" dari Sam Smith. Di banding beberapa nama yang gw sebut sebelumnya, menurut gw Ario Bayu itu aktor yang mukanya paling Indonesia banget.

Tapi lebih dari itu dia punya ketangguhan, dia punya aura Bad Boys, dia punya pengalaman sebagai pemeran utama, dia punya pengalaman di film action serta pengalaman berperan sebagai karakter yang Grande aka Soekarno di film sebelumnya.

Bicara tentang image, iya film pertamanya saja sudah cukup greget dan berhasil membuatnya menjadi karakter Bad Boys yaitu "Catatan Harian Si Boy" lalu beberapa film selanjutnya. Dia membangun image sebagai karakter "Ladies Killer." Lalu di Soekarno, dia menjadi karakter abu-abu yang memilih pilihan-pilihan baik diantara yang terburuk, dan tentu saja dia berpoligami.

Apa yang kurang dari Ario Bayu? Dan jika orang-orang bertanya siapa aktor Indonesia yang cocok sebagai Bond? Maka gw bilang dia adalah Ario Bayu. Tapi itu hanya sebuah pilihan, sebenarnya ada sedikit keraguan gw terhadap Ario Bayu, aktingnya memang bagus, tapi Soekarno tidak begitu sukses. Mungkin sesuatu yang kurang dari Ario adalah faktor keberuntungan, faktor lain diluar dirinya, sesuatu yang tidak dia miliki. Dan menurut gw ada satu nama yang memiliki apa yang tidak dia miliki itu, satu nama artis Indonesia yaitu Ariel Noah.

Ok, jika harus memilih dan memberi rekomendasi, maka dua nama itu yang sangat gw rekomendasikan, Ario Bayu dan Ariel Noah.

Tentang Ario ada pasti sudah tahu kualifikasinya, tapi tentang Ariel, kenapa Ariel?

Ok, bicara tentang Ariel, gw pikir bahwa masih banyak hal yang belum kita eksplorasi tentang dia. Ada sesuatu yang magis menurut gw tentang Ariel, dan jika kita bisa keluarkan hal itu, itu bisa jadi sesuatu "BOOMM!" besar.

Contoh saat di film Laskar Pelangi -Sang Pemimpi, di saat kita melihat Arai dewasa, betapa mengejutkannya bahwa itu adalah Ariel. Meski dia cuma berkata "Hoi Boi, apakabar Boi?" tapi kita akan selalu mengenang itu.

Dan tentu saja, Ariel sukses membangun image-nya, bukan bukan, bukan image.

Gw ingat teori dari George Smiley bahwa pekerjaan Intelijen adalah membangun legenda, iya dia benar, membangun legenda jauh-jauh lebih baik daripada sekedar membangun image. Entah, apakah legenda itu benar atau bohong, yang kita tahu pasti bahwa legenda akan terus tertanam dan hidup di masyarakat.

Iya, kita tahu semua legendanya, Ariel seorang artis yang berkencan dengan banyak wanita cantik, ada belasan nama dalam daftarnya, yang lain bilang puluhan, dan semua yang ada di sana ada nama-nama artis perempuan paling top paling cantik yang ada di Indonesia.

Image bisa luntur, tapi legenda itu akan dikenang banyak orang, meski seburuk apapun atau sekonyol apapun legenda itu. Tapi dalam kasus Ariel dia tidak konyol dia keren euy, Hahaha... semua cowok pastinya ingin seperti dia.

Oh iya, jangan lupakan Nicholas Saputra dan Reza Rahardian, kalian pasti protes jika dua nama ini nggak gw masukan dalam daftar. Nicholas Saputra, dia lebih cocok jadi Rangga daripada James Bond, sedangkan Reza Rahardian, gw nggak pernah kepikiran kalau dia berperan sebagai James Bond,

Nb: kenapa dua nama ini nyaris gw lupakan, mungkin karena gw bukan fans-nya mereka, Hahaha...
.  .  .

Ilustrasi, dari exclaim.ca