Friday, September 6, 2019

Para tokoh dari novel Triad Kematian

Oleh Fitrah Tanzil


Azra Lazuardi

Dari segi fisik, Azra memiliki wajah mirip Jesse Eisenberg pemeran Lex Luthor di Batman vs Superman.
Hanya saja dengan mata yang lebih kecil dan hidung yang tidak begitu mancung.
Dia memiliki tinggi 176cm dengan tubuh yang kekar berotot karena latihan fisik setiap hari.
Azra juga memiliki bekas luka panjang di lengan sebelah kanannya.


Untuk pakaian dia memilih kemeja warna biru yang kadang dibalut jaket ataupun jas.
Celana selalu jeans warna gelap dan sepatu kets. Memang terlihat umum,
namun Azra memiliki ciri khas dia hanya memiliki tiga warna, biru, hitam, dan putih.
tidak ada merah, kuning ataupun yang lain.

Secara finansial, Azra adalah pemuda yang sangat mapan.
Memiliki dua buah mobil, dua motor sport, sebuah ruko, dan sebuah rumah minimalis.
Tentang usaha di luar dunia investigasi dia punya:
Dua buah (franchise) Minimarket dan sebuah restoran Chinese Food di BSD yang dikelola bersama adiknya.

Sewaktu SMA, Azra pernah jadi atlet Pencak Silat yang mewakili DKI Jakarta.
Lalu selulus SMA dia kuliah jurusan IT, meski putus ditengah jalan
tapi Azra cukup mahir dalam bahasa peprograman Java dan SQL Server.
Itupula yang membawa menjadi seorang penjual informasi-informasi rahasia.

Azra memiliki banyak keahlian,
Namun ada satu kelemahan yang paling dia sesali yaitu dia tidak bisa bermain musik.
Kelemahan yang membuat dia suka menghantam kepalanya sendiri ke tembok
tiap kali menemukan profesional (di bidang apapun) yang bisa bermain musik. Karena dia sangat iri akan hal itu.



Ikhsanul Arifin aka. Lufin

Secara fisik Lufin memiliki kulit putih pucat, mukanya mirip Kenichi Matsuyama sewaktu masih kurus. Hahaha...
Rambut gondrong dan wajah seperti orang yang nggak tidur selama seminggu. Itupula yang membuat dia dipanggil si Muka Zombie.
Lufin memiliki tinggi 181cm dengan tubuh yang ceking, tentunya.

Untuk pakaian Lufin cuma punya satu jenis pakaian, kaos putih lengan panjang.
Dia punya 12 setel pakaian seperti itu di dalam lemarinya. Sedangkan bagian bawah celana jeans dan sepatu kets.

Secara finansial,  berbeda dengan Azra, Lufin hidup dengan ekonomi yang pas-pasan.
Dia tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi penyelidik kriminal. Lufin pernah buka toko online yang sayangnya tidak sukses.

Meski tidak jago dalam ilmu forensik, namun Lufin punya kelebihan sebagai penyelidik yang memiliki empati dan intuisinya yang sangat kuat.
Sekarang dia tinggal di lantai 2 sebuah Auditorium di daerah Cipulir. Punya satu buah skuter matic dan laptop warna putih.
Pernah kuliah S1 jurusan Sastra Inggris dan memiliki pacar bernama Amelia yang kerja di PN Jakarta Selatan.

Satu keunggulan Lufin dibanding Azra adalah,
Lufin merupakan ex-guitaris band rock indies di kampusnya. Itu yang membuat Lufin memiliki banyak pengetahuan tentang musik dan membuat Azra sangat iri.
Sebaliknya Lufin juga iri dengan Azra, karena dia nggak bisa berantem kecuali nendang orang dari belakang. []


Virli Carmilla

Adalah gadis cantik yang tercipta dari hasil kecelakaan.

Ibunya adalah seorang pelayan di sebuah klub malam di Bali dan Ayahnya adalah seorang programmer jenius asal Silicon Valley yang sedang berlibur.

Setelah lahir, Ibunya meninggalkan Virli di depan pintu sebuah Villa mewah yang dimiliki sepasang warga Australia yang sedang tinggal di Ubud. Beruntung, sepasang suami-istri itu adalah orang baik. Mereka pun mengadopsi Virli kecil dan membesarkannya seperti anak sendiri. Hingga saat usianya 10 tahun secara kebetulan Virli menemukan fakta yang sebenarnya. Saat itu dia memutuskan untuk keluar dari rumah dan memilih pindah sekolah ke Jakarta.

Dari segi fisik, Virli memiliki wajah mirip Famke Jansen saat bermain di film X-Men yang pertama. Tinggi 175 cm dengan tubuh yang sangat proposional. Satu ciri khas dari penampilan Virli adalah poni lempar sampingnya yang menutupi dahi sebelah kiri.

Dimana pada dahi itu terdapat bekas luka yang menyilang.

Pakaian yang sering dia kenakan adalah blus warna putih dibalut dengan kardigan biru gelap. Layaknya pakaian sekretaris di perusahaan multinasional. Virli juga biasa mengenakan kacamata frame tipis dan membawa Ipad kemana-mana yang membuat dia terkesan cantik sekaligus nerd.

Dalam bidang investigasi, spesialisasi Virli adalah interogasi.

Dia sangat ahli dalam menguak informasi dari para tersangka. Sangat memahami ilmu kinesik dan tahu kapan serta bagaimana seseorang berbohong dari gerak tubuhnya. Selain dunia investigasi, Virli bekerja sebagai Arsitektur untuk sebuah firma Arsitek yang berkantor di Wijaya Satu. Keahlian utamanya di sini adalah desain interior.

Di luar pekerjaan Virli suka kegiatan fisik. Dia kadang menghabiskan waktu untuk berlari 10 km di atas tredmil. Dia juga rajin berlatih Kendo dan kadang dia juga ikut latihan menembak di Senayan.

Dibanding teman-teman yang lain. Virli sebenarnya memiliki otak yang paling berbahaya. Bahkan lebih berbahaya dari Azra (Haduh, spoiler)

Dari segi finansial Virli sangat mapan. Dia memiliki sebuah BMW silver terbaru. Dua buah motor Ducati. Sebuah apartemen di Kemayoran dan flat mewah di daerah Permata Hijau. Dari semua kelebihannya, Virli memiliki satu kekurangan yaitu dia tidak memiliki pacar. Tentu saja dia terlalu hebat untuk punya pacar manusia biasa, hahaha...


Sophia Aulia Sahab

Kekasih dari Azra ini ada cewek keturunan Arab yang super-cantik yang memiliki wajah mirip dengan Susan Coffey. Huh, luar biasa. Hidung mancung, mata bulat besar, kulit putih, dan yang menjadi ciri khasnya rambut berwarna merah darah. Sophia memiliki tinggi 171 cm dengan tubuh yang proposional.

Untuk pakaian kerja dia bisa mengenakan kemeja putih dibalut dengan kardigan abu-abu gelap. Sedangkan untuk sehari-hari dia mengenakan kaos putih bergambar anime random yang biasa dipadu dengan jaket atau sweater warna merah. Bawahan selalu celana jeans biru dan sepatu kets. Tidak pernah ada rok untuk Sophia kecuali acara Lebaran.

Keluarga Sophia adalah pendiri dan pemilik sebuah perusahaan parfum terkenal di Jakarta. Terlahir dari keluarga yang sangat mapan, sejak kecil Sophia selalu mendapatkan apapun yang dia mau. Itulah yang membuat dia tumbuh menjadi cewek galak, arogan, dan selalu ingin menang sendiri.

Di masa SMA, Sophia pernah menjadi juara cover majalah remaja. Kemudian setelah lulus dia memilih kuliah jurusan teknik Kimia di Universitas Keio. Saat kuliah di Jepang dia pernah menjadi model iklan untuk Uniqlo. Kemudian selepas kuliah dia sempat bekerja di perusahaan keluarga sebelum akhirnya dia keluar dan bekerja sendiri di sebuah perusahaan telekomunikasi swasta.

Di bidang penyelidikan, keahlian utama Sophia adalah analisa zat kimia (termasuk menganalisa darah) dan pelacak bukti mikro. Dia juga memahami berbagai jenis racun populer dan zat-zat kimia berbahaya, serta sedikit ilmu kedokteran.

Bicara tentang kepribadian, sebagai gadis yang terlahir super-cantik. Sophia adalah sosok yang paradoks. Dia apatis dan sangat malas dalam melakukan penyelidikan. Bahkan sebisa mungkin dia tidak ingin terlibat dalam penyelidikan kriminal (terutama yang dikerjakan kekasihnya) apalagi sampai jatuh dalam aksi-aksi menantang maut.

Tapi jikalaupun dia terjebak bersama penjahat, jikalaupun dia diculik ataupun dihajar orang. Berbeda dengan gadis-gadis lain, Sophia tidak akan pernah menangis. []
.  .  .