Saturday, September 27, 2014

Dracula dan para Raja Vampir


Dracula dan para Raja Vampir
By Ftrohx


TInggal beberapa hari lagi menuju premiere film Dracula Untold di bioskop-bioskop Indonesia.

Dari sinopsis dan trailer yang saya lihat, Dracula Untold adalah film tentang Dracula yang paling mendekati isi dari buku asli Dracula karya Bram Stoker (setelah sebelumnya Dracula 1992)

Ok, untuk menyambut Dracula Untold, di bawah ini adalah daftar karakter adaptasi Dracula dan vampir Hollywood yang pernah saya tonton.


1. Dracula (1992)



Selama hampir dua dekade, film vampir, Bram Stoker Dracula ini nyaris tak tergeserkan. Rating 7.5 di IMDB menjadi nilai bagus menurut saya dibanding dengan film Blade Trilogy ataupun Underworld Trilogy dengan nilai rating dibawah 6.0

Dengan prestasi meraih 3 piala Oscar dan masuk di 15 nominasi di Academy Award. Benar-benar luar biasa, plus jajaran para pemainnya pun, para artis top level dunia. Mulai dari Winona Ryder sebagai Mina Harker, Keanu Revees sebagai Jonathan Harker, Anthony Hopkins sebagai Van Helsing, dan Gary Oldman sebagai Count Dracula. Film ini 80% mengikuti alur cerita yang ada pada novel legendaris karya Bram Stoker. Saya suka konsep Dracula di sini, sebagai Raja dari para vampir dia memiliki kekuatan setara dengan sepuluh orang. Dia bisa mengendalikan hewan, memiliki kekuatan telepati dan bisa berubah bentuk menjadi manusia kalelawar raksasa. Plus, berbeda dengan vampir lain, Dracula tidak mempan dengan sinar matahari, cuma pada siang hari kekuatannya melemah. Inilah yang menjadi celah bagi Harker dan Van Helsing untuk membunuhnya.


2. Vampires (1998)



Banyak yang bilang film vampir terseksi adalah From Dust till Dawn-nya Antonio Banderas (1994). Tapi, menurut saya justru Vampires Jack Crow (1998). Alasannya... ya sebaiknya anda nonton sendiri.

Di kisahkan Jack Crow seorang pemburu vampir (yang lebih mirip Cowboy tua ini) ditugaskan oleh Vatican untuk membasmi vampir di daerah barat. Setelah tugas mereka selesai malamnya mereka ke sebuah motel, pesta, mabuk-mabukan, dan bercinta dengan beberapa pelacur sexy (yang membuat mereka kehilangan kewaspadaan.) Hingga secara tiba-tiba sang Raja vampir Valek membantai mereka semua. Lalu hanya tiga orang yang berhasil hidup dari motel tersebut, yaitu Jack Crow, rekannya Montoya, dan seorang jablay super sexy bernama Katrina. Ok, bagaimana ceritanya selanjutnya... Hm, terserah anda.

Tentang sang Raja vampirnya sendiri, Tuan Valek ini, memiliki kemiripan dengan sosok Dracula. Berkulit putih, bertubuh besar, berpakaian hitam dengan jubah panjang seperti The Crow. Secara fisik, Valek adalah mesin pembunuh seperti Terminator, nggak mati-mati meski sudah ditembak puluhan kali. Selain itu dia memiliki kemampuan untuk merayap di dinding dan melompat tinggi, plus kecepatan berlari super hingga mampu mengejar mobil. Tapi, Valek memiliki kelemahan yaitu dia tidak tahan dengan sinar matahari, karena itupula tujuan dia di film ini adalah membangkitkan kekuatan vampir menggunakan salib hitam untuk bisa bertahan dari sinar matahari. Namun rencana itu gagal dan dia hancur juga.


3. Dracula (2000)



Film ini memang cukup buruk, dengan rating IMDB dibawah 5.0
Skenario-nya, di akhir abad 19 Van Helsing berhasil menangkap Dracula, sang vampir yang meneror kota London. Namun, meski Dracula berhasil ditangkap dia tidak dapat membunuhnya. Segala cara dicoba Van Helsing, mulai dari menggunakan air suci, tusukan di jantung dengan tombak perak, sampai sinar matahari tidak mampu memusnakan Dracula. Sehingga, Van Helsing hanya mengurungnya di dalam peti selama berratus tahun.

Kemudian di tahun 2000 terjadi insiden, para pencuri menerobos Museum milik Van Helsing dan membawa kabur peti tersebut. Selanjutnya Dracula meloloskan diri, mengigit para cewek sexy dan menjadi mereka para budaknya. Skenario membosankan ala sinetron Hollywood. Jagoan datang belakangan dan dengan cara konyol sang raja vampir mati. Tidak ada yang istimewa dari film ini, kecuali satu hal yaitu debut perdana dari Gerald Butler (aktor utama di film Colosal 300) dan band LINKIN PARK yang mengeluarkan single pertamanya sebagai soundtrack film ini.


4. Blade II



Blade adalah Dhampir, setengah vampir setengah manusia (lebih tepatnya manusia yang memiliki kekuatan vampir.)

Bertarung dengan pedang Samurai dan pisau cakra yang dilepar ala Xena. Di banding dengan drama Dracula yang bertele-tele, film Blade lebih fokus kepada aksi-aksi stunt yang menegangkan dan koreografi seni beladiri (tentu saja bagian yang saya suka dari film action.)

Di sini Blade menghadapi musuh baru yaitu Zombie-Vampire. Awalnya para tetua vampir ingin menciptakan serum agar bisa bertahan dari sengatan sinar matahari, namun mereka justru menciptakan monsters yang tak terkendali. Zombie-Vampir ini memiliki kulit yang lebih pucat daripada vampir biasa, mereka tidak memiliki rambut, dan cara mereka menggigit mangsa berbeda dari para vampir, mereka menggunakan lidahnya seperti Alien dari AVP. Rahang mereka membelah dan mengeluarkan lidah yang berbentuk seperti pipa terpotong. Makhluk ini bergerak lebih cepat daripada vampir biasa, mereka juga lebih kuat secara fisik, dan mereka mampu beregenerasi lebih cepat daripada vampir. Hanya Blade lah yang jadi satu-satunya harapan bagi manusia maupun vampir untuk tetap hidup.

Saya suka konsep zombie-vampire, mereka kuat sekaligus eksentrik, namun dibalik itu mereka tetap bisa dibunuh dengan sinar matahari atau ultraviolet.


5. Van Helsing (2004)



Kita semua tahu bahwa Dracula tidak bisa dipisahkan dari tiga karakter Mina Harker, Jonathan Harker, dan Van Helsing. Tanpa tiga karakter ini, mungkin tidak akan ada legenda Dracula seperti sekarang.

Di film ini mereka membuat Van Helsing, bukan sebagai dokter yang ahli dalam supranatural, melainkan sebagai agen khusus Vatican yang ditugaskan untuk memburu hal-hal gaib; mulai dari penyihir, monster, werewolf, sampai dengan vampir. Dengan Hugh Jackman sebagai pemeran utamanya, Van Helsing diubah menjadi Wolverine versi abad ke-18. Karakter superhero yang membasmi kejahatan, anti-tesis dari sang vampir jahat. 

Al-kisah Dracula memiliki banyak anak dari ketiga istrinya, namun anak-anaknya tersebut terlahir sebagai mayat. Jadi pertanyaannya bagaimana menghidupkan anak-anaknya tersebut. Lalu dari eksperimen Dr. Frankestein, Dracula menemukan caranya, dia menggunakan monsters hijau tersebut bersama dengan kekuatan petir untuk membangkitkan anak-anak vampirnya. Di sinilah Hugh Jackman muncul, dan berusaha untuk menghentikan Dracula. Berbeda dengan Dracula versi asli yang mati dengan ditusuk jantungnya dan digorok lehernya dengan pisau Kurki. Di film ini cara untuk membunuh Dracula adalah dengan gigitan dari Werewolf, racun dari taring Werewolf adalah satu-satu cara untuk membunuh sang Raja Vampir. Dan Hugh Jackman secara kebetulan adalah Werewolf paling berbahaya yang pernah ada.

Film ini cukup menghibur untuk tayangan di televisi, meski di beberapa bagian memang agak mengecewakan. Tapi saya suka dengan akting Richard Roxburgh sebagai Dracula, dia punya taste tersendiri, walau akhirnya semua dihancurkan oleh tim visual effect-nya yang sangat buruk.


6. Blade Trinity (2004)



Kita punya nama-nama sebelumnya, Gary Oldman di Dracula 1992, Gerald Butler di Dracula 2000, dan Richard Roxburgh di Van Helsing, dan sekarang di Blade Trinity kita menemukan aktor Dominic Purcell (atau gw menyebutnya Gio Alvarado, nama macho cocok tuk sales alat pembesar penis di Supernova.)

Sebenarnya saya jauh lebih suka Blade II dengan musuh para zombie-vampire itu. Tapi film ini perlu dibahas juga karena sang penulis memasukan karakter Dracula ke dalam skenario, meski sangat jauh berbeda dengan cerita Dracula sebelumnya. Di sini Drake berumur lebih dari 5000 tahun, dia adalah yang pertama dari segala vampir, dia memiliki kekuatan setara sepuluh orang, dia punya kecepatan, dia punya kesadisan, dan dia tidak mempan dengan sinar matahari.

Kelebihannya dibanding Dracula sebelumnya, dia bisa berubah bentuk menjadi orang lain seperti Mystique di serial X-Men. Tapi sayangnya dengan segala cerita keagungan itu, Drake hanya vampir biasa, Dominic Purcell alias Gio Alvarado cuma modal bentuk six pack doank, dia TIDAK punya aura 'alpha' vampire seperti Gary Oldman ataupun Richard Roxburgh, dia seolah mencoba menjadi Gerald Butler tapi tidak berhasil.

Iya, tapi harus dihargailah setidaknya mereka 'berusaha' membuat versi KW dari Dracula.


7. Twilight: New Moon



Jujur, saya bukan fans Twilight, tapi di antara empat film Twilight, New Moon yang menjadi favorit saya.

Saya suka visual effect-nya, penggarapannya pas, dan jauh lebih baik daripada Van Helsing ataupun Blade Trinity.

Memang Twilight lebih banyak drama-percintaannya, namun actionnya cukup menarik meski tidak se-spektakuler Underworld Trilogy. Saya juga suka dengan konsep Volturi, mereka adalah para vampir elit yang memerintah dunia vampir dengan kediktaktoran. Seperti Dracula, hanya saja Volturi menganut sistem oligarki.

Selain itu para pasukan Serigala pelindung hutan itu juga saya suka. Mereka berbeda dari Werewolf-werewolf sebelumnya yang menyeramkan, di sini para pasukan serigala benar-benar menjadi serigala, mereka shapeshifter orang-orang yang bisa berubah menjadi serigala raksasa, dan ide itu bagus menurut saya. Animasinya juga cukup berhasil.

Satu lagi yang saya suka dari New Moon adalah munculnya Jane Volturi yang diperankan oleh Dakota Fanning, dia benar-benar cantik sekaligus sadis dengan mata merahnya ala Sharingan Clan Uchiha yang bisa merusak sistem syaraf seseorang hanya dengan sekali lihat.


8. Underworld Rise of Lycan (2009)



Ini baru namanya cerita Vampir.
Rise of Lycan merupakan prequel dari film Underworld. Berkisah ratusan tahun sebelum terjadinya perang antara Viktor dan para pasukan serigala.

Diantara semua kisah Underworld, menurut saya Rise of Lycan lah yang terbaik. Mulai dari visual cinematografi, kostum, fighting scene, koreografi, setting lokasi serta properti, akting para aktornya, visual effect dan animasi, termasuk plotting cerita, semuanya keren.

Dari semua karakternya tentu yang menjadi pusat perhatian saya adalah Viktor sang Raja Vampir. Diperankan oleh Bill Night, dia benar-benar keren. Viktor punya segalanya untuk gelar seorang Dracula modern menurut saya. Dracula haruslah sadis, dingin, arogan, serta memiliki kekuasaan yang absolut, dan Viktor sang Raja Vampir punya semua itu. Dia adalah Vampir di atas Vampir, dia bisa bertarung dengan pedang, dia bisa membunuh dengan tangan kosong, dia punya kecerdikan dan pengalaman berperang selama ratusan tahun. Dia juga punya harta dan budak yang banyak.

Seorang penguasa lalim, seorang Tirani, makhluk penghisap darah sungguhan, dan Bill Night sang aktor bisa membawakan semua itu seolah sangat-sangat nyata. Jika Gary Oldman saya kasih 75 point maka Bill Night dia bisa menembus 81 point.


9. Dracula Untold (2014)



Mencari karakter anti-hero yang hebat itu susah, namun kali ini mereka menemukan aktor yang tepat menurut saya, Luke Evans, sang Dracula Hollywood terbaru.
Saya suka dengan Luke Evans terutama dengan aksinya di Fast and Furious 6. Dia sangat keren sebagai Boss dari Joe Taslim dan cukup berhasil mengimbangi kegarangan Vin Diesel dan alm.Paul Walker

Tentang Dracula Untold.
Banyak orang yang komen negatif di akun Cinemags, banyak nyinyir. "Bukannya Dracula itu Vampir pertama, kok bisa ada Vampir sebelum dia?"
Hahahaha... Ini yang salah kaprah, Dracula bukanlah yang pertama menjadi Vampir. Yah, mungkin gara-gara film Vampir sebelumnya seperti Blade Trinity ataupun Van Helsing-nya Hugh Jackman.

Informasi asli akan sejarah Dracula pun menjadi kabur.
Faktanya sebelum Bram Stoker menulis tentang Dracula, novel-novel bertema Vampir sudah banyak beredar di masyarakat. Hanya saja, para Vampir sebelum Dracula hanya meneror satu daerah saja, atau satu-dua orang saja, seperti hantu kutukan atau jiwa yang membalas dendam. Hanya seperti itu.

Namun semua berubah ketika Dracula muncul, dia memang bukan yang pertama di dunia fiksi horor, tapi Dracula adalah Vampir pertama yang Go-International. Dia merobek batasan-batasan dari teror Vampir sebelumnya. Dia membantai lebih banyak orang daripada para pendahulunya, dan sekali dia menentukan target, kemanapun di ujung dunia target itu pergi, dia akan menemukannya.

Bicara tentang Dracula Untold
Film ini bersetting di abad ke 16 - 17 di mana Turki Usmani sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi ke Eropa Timur. Di trailer-nya kita melihat sang ksatria Wallach alias Dracula yang berperang melawan ribuan pasukan Turki sekaligus. Ini juga merupakan bagian dari novelnya. Cerita ini memang persis seperti di Bab-bab awal dari novel Dracula karya Bram Stoker.

Sebenarnya saya punya ekspektasi tinggi akan film ini, saya berharap film ini akan dibuat menjadi Trilogi. Melihat Luke Evans, dia pasti bisa menjadi Dracula yang legendaris setara dengan Gary Oldman. Saya juga berharap bisa melihat versi baru dari Jonathan Harker (the chosen one) yang akan menggantikan posisi Keanu Revees. 
.  .  .

Friday, September 26, 2014

Inspirasi dan Ide


Inspirasi dan Ide
By Ftrohx


Seorang teman di twitter pernah bilang, bahwa dalam menulis cerita fiksi, kadang kita hanya mengetahui awalnya, kadang bagian akhirnya, dan kadang kita sudah berada di tengah-tengah. Namun satu hal yang pasti bahwa kita tidak pernah sekaligus tahu keseluruhan cerita.

Faktanya hal itu juga saya alami, menelisik kembali apa yang pernah saya tulis. Semua yang saya pikirkan dan terlintas di otak saya. Semua hanya bagian tengahnya saja, kadang hanya opening saja, dan saya tidak tahu seperti apa masa lalu atau apa yang akan terjadi di masa depan bagi karakter saya.

Seperti halnya Rain dan Nekomata.

Dua karakter ini muncul begitu saja dengan sangat alami,

Nekomata lahir saat saya mendengarkan lagu 'Menghapus Jejakmu' Entah bagaimana sistem kerja otak saya, tiba-tiba saja saya membayangkan seorang bocah pecundang, mengenakan topeng kucing seperti pasukan anbu dan memutar-mutar nunchaku. Si bocah itu jatuh cinta pada seorang cewek cantik, namun dia ditinggalkan dan si cewek lebih memilih seorang penjahat tampan dengan mobil balap ala fast n furious. Beberapa bulan berlalu, ternyata si cewek itu disakiti oleh pacarnya yang pembalap liar itu. Terlebih lagi si pembalap itu terkait dengan gangster yang suka bikin rusuh. Dengan begitu banyak kesedihan dan dendam, si bocah itupun berubah dari seorang pecundang menjadi superhero tanpa kekuataan super. Dia menciptakan identitasnya sendiri dengan topeng kucing warna putih dan baju ala ninja serta senjata Nunchaku untuk menumpas para penjahat yang songong itu.

Sedangkan Rain, saya mendapatkan ide ini ketika peristiwa motor yang dicolong di parkiran warnet dekat rumah saya pada tahun 2007. Saat itu saya belum baca buku-buku detektif. Saat itu saya berkhayal seandainya saja saya punya kekuataan untuk melihat terjadi di masa lalu dari tempat yang saya sentuh. Kemampuan retrocognition atau psychometry. Mungkin dengan mudah saya bilang menolong orang yang kehilangan motor itu. Namun itu hanya secara kekuatan, sedangkan nama Rain sendiri tercipta saat saya meneduh di kolong jalan Tol Bintaro, melihat hujan yang turun berwarna jingga karena pembiasan cahaya lampu, tiba-tiba nama itu muncul Rain si pemuda yang punya kekuatan retrocognition.

Selain Rain dan Nekomata, karakter unik lainnya yang tiba-tiba muncul di otak saya adalah Phoenix.

Dia hadir seperti hantu, awalnya dia tidak memiliki nama. Dia muncul begitu saja dalam otak saya pada suatu sore saat mendengarkan lagu ‘Menunggumu’ dari Chrisye ft Ariel. Saya membayangkan seorang wanita cantik bule dengan jas hujan ala Vincent Valentine sedang menunggu kereta di sebuah peron tua. Dia berdiri wajah dingin, seolah bukan hanya menunggu kereta tapi juga seseorang yang tak pernah kunjung datang. Dia punya masa lalu yang kelam, yang mengubahnya menjadi seorang assassins dengan aura yang sangat gelap.

Tiap kali mendengar lagu ‘menunggumu’ Phoenix selalu muncul, dan dia menjadi salah satu karakter yang paling sering saya khayalkan hingga sekarang.

Lain lagi dengan Lufin, ide tentang Lufin itu muncul begitu saja saat saya baca komik Death Note. Melihat betapa konyolnya L. Lawliet yang muncul dihadapan para polisi di Hotel Teito. Rasanya karakter ini bukanlah L. yang sebenarnya menurut saya. Dia nggak mungkin jadi detektif no. 1 di dunia, auranya kurang banget gituh. Mungkin kalau versi KW tiga-nya sih masih lebih masuk akal.

Takeshi Obata membuat karakter L. jatuh banget di banding dengan sebelum dia muncul di depan publik.

Dari sini saya kepikiran, bagaimana jika ada detektif amatir yang begitu nge-fans nya dengan Death Note dan membuka usaha jasa penyelidikan di Jakarta. Maka, jadilah dia Lufin. Si bocah culun dan kurus, dengan kaos putih lengan dan celana jeans birunya.  Berwajah datar dengan mata bulat besar, dan kantung mata menghitam seperti zombie. Tidak terlalu hebat dalam hal deduksi, namun selalu, semesta dan keberuntungan menyertai dia dalam berbagai pemecahan kasus kriminal. Dan menurut saya karakter seperti ini jauh lebih baik, karena dia tidak punya beban untuk (harus) memecahkan kasus yang Grande, dan dengan penyajian yang sederhana Lufin juga lebih mudah diterima oleh masyarakat awam yang tidak pernah baca cerita detektif yang rumit.

Sebenarnya masih banyak lagi karakter yang ingin saya bahas, tapi yang sedikit ini adalah sekedar contoh karakter-karakter favorit saya.

Kembali ke paragraph pertama di atas.

Tiap kali berkhayal, tiap kali kita menemukan inspirasi, selalu kita hanya menemukan satu fragmen, kita hanya menemukan potongan gambar, kita tidak pernah tahu awalnya bagaimana kita bisa sampai di sana, dan kita juga tidak tahu ke mana perginya karakter-karakter tersebut.

Apakah akan hilang, terkubur di antara tumpukan informasi dalam alam bawah sadar kita.

Ataukah mereka bisa kita kembangkan lebih, hingga menjadi karya master piece atau sebuah novel yang grande.

Kita tidak pernah tahu, tapi kebanyakan dari kita sudah menyerah di tengah jalan, dan membiarkan menjadi hanya sebuah fragmen, atau hanya kepingan puzzle yang terabaikan.
.  .  .

Namun, saya mencintai semua karakter-karakter saya, sangat dalam hingga tidak meninggalkan mereka dan kenangan-kenangan itu begitu saja, karena itu seberapapun lamanya, saya akan berusaha untuk mengeluarkan mereka ke dunia nyata atau ke layar kaca.

Thursday, September 25, 2014

Yugo The Negotiator

Yugo The Negotiator
Dan geniusnya Shinji Makari
By Ftrohx


Semua dimulai dari sebuah ruko, sebuah kantor di lantai dua.

Tidak ada yang istimewa dari kantor tersebut, tidak dengan meja billyard di tengah ruangan juga perpustakaan mini di sebelah kiri. Satu-satunya yang membuat ruangan itu istimewa adalah seorang anak muda brilliant berwajah tampan dan berambut gondrong bernama Yugo Beppu.



Yugo menciptakan sebuah pekerjaan tersendiri, pekerjaan unik yang sangat langka, dia bukan detektif atau konsultan kriminal, melainkan seorang Negotiator. Ide yang luar biasa, namun pertanyaannya "Apa ada orang yang menyewa jasa seorang negotiator?" Kalau jasa konsultasi masalah kriminal gw masih sering dengar, tapi seorang negotiator apa fungsinya? Lalu saya sempat teringat tentang beberapa film Hollywood di era itu. Di mana seorang polisi mencoba menyelamatkan sandera di sebuah gedung ataupun hotel dengan mengirim seorang negotiator terlebih dahulu, untuk menegosiasikan pembebasan sandera dan mendengarkan apa keinginan dari penjahat tersebut. Biasa para negotiator ini adalah polisi khusus, bisa disetarakan dengan ahli penjinak bom.

Namun, untuk seorang negotiator swasta, Yugo Beppu karya Shinji Makari (penulis cerita) dan Shu Akana (illustrator) adalah yang pertama yang pernah saya dengar. Meski, belakangan ini saya menemukan sebuah novel barat berjudul Tne Negotiator karya Frederick Forysth. Tapi tetap bagi saya, Yugo Beppu jauh lebih baik daripada sang negotiator milik Forysth.

Yugo adalah karakter jagoan tanpa kekuatan super kecuali kecerdasannya yang sangat tinggi dan ketahanan fisiknya terhadap rasa sakit. Yugo menyajikan mimpi bagi anak-anak muda seusia gw, anak-anak muda yang sudah lulus SMA dan mencari pekerjaan, berharap miliki profesi yang keren.

Tentu seorang negotiator haruslah genius, dia harus bisa berpikir cepat dan mengambil keputusan yang tepat dalam setiap perkataannya. Satu saja kesalahan, maka nyawa para sandera menjadi tanggungannya. Tapi belakangan dengan membaca serial Yugo, gw menyadari bahwa seorang negotiator bukan hanya menangani masalah penyaderan. Tapi juga banyak kasus lainnya, mulai dari negosiasi masalah bisnis sampai melakukan pertukaran informasi penting hingga aksi intelijen.

Dia menghadapi banyak hal mulai dari misi menyelamatkan sandera di Pakistan, berurusan dengan pemberontak, bernegosiasi dengan Irish Republik Army, menangani masalah teror Bom hingga masalah senjata nuklir dan senjata biologis.

Dari banyak serial Yugo, saya menemukan dua ciri khusus yang selalu mereka sajikan; permainan intelijensia tingkat tinggi dan kesadisan ketahanan fisik.

Intelijensia tinggi, ditunjukan dari bagaimana Yugo menyelesaikan kasus-kasus rumit, bagaimana dia berbicara dan bernegosiasi dengan orang-orang berbahaya. Hal-hal tersebut disajikan dengan begitu banyak pengetahuan yang Yugo miliki mulai dari ilmu psikologi, logika matematik, filsafat, statistik, manajemen keuangan, masalah politik, fisika, kimia, hingga antropologi dan pengetahuan akan beragam agama dan kebudayaan di berbagai Negara. Cukup ekstrem untuk sebuah komik yang dibaca oleh anak-anak muda menurut saya.

Sedangkan kesadisan ketahanan fisik adalah bagaimana Shu Akana memvisualisasikan Yugo berhadapan dengan penjahat sadis yang menyiksanya dengan cara-cara ekstrim. Satu contoh saat dia berhadapan dengan Triad Hongkong, mereka maksa Yugo untuk masuk ke dalam gentong dan dibuat jadi ikan asin dengan memasukan berpuluh kilogram garam. Dengan pemandangan para korban lain yang telah menjadi tengkorak berbalut kulit di sekitarnya. Juga kasus ekstrim yang lain dia dicambuk dengan kawat berduri hingga tubuhnya berlumuran darah. Tusukan pisau ke tangan ataupun paku yang ditancapkan ke kaki sudah jadi makanan harian buat Yugo. Bahkan Bruce Wayne pun belajar menahan rasa sakit fisik dari Yugo Beppu di anime Dark Knight.

Sebenarnya banyak yang ingin saya review tentang Yugo dan kasus-kasusnya, namun saking banyak dan rumitnya di catatan ini saya hanya mengambil dua kasus.

Yugo in Toyako Summit dan Yugo in Philippines ODA

Kasus Toyako Summit di mulai dari Yugo bertemu dengan seorang teman lama, si jurnalis Arab yang pernah membantunya di kasus pemberontakan di Pakistan. (saya lupa nama jurnalisnya.) Dia memberi info pada Yugo tentang seorang teroris yang akan meledakan hotel dimana Toyako Summit berlangsung. Selain itu dia juga membawa info tentang seorang klien yang akan bertemu dengan Yugo, namun sebelum pertemuan terjadi si klien yang orang Rusia, tiba-tiba di tusuk oleh orang tak dikenal di sebuah lobi hotel yang ramai.

Tadinya saya pikir, Yugo akan menyelidiki siapa pelaku penusukan misterius tersebut, ternyata tidak Yugo mengincar hal yang lain, yang jauh lebih besar dari itu.

Terdapat konspirasi politik dan kekuasan besar dibalik Konferensi Toyako.

Konferensi ini dibuat untuk menandatangani kesepakatan kerjasama perminyakan antar tiga negara yaitu Rusia, Korea Selatan, dan Jepang. Projek dari Toyako Summit (atau projek Siberia III) mengingatkan saya dengan film James Bond 'World is Not Enough' Pembuatan jalur pipa minyak raksasa yang melewati beberapa negara sekaligus, proyek besar yang ternyata memiliki maksud jahat tersendiri. Ini pula yang terjadi pada kasus Toyako.

Ternyata jauh sebelumnya, projek pipa gas dan minyak ini pernah di gagas yaitu Siberia II yang sama-sama melibatkan tiga negara besar tersebut, namun projek ini gagal satu dekade yang lalu karena permasalahan dana yang tiba-tiba putus.

Yugo pun menyelidiki kenapa pedanaan projek Siberia sebelumnya terputus.

Dia pergi ke Vladivostok, Rusia. Di sana dia berniat menyelidiki perusahaan minyak bumi Enerco yang menjadi penggagas projek Siberia III. Saat penyelidikan belum dimulai tiba-tiba Yugo sudah di serang oleh orang tak dikenal, mereka menusuk Yugo dengan pisau dan memintainya untuk meninggalkan Rusia.

Syukurnya, seorang teman lama dari Vladivostok datang menyelamatkannya, dia ingin membawa Yugo ke rumah sakit, namun sang negotiator menolak, dia memilih pergi ke sebuah hotel. Di mana dia bisa bertemu dengan klien misteriusnya, yang ternyata adalah seorang wanita, dan dari si klien kisah apa yang terjadi dibalik pembatalan projek Siberia II pun mulai terjelaskan. Kisah sebenarnya pun menjadi rumit karena melibatkan kasus Kapal Selam Nuklir yang meledak di laut Barent.

Setelah mengetahui fakta-fakta tentang Enerco, Yugo pun menyelidiki perusahaan Korea yang menjadi penalang dana bagi Siberia III yaitu Kim Sang Group.

Di Korea Selatan, Yugo bertemu dengan anak dari Kim Sang yang sekarang memimpin perusahaan. Di sini semakin rumit karena ternyata Kim Sang dengan terpaksa melakukan perjanjian ilegal dengan Perusahaan Minyak di Jepang.

Pertanyaannya bagaimana Yugo bisa mengaitkan ketiga perusahaan multinasional tersebut, bagaimana dia bisa bernegosiasi dengan mereka semua, bagaimana dia menghadapi teroris yang meneror Jepang, juga bagian yang paling penting; bagaimana dia mengungkap konspirasi dan kejahatan para korporasi tingkat tinggi ini. Cerita yang begitu kompleks yang membuat Yugo The Negotiator, jauh lebih bagus daripada film-film spionase ataupun konspirasi ala Hollywood.

Saya benar-benar salut pada kegeniusan Shinji Makari, dia bisa menyajikan data-data dengan detail, dia memamerkan kekayaan intelektualnya, ini sangat mahal menurut saya, dan bagaimana dia bisa menyajikan plot-plot yang sangat penting, dan tidak ada ruang bagi drama picisan. Benar-benar luar biasa.

.  .  .


Tuesday, September 23, 2014

Azra Lazuardi

Tentang Azra Lazuardi
By Fitrah Tanzil


Saya suka berangkat ke kampus melalui jalan Bintaro Veteran lurus ke Rempoa dan sampai ke UIN Ciputat.

Dalam perjalanan antara Bintaro Veteran dan Rempoa, tepatnya 50 meter dari pertigaan pizza hut, terdapat jajaran ruko yang bagus. Bisa saya bilang cukup elit. Baik saat berangkat ataupun pulang dari kampus saya suka memandangi Ruko itu, kadang saya berkhayal seperti apa sih melihat dunia dari atas Ruko itu. Seperti apa melihat jalan Bintaro Veteran - Rempoa dari kaca besar di lantai 3 itu. Tapi saya tidak pernah berani untuk masuk ke sana.


Ruko itu berjajar empat memanjang. Lebar tiap ruko hanya 4 atau 5 meter, tapi panjang ke dalamnya mungkin 10 meter. Mereka berlantai 3 dengan jendela-jendela kaca yang besar. Ini yang membuat Ruko itu terlihat elit, seperti sebuah apartemen di daerah Pondok Indah. Ruko itu dipakai sebagai kantor PPATK, yang satu lagi dibuat kantor travel agent, satu lagi dibuat dealer motor. dan satu lagi selalu kosong, mungkin seperti untuk tempat tinggal. Tapi saya tidak pernah tahu orang seperti apa yang tinggal di sana. Untuk kantornya pun saya pikir, lantai dua dan tiga terlihat selalu kosong. Mungkin mereka hanya membuatnya sebagai tempat istirahat karyawan, atau mungkin untuk gudang.

Melihat Ruko itu saya berkhayal seandainya saya tinggal di sana, di lantai dua atau lantai tiga yang kosong, sebuah ruangan besar empat kali sepuluh meter hanya ada saya sendiri tanpa furniture ataupun perabotan yang membuat sempit.

Saya memandangi kaca jendela besar setiap pagi, mengawasi orang-orang yang berlalu lalang di Bintaro Veteran.

Saya punya sebuah laptop 17 inch berwarna hitam, dan sebuah iMac Apple 27 inch yang tergeletak di lantai putih. Kegiatan saya setiap hari hanya online di depan komputer, mengawasi pergerakan orang-orang di social media. Membaca banyak hal, kegiatan orang-orang yang tidak saya kenal. Saya mencari sebuah informasi penting, informasi yang bisa jadi petunjuk atau bahan baku bagi klien saya.

Iya, dari khayalan-khayalan inilah saya menciptakan sebuah nama, sebuah karakter yang sederhana yaitu Azra Lazuardi atau yang sering dikenal dengan nama sang informan.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, dia muncul di saat saya melihat-melihat jajaran Ruko itu saat berangkat ke kampus. Itu sekitar tahun 2007an

Saat itu social media seperti facebook dan twitter mulai berkembang, tidak seperti friendster atau MiRC, saat itu facebook sedang elit-elitnya, tidak semua orang bisa punya facebook. Dan saat itu tampilan facebook dan twitter jauh berbeda daripada sekarang. Hanya orang tertentu saja yang pakai facebook dan twitter yaitu kalangan menengah ke atas Jakarta.

Saya suka masa-masa itu, saya sangat suka tampilan-tampilan website.

Tidak seperti jaman sekarang, terlalu banyak arus informasi dan terlalu banyak sampah informasi. Apa yang mereka tulis hanya pengulangan, kalau tidak hanyalah sebuah sensasi.

Saya suka dengan karakter Azra dan kehidupannya.

Dia adalah yang terbaik, yang bisa saya khayalkan pada saat itu (bahkan sampai sekarang.) Azra, bukan seorang penulis seperti saya. Dia hanya mencari informasi, pekerjaannya hanya mengumpulkan data-data dan informasi yang diminta oleh klien.

Saya berharap, saya berada di zaman itu. Di mana hanya sedikit orang yang bisa menggunakan internet, internet masih murni, dan semua informasi yang berada di sana masih sangat relevan. Sedangkan pada jaman sekarang, untuk mendapatkan informasi penting kita harus masuk lebih dalam, kita harus menggunakan kata-kata kunci atau program query khusus untuk masuk ke dalamnya.

Azra itu adalah orang yang santai, dia menjalani hidup tanpa kecemasan apapun. Dia tidak khawatir dengan apa yang terjadi di masa lalu, dan dia juga tidak takut dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak ada yang menuntut Azra untuk melakukan apapun, tidak ada yang membanding-bandingkan dia dengan siapapun.

Sekalipun dengan kesantaian dan ketenangan hidup itu, dia tetap melakukan hal-hal penting. Dia tetap memberi kontribusi besar pada orang-orang di sekitarnya.
.  .  .

Bersetting pada tahun 2007an. Kegiatan pagi Azra adalah berdiri ke arah timur, menatap jendela besar yang langsung memberikan pemandangan lalu lintas Bintaro Veteran dan Mentari yang membumbung tinggi. Biasanya dia menikmati pemandangan riuh jalan ini, sambil menghirup hangatnya kopi setelah mandi.

Lalu pukul delapan, pekerjaannya pun dimulai.

Menyalakan iMac 27 inch-nya dan membuka social media (facebook dan twitter saat itu masih benar-benar elit tanpa anak alay.) Biasanya dia ditugaskan untuk menstalking seseorang dari kegiatan di social medianya. Nama-nama penting yang biasanya adalah artis, anak pejabat, atau eksekutif muda. Dia mengawasinya bukan hanya dari luar, tapi kadang informasi penting itu harus di dapat dari dalam.

Azra bukanlah hacker, tapi di komputernya dia punya software khusus yang bisa mengintip isi social media social seseorang, mulai dari percakapan private-nya, inbox, sampai dengan isi email mereka. Kadang software itu tidak selalu berhasil, karena para developer social media, selalu mengupgrade sistem keamanannya. Tapi ketika dia mendapatkan informasi penting pada hari itu, dia mendapat gaji setara dengan karyawan kantor yang bekerja selama 3 bulan. Apalagi jika seminggu dia mendapatkan 4 sampai 5 informasi penting, jumlah yang lebih dari cukup untuk membuat hidupnya santai,

Informasi penting ini bisa apapun, bisa tentang Ekonomi seperti akusisi saham, short selling dan sebagainya. Atau tentang hubungan asmara seseorang, seperti perselingkuhan, perceraian, dan sebagainya. Hingga informasi penting tentang prototype sebuah produk elektronik terbaru semua dengan mudah kutemukan.

Dalam perkembangannya, saya tidak terlalu menguasai IT. Melihat ribuan kata dari bahasa pemprograman, membuatku perlahan putusasa tentang konsep informan yang jago hacking atau setidaknya script kidies (tetap saja sulit.)

Karakter Azra sempat stagnan di tahun 2007-2009an

Kemudian di tahun 2010an saya menemukan konsep Retrocognition, tentang kekuatan supranatural di mana seseorang bisa melihat apa yang terjadi di masa lalu dengan menyentuh suatu benda. Dari sini saya mengembakan konsep bahwa yang membuat Azra hebat sebagai informan adalah bukan karena keahlian dia menggunakan komputer melainkan karena kekuatan supranaturalnya. Dia bisa melihat apa yang terjadi dalam waktu 24 jam dari benda yang disentuhnya, dia melihatnya seperti rekaman kamera CCTV tiga dimensi.

Sayangnya, saya tetap kesulitan mengembangkan karakter Azra.

Saya hanya menyukai bagian yang baik saja dari Azra, saya tidak pernah berkhayal tentang konflik apa yang dia alami, saya tidak pernah berpikir yang rumit tetap apa yang menghadang dirinya, tentang peristiwa-peristiwa buruk yang dia alami, saya tidak ingin berpikir yang tidak enak. Karena secara sadar maupun bawah sadar, saya benci dengan kesulitan dan kesusahan di dunia nyata.

Karakter Azra pun tidak berkembang, meski punya kekuatan supranatural tapi tetap saja saya tidak bisa membuat cerita yang bagus untuk dia. Belakangan, saya memecah karakter ini menjadi dua, Azra yang versi asli dan Rain si pemuda dengan Retrocognition.

Rain punya cerita sendiri yang berbeda dengan Azra.

Dia punya latar belakangan sendiri, bagaimana dia bisa memiliki kekuatan retrocognition tersebut, dia punya markas tersendiri, dia punya rekan tersendiri (yaitu Nekomata) namun secaca deskripsi pekerjaannya tidak jauh beda dengan Azra, sama-sama orang yang bekerja untuk mengumpulkan informasi.
.  .  .

Saat 2013 akhir, saya mengalami dilema, keraguan bagaimana mengembangkan Azra. Dengan menciptakan novel Triad of Death justru saya membuat Azra lebih sebagai karakter detektif daripada seorang informan.

Dia lebih banyak melakukan deduksi dalam memecahkan kasus, daripada mengumpulkan informasi tentang kasus itu sendiri. Di sini saya sudah mulai rancu antara informan dan investigator, Memang Azra bekerja sebagai informan (orang yang mencari informasi) bagi Detektif Ming, tapi Azra sendiri juga melakukan analisis seperti detektif dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Azra memang bukan karakter super-hero, tapi sebagai protagonist utama, dia memiliki kekuatan khusus yang tidak dimiliki orang lain yaitu Knight Move Thinking. Dia memiliki otak dengan kemampuan berpikir yang melompat dua sampai tiga kotak di banding orang lain. Dia memiliki kreatifitas tinggi dan cara berpikir yang berbeda dari orang lain sehingga dia bisa memperkirakan apa yang akan dilakukan oleh para penjahat selanjutnya.

Dibanding dengan karakter-karakter lain yang sering saya khayalkan, sampai sekarang Azra tetaplah yang terbaik. Bisa dibilang semua hal tentang dia adalah mimpi-mimpi saya tentang hidup saya sendiri. "Ah, seandainya saja saya adalah Azra, mungkin semuanya akan jauh lebih baik."
.  .  .

Sunday, September 21, 2014

Cerita Tentang Phoenix ( I )


Cerita Tentang Phoenix ( I )
Sebuah Cerpen
By Ftrohx


Virli memarkirkan Camry Hitamnya. Membuka pintu dan berlari kecil menerjang hujan gerimis.

Tempat ini adalah sebuah kafe dengan gaya retro, cukup strategis, berada di daerah Mayestik yang dekat dengan Gandaria dan Radio Dalam.

Di terasnya terlihat bangku-bangku klasik dan meja kopi berbentuk bulat beralaskan warna coklat muda dengan pinggiran warna perak. Dari jendala kaca yang besar Virli melihat seorang pemuda dengan kaos putih lengan panjang sudah menunggunya. Pemuda itu tak lain adalah Lufin si detektif amatir.

Ini bukan kencan, bukan pula sebuah rapat bisnis,

Virli hanya ingin sharing informasi penting tentang masa lalu sahabatnya si Azra. Entah, apa nantinya informasi ini akan berguna atau tidak. Yang pasti, dia pikir lebih baik dia mem-sharingnya daripada menyimpan beban itu sendirian. 

Satu langkah di depan pintu kafe, Lufin sudah terlihat melambaikan tangan. Virli pun dengan cepat berjalan dan mengambil tempat duduk, berjabat tangan, menyapa hangat dengan basa-basi, lalu tak sampai 5 menit secangkir Cappuccino panas datang ke meja.

“Aku kurang tahu detailnya, karena aku tidak satu sekolah dengan Azra.”

"Bukannya kamu juga ikut Taekwondo waktu SMA?" tanya Lufin.

"Nggak, saat SMA aku hanya ambil dua ekskul yaitu Teater dan Basket. Aku baru ikut Club Taekwondo saat kuliah." Jelas Virli.

“Ooh,”

"Jadi apa yang kamu tahu tentang dia?" lanjut Lufin.

“Tidak banyak, aku juga tidak mengetahui seperti apa wajahnya.”

“Kamu dapat darimana?”

“Beberapa saksi mata plus info dari Pak Hendra, namun untuk masalah ini informan terbaik kita; Azra justru tidak mau membantu,”

“Seperti gejala trauma,”

“Iya mungkin, tapi menurutku ini lebih ke masalah personal. Begitu juga dengan orang-orang di sekolah itu, mereka terlalu takut sampai-sampai jika bercerita tidak pernah menyebut nama aslinya. Mereka hanya menyebutnya dengan DIA.”



“Seperti Voldemort disebut dengan you know who?”

“Iya, sama mengerikannya. Aku jelaskan sedikit detailnya. Dia seorang perempuan dengan paras yang sangat cantik, dia memiliki tubuh yang atletis, memiliki kulit putih, rambut berwarna pirang, dengan pakaian yang jeans dan kaos yang santai seperti anak laki-laki, dan dia juga sangat suka olahraga yang keras termasuk beragam ilmu beladiri.”

“Dia mirip dengan kamu donk?”

“Hahaha... banyak yang bilang begitu,” Virli meletakkan cangkir kopinya. “Dia populer, disukai banyak orang, namun dia juga membuat batasannya sendiri. Mereka bilang dia seperti mentari pagi dengan sinar jingga yang menghangatkan.”

“Begitu puitis,” celetuk Lufin.

“Ada yang bilang dia cewek baik-baik, seseorang yang punya sikap dan disiplin. Ada juga yang bilang dia ramah pada semua orang, murah senyum dan sebagainya. Namun informasi yang paling penting, dan bisa jadi menjadi kunci adalah 'dia' merupakan seorang petarung. Dia suka sparing atau latih tanding Taekwondo, tapi bukan dengan perempuan melainkan laki-laki.”

“Nah, itu bagian penting."

Virli mengangguk. “Iya, ini bisa jadi kuncinya mengapa dia terlibat dalam kasus-kasus itu.”

“Sama seperti kamu,”

“Bedalah, aku baru mulai latihan beladiri setelah lulus SMA, sedangkan dia sudah suka dengan tindak kekerasan sejak sekolah dasar.”

“Karakter yang ekstrim,”

“Iya, apalagi saat masuk SMA, kamu tahu di era itu, tawuran merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Setiap hari kamu bisa melihat perkelahian di jalanan dan hal yang lumrah jika di perempatan kamu melihat siswa berseragam membawa katana.”

“Bukannya sampai sekarang tawuran masih khas dengan itu, senjata tajam termasuk pedang samurai.”

“Memang masih tapi di zaman itu, semuanya jauh lebih parah, lebih liar.”

“Pasti karena kepopuleran Rurouni Kenshin,”

“Pastinya,” Virli tertawa kecil. “Jujur, aku lebih suka versi anime-nya daripada versi Live Action yang ada di bioskop sekarang,”

“Hahaha… Lebih original,”

“Absolutely,” bibir Virli tersenyum simpul. “Aku lanjutkan lagi, kamu tahu. Dia adalah satu-satunya anak perempuan, mungkin se-Jakarta bahkan bisa jadi se-Indonesia yang ikut tawuran, bertarung melawan banyak orang dan menang. Dia menjadi legenda karena itu, dan saat kejadian dia masih kelas 1 SMA. Coba bayangkan bocah kelas 1 SMA menghajar 50 orang.”

“Iya, aku tahu itu, tapi bukannya dia membuat 15 orang dikirim ke rumah sakit.”

“Kamu pasti membacanya dari catatan Elang ya? Tapi dari sumberku mereka bilang lebih dari 50 orang.”

“Sadis,”

“Iya, benar-benar gila.” Virli menggelengkan kepala, lalu matanya menatap keluar jendela. Hujan kembali turun dengan deras. “Ceritanya panjang sebenarnya, setelah aksi tawuran itu masih banyak lagi pertarungan-pertarungan yang dia hadapi. Tapi kita lewatkan saja bagian itu dan langsung ke intinya. Tentang turbulensi yang mengubah hidupnya menjadi seperti sekarang.”

“Menjadi seorang assassins,”

“Iya, dari apa yang diceritakan sumberku, sesuatu terjadi pada dirinya saat libur semester di kelas 2 SMA. Saat dia pergi ke kampung halaman orangtuanya di Sumatera Barat. Bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan, seluruh penumpang tewas kecuali hanya dia.”

Lufin mengerutkan dahi. “Kok bisa?”

“Kejadian itu sampai sekarang di selimuti misteri, sampai sekarang masih jadi mitos dan spekulasi banyak orang. Ada yang bilang, kejadian itu kecelakaan itu melibatkan unsur supranatural, ada yang bilang memang murni kecelakaan, ada yang bilang bus itu dibajak dan terjadi sabotase, dan beragam teori lainnya. Yang jelas setelah kejadian itu dia berubah, dan dari sinilah muncul nama Phoenix.”

“Oh, tentu saja. Ini seperti dalam legenda-nya, burung yang bangkit dari kematian, burung yang hidup dari tumpukan abu-nya sendiri.”

“Iya, karena dia satu-satunya yang selamat, dia hidup diantara tumpukan jasad orang yang tercabik-cabik dalam bus yang ringsek. Sebuah keajaiban sekaligus tragedi, dia kembali ke Jakarta seolah tidak terjadi apa-apa. Awalnya menurut sumberku dia masih sama seperti dulu ceria, agresif, tomboy, dan sekaligus cantik. Namun perlahan dia mulai berubah, rambutnya yang dulu pirang menyalah berubah menjadi hitam gelap. Begitu juga tatapan matanya dulu cerah berubah menjadi sangat dingin.”

Lufin memegang tengkuk lehernya, dia terlihat menggidik.

“Seminggu dua minggu berlalu,” lanjut Virli. “Dia yang dulu ceria, berubah menjadi si wajah murung. Semakin lama wajahnya semakin menakutkan seperti hantu. Minggu demi minggu, dia masih berkumpul dengan teman-teman tapi hanya sesekali saja tersenyum dan hanya sesekali saja tertawa. Namun hal yang ganjil pun mulai muncul saat dia bertarung dengan siswa sekolah lain. Dahulu sebelum dia berubah, dia hanya melumpuhkan lawan, hanya membuat lawannya jatuh ke tanah. Tapi saat rambutnya sudah menghitam, tanpa segan-segan dia membuat lawannya sekarat berlumuran darah.”

“Mereka bahkan menambahkan banyak julukan, mulai dari iblis rambut hitam, si gadis hantu, sang pembantai, dan sebagainya.Namanya semakin, makin terkenal dari mulut ke mulut semua orang membicarakannya, tentang gadis SMA yang suka membawa Katana ke Sekolahan. Tentang gadis SMA yang membacok beberapa orang siswa saat tawuran, dan sebagainya. Namun ajaibnya, tidak pernah ada wartawan ataupun media yang memotret wajahnya, tidak pernah ada polisi yang mencari dirinya.”

“Nah, itu masalahnya kita nggak punya catatan fisik mengenai dia, semua hanya mitos dari mulut ke mulut,”

“Iya, iya, aku juga tahu itu, tapi masalah teknikal,”

Lufin mengangguk.

Virli menghirup kopinya.

“Aku lanjutkan. Pertarungan demi pertarungan terus terjadi. Ada yang bilang korbannya ada puluhan orang dan yang lain bilang sudah ratusan. Mereka bilang dengan menjadi 'phoenix' dia berubah menjadi sociopath, dia haus akan darah dan dia ketagihan akan tindakan kekerasan, ketagihan akan membantai orang.”

“Seperti legenda Batosai,”

“Setiap legenda memang selalu dibuat berlebihan, tapi pertarungan-pertarungan di jalanan itu bukanlah puncaknya. Suatu ketika di akhir kelas 2, ada sekelompok preman yang menyerang sekolah. Mereka mengancam para siswa bahkan yang tidak tahu apa-apa. Para preman itu mencari 'phoenix' namun karena tidak kunjung muncul mereka menculik seorang perempuan, dan memberi surat ancaman kepadanya melalui seorang siswa. Beberapa hari kemudian, siswi yang diculik ditemukan di daerah Serpong. Sedangkan para preman itu menghilang, lenyap begitu saja. Saat mereka menghilang, tidak ada saksi lain kecuali siswi yang diculik itu. Saksi memberikan keterangan setelah siang nya dia diculik dan di bawa ke sebuah gudang, malam itu juga Phoenix muncul.”

“Terus?”

“Ini bagian yang mengerikannya, Phoenix langsung membacok ketua preman tersebut. Setelah itu menurut apa yang dilihat saksi, darah para cecunguk itu membanjiri gudang. Mereka semua tewas dan ada kepala yang menggelinding di hadapan saksi, bahkan di injak oleh Phoenix seolah seperti bola sepak. Namun yang lebih mengerikan lagi adalah wajah sang pembantai yang berlumuran darah, dengan sorot matanya yang merah seperti Dracula.”

“Setelah keterangan dari satu-satunya saksi yang selamat. Para polisi pun menelusuri TKP, mereka mencari barang bukti ataupun jejak yang ditinggalkan sang pembantai. Tapi nihil, tidak ada apapun. Tidak ada saksi lain, tidak ada jejak dari pelaku, tidak ada barang bukti, dan yang terpenting tidak ditemukan mayat para korban. Seperti kasus-kasus misterius lainnya, semua menjadi dingin dan terabaikan.”

Virli melihat ke jendela besar, secara ajaib dia melihat kupu-kupu yang terbang di antara gerimis hujan.

Kupu itu berwarna hitam dengan pinggiran sayapnya berwarna biru seperti api.

“Dia menghilang setelah itu?” tanya Lufin.

“Belum, dia masih berkeliaran di sekolah sampai seminggu setelah kejadian. Lalu sebuah anti-klimaks terjadi, kamu pasti pernah mendengar legenda ini, pada sabtu malam yang hujan ditemukan seorang siswa SMA yang berlumuran darah di atap sekolahnya. Ada bekas luka panjang di dada sampai perut siswa tersebut. Kamu pasti ingat, karena cerita ini begitu populer.”

“Ini bukan tentang anime Jepang kan?”

“Bukanlah, masa kamu nggak tahu, siswa itu adalah Azra sendiri. Kejadian itu terjadi sepuluh tahun yang lalu, dan kejadian itu adalah satu-satu catatan tentang Phoenix yang diberitakan di Koran-koran lokal. Saat itu kami telah masuk kelas 3 SMA, saat itu seminggu sesudah UTS.”

“Konon terjadi perdebatan yang berujung keributan dalam geng yang dipimpin oleh Phoenix, issue nya mereka tidak ingin menjadi pengikutnya. Mereka memberontak bersama dengan Azra. Konon pula, Phoenix yang memulai semuanya. Dia mengajak duel teman-teman satu sekolahnya sendiri, dan satu per satu mereka semua dibantai. Konon di antara semua itu, yang paling kuat, dan yang terakhir adalah Azra. Ada juga yang bilang, Azra mencoba menghentikan Phoenix sendirian. Dia punya keinginan untuk membalik keadaan, untuk mengembalikan Phoenix seperti yang dia kenal dulu di SMP.”

Lufin menopang dagu. “Sepertinya ada hal yang disembunyikan Azra?”

“Kamu pasti akan terkejut,” Virli tersenyum seperti kucing.

“Apa?”

“Phoenix adalah cinta pertama Azra,”

Lufin menaikan kepalanya. “Ah, itu dia, sekarang aku tahu kenapa kamu bilang ini menjadi masalah personalnya, aku ngerti sekarang kenapa dia begitu menginginkan kasus sendirian.”

“Masa-masa akhir SMA itu menjadi puncaknya. Seperti pertarungan dalam kisah klasik pendekar silat, mereka bertarung di puncak tertinggi. Bertarung di tempat yang sangat nostalgia bagi mereka yaitu di atap SMA Neunzig.”

“Pastinya pertarungan yang dramatis,”

“Iya, berada di bawah guyuran hujan dan raungan petir. Mereka bertarung menggunakan Katana seperti para Samurai yang melegenda, dengan kilatan cahaya dan bunyi detingan keras yang beradu membentuk simfoni. Aura mereka saling memenuhi langit. Lalu duelpun berakhir dengan spektakuler,”

“Mereka saling memunggungi satu sama lain,” Lufin tertawa. “Hahaha… apakah kamu bercerita atau ingin menulis sebuah komik,”

Virli pun ikut tertawa.

“Salah satu dari mereka jatuh duluan, satu dari pedang mereka patah. Sementara bagi yang berdiri, dialah justru yang kalah. Darah menyembur seperti air mancur dari dada Azra. Dan phoenix menatap mata lawannya yang sekarat. Mungkin dia memberikan sebuah pesan, mungkin dia langsung membelakanginya dan hilang ditengah hujan.”

“Namun Azra tetap hidup,” celetuk Lufin.

“Iya, disitulah serunya, jagoan tidak pernah mati dengan mudah. Lalu semuanya seperti kata Joker, apa yang tidak membunuhmu membuatmu menjadi orang asing.”

“Atau seperti kata para filsuf, untuk dilahirkan kembali seseorang harus mati terlebih dahulu.”

“Iya benar banget, selanjutnya Pak Hendra bilang bahwa kejadian itu menjadi titik balik bagi hidup Azra. Menjadi alasan kenapa Azra memutuskan untuk menjadi seorang informan, Selama bertahun-tahun dia terjun langsung mencari informasi-informasi penting mengenai dunia kriminal, konon selama bertahun-tahun tujuan cuma satu untuk menemukan phoenix dan membawanya kembali pulang. Membawanya kembali menjadi seperti dulu.”

“Huh, Azra yang obsesif,” ujar Lufin sambil membereskan tasnya. “Tapi menurutku cerita ini terlalu berlebihan, aku rasa dia tidak sehebat itu.”

“Mungkin kamu benar, mereka tidak sehebat itu. Tapi aku rasa cerita ini memang benar-benar terjadi, mungkin tidak ada katana, mungkin pertarungan itu menggunakan belati besar seperti yang dipakai para Priest untuk menggorok vampir."

“Hahahaha… imajinasi kamu makin bagus saja,” Lufin berdiri dari tempat duduknya. Begitupula dengan Virli dan mereka bersalaman. “Thanks ya untuk kopi dan ceritanya.”

“Sama-sama,”

Mereka pun keluar dari kafe dan mengambil jalan yang berbeda.

Di depan pintu mobil Virli terdiam, tangannya mengada dan kepalanya mendongak ke atas, hujan sudah kembali reda hanya tersisa gerimis.

Aspal parkiran yang basah memantulkan warna jingga dari lampu jalanan.

Lalu di depannya kupu-kupu hitam yang terlihat di jendela tadi terbang melintas, kepakan sayap kecil itu seolah menuntun Virli untuk melihat ke satu arah, ke seberang jalan dimana berdiri seorang wanita berkulit putih dengan jas hujan warna hitam. Dia itu menatap Virli dengan sangat dingin, seolah serigala lapar menatap buruannya.

Tiba-tiba sebuah SUV melintas dan si wanita menghilang begitu saja, seperti HANTU.

.  .  .

Monday, September 15, 2014

Psychic Detective Yakumo

Pyschic Detective Yakumo
Alternate Story dan Sebuah Review
By Ftrohx


Tahun 2010an sejak trend Death Note mulai tenggelam. Saya bertanya-tanya sendiri, ada nggak sih yang bisa menggantikan Detektif L. Lawliet? Ada nggak sih karakter fiksi detektif yang bisa setara dengan dia? Setara dalam artian nggak kalah populer dan nggak kalah idealis dari L.?

Iya, pada tahun itu secara kebetulan saya menjelajah situs onemanga (yang sekarang sudah di banned) dan saya menemukan dua judul yang keren yaitu Bloody Monday dan Psychic Detective Yakumo.

Bloody Monday bercerita tentang anak muda yang jago hacking, yang kemudian berkonfrontasi dengan teroris international serta aksi-aksi spionase. Belakangan Bloody Monday saya lihat terlalu di panjang-panjangin, juga saya nggak terlalu sereg dengan tokoh utamanya. Dia terlalu hebat tanpa cela, saya nggak pernah suka karakter yang sempurna seperti ini.



Lalu, saya lebih fokus di komik Pyschic Detective Yakumo. Memang tidak seperti Bloody Monday yang gambarnya lebih shounen (menjurus ke seinen)

Yakumo versi awal menyajikan gambar karakter-karakternya seperti komik Shoujo atau bisa dibilang rada-rada mirip komik Skip Beat. Lebih ke bacaan untuk anak cewek, namun dari sisi konten. Komik ini justru lebih banyak bermain di logika yang lumayan berat, yang biasanya sulit dinikmati oleh anak perempuan.

Kasus pertama dalam komik Yakumo adalah kasus "Hantu ruang bawah tanah" di belakang kampus. Cara sang ilustrator Suzuka Oda menyajikan gambar TKP benar-benar menakjubkan, hingga saya bisa merasakan suasana gelap dan menyeramkan di dalam sana. Inilah yang membuat saya langsung jatuh cinta pada serial Yakumo.

Setelah Yakumo versi awal, tiba-tiba di internet saya menemukan Psychic Yakumo (2009) atau disebut Yakumo Alternate Story. Kali ini gambar karakter Yakumo lebih Manly, rada-rada mirip dengan karakter-karakter COOL di Weekly Shounen Jump. Dia menjadi lebih garang, lebih womanizer tepatnya. Dengan kasus pembuka yang hampir versi awalnya, namun di puncak mereka menyajikan penyelesaian kasus yang berbeda. Agak mengejutkan, dan iya saya suka konsepnya. Sayangnya, versi baru ini jarang di update oleh situs manga online, jadi saya tidak membaca keseluruhan ceritanya.

Lalu di tahun 2010 atau 2011 saya menemukan versi anime-nya. Di versi anime cerita Yakumo berbeda dari yang versi manga sebelumnya. Versi anime ini lebih mendekati Yakumo (2009) namun ajaibnya anime ini lebih dulu selesai daripada komiknya. Jadi ada tiga versi dari Yakumo, versi 2006 yang original (dengan gambar karakter seperti manga shouju), lalu versi anime 2010 yang lebih ke shounen, dan terakhir Yakumo alternate story (yang dimulai dari tahun 2009 - 2013.) Dan sekarang ini saya lebih suka yang versi termutakhirnya yaitu Yakumo alternate story.
.  .  .


Jadi apa yang bisa kita pelajari dari komik ini.

Ada dua hal menurut saya; Konten dan Visual.

Konten, Yakumo menghadirkan ilmu-ilmu forensic dan investigasi modern. Ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak akan kamu dapati dari novel-novel detektif Klasik, tidak di Sherlock Holmes ataupun Agatha Christie.Sedangkan Visual, tentu saja Yakumo menghadirkan gambaran yang real baik itu karakter ataupun setting tempatnya. Cara-cara ilustrasinya seperti Takeshi Obata dari Death Note, hanya saja Suzuka Oda (sang manga-ka) membuatnya menjadi lebih COOL lagi.


Beberapa catatan penting yang saya temukan yaitu Adipocere, Circumstantial Evidence, dan Locked Room Trick.

Ini adalah cara-cara baru dalam penyelidikan, memang ini adalah ilmu police procedural, namun Manabu Kaminaga (penulis Yakumo) bisa menyajikan ilmu-ilmu itu dengan mudah dicerna orang banyak.

Adipocere (tahap pembusukan jasad, dimana mayat tersebut berubah menjadi seperti lilin atau sabun) saya menemukan istilah ini dari Yakumo vol. 8 kasus “Hantu terbakar” di belakang sekolah. Istilah Adipocere ini pun agak mengejutkan karena selama mempelajari text book postmortem saya tidak menganggap serius detail ini, lagipula apa pentingnya mengamati jasad yang telah lama membusuk. Namun adipocere menjadi bagian penting bagi sebuah trik yang besar di kasus mayat terbakar, karena rasanya mustahil mayat seseorang bisa terbakar sampai menjadi arang hingga ke tulang-tulangnya tanpa membakar ruang di sekitarnya.

Kedua, masalah Circumstantial Evidence, selama ini saya terfokus hanya pada pembuktian dengan barang bukti, saya baru tahu belakangan dari Psychic Yakumo bahwa pembuktian juga bisa dilakukan tanpa menggunakan barang bukti, yaitu dengan pembuktian secara circumstantial pada kasus ‘Hantu di Apartemen’.

Saya sendiri cukup tercengang dengan adanya cara pembuktian seperti ini, dan ternyata cara inipun dilegalkan di pengadilan di beberapa Negara bagian di Amerika.  

Pembuktikan circumstantial adalah pembuktian yang berdasarkan inference atau serangkaian kejadian untuk menciptakan konklusi atas fakta. Misalkan seorang saksi melihat pelaku menusukan pisau ke perut korban hingga tewas maka kesaksian itu disebut bukti langsung, sedangkan bukti circumstantial sebaliknya saksi tidak melihat secara langsung kejadian namun saksi melihat tersangka masuk ke dalam rumah, dia mendengar jeritan korban, dan kemudian melihat tersangka keluar dengan berlumuran darah. Pernyataan-pernyataan ini bisa disebut bukti circumstantial karena membentuk serangkaian fakta. Dan bukti circumstantial dapat diterima di pengadilan sebagai pembuktian yang valid untuk menjatuhkan hukuman bagi tersangka.


Satu lagi metode yang jadi perhatian saya adalah teori locked room trick ala John Dickson Carr. Dalam kasus Eiji Kamiyama yang menjadi kasus favorit saya di volume 6 dan 7 yaitu kasus Hantu di Apartemen.

Di saat Gosho Aoyama dan teman-teman manga-ka detektif lainnya fokus pada trik locked room dengan teknik jarum dan benang. Yakumo menyajikan trik locked room dengan permainan psikologis yang jauh lebih efektif daripada permainan fisik.

Saya suka dimana sang manga-ka Kaminaga sensei menyajikannya dengan benar-benar apik.

Seorang gadis terjebak di sebuah kamar apartemen yang dihuni oleh hantu. Kemudian para saksi melihat dari bawah lampu kamar si gadis mati dan menyala, juga ada bayangan wanita menyeramkan di jendela. Lalu ketika para saksi mengejar jeritan gadis itu. Tiba-tiba si gadis di teror hantu itu menghilang dari kamarnya, padahal kamarnya terkunci dari dalam. Yang mengejutkan trik-nya bukanlah pada mekanisme jarum dan benang, melainkan permainan psikologis yang sangat mendalam. Dan jujur fakta-fakta dari permainan psikologis jauh lebih menyakitkan daripada trik jarum dan benang.


.  .  .


Saturday, September 13, 2014

Karakter Fiksi Detektif di Indonesia


By Fitrah Tanzil


Dari dulu kita selalu bertanya-tanya ada nggak sih karakter fiksi detektif di Indonesia? Atau Indonesia punya nggak detektif-detektif fiksi seperti Sherlock Holmes atau Hercule Poirot? Atau ada nggak anak muda yang nulis cerita detektif atau ada nggak penulis cerita detektif baru?

Karena selama ini tiap kali kita menjelajahi toko buku ataupun Gramedia yang kita temui adalah nama-nama lama; S Mara Gd, V Lestari, Harun Harahap, Arswendo, dan sebagainya merupakan nama-nama penulis era 80-an. Ada nggak sih yang angkatan tahun 2000-an atau 2010-an. Iya, selama riset saya beberapa tahun belakangan ini. Saya menemukan beberapa nama, mereka memang belum sehebat detektif-detektif luar negeri, tapi karya mereka saya rasa layak untuk diakui.

Detektif Fiksi Indonesia itu ada, dan bisa saya bilang MALAH SEMAKIN BANYAK. Hanya saja kurang di sorot oleh media massa. Ok, di bawah ini adalah limabelas karakter detektif fiksi yang menarik hati saya:



1. Detektif Clianta

Saya suka namanya, keren dan mudah untuk diingat. Clianta diciptakan oleh Shin Elqi dan dibuat cerita berseri di situs kemudian.com

Kisah Clianta ditulis dengan PoV 1 dari sudut pandang Artha, seorang pemuda yang mengaguminya. Atau bisa dibilang Artha adalah John Watson-nya sedangkan Clianta adalah Sherlock-nya, hanya ditambah dengan bumbu romansa yang pas. 

Saya suka Clianta meski saat ini masih dalam bentuk cerita pendek.

 
2. ELANG

Menurut saya, karakter yang keren mesti punya nama yang keren dan kemampuan berpikir yang genius. Dan Elang Wisesa punya keduanya. Dia sukses baik itu dari segi penamaan ataupun detail kepribadian/karakter.

Elang adalah protagonis utama di novel Biru Indigo karya Putra Perdana.
Dia merupakan mantan agen rahasia yang kemudian membelot dan bekerja sebagai seorang assassins. Elang juga merupakan penyelidik yang handal, dia jago menganalisis kasus kriminal, dan punya banyak pengetahuan strategi militer, plus jago bertarung.

Iya, diantara banyak karakter spionase ataupun detektif di Indonesia, menurut saya sampai saat ini belum ada yang pas, yang bisa menyamai kharisma dari ELANG-nya Putra Perdana. Penulis ini, bukan hanya penikmat literatur dunia barat tapi juga dunia timur. Itu mengapa karakter Elang begitu kuat menurut saya, seolah fusion dari garang Jason Bourne dengan eksenktriknya rocker Miyavi.



3. Fisca Silalahi

Hampir sama seperti Clianta, saya suka namanya, Detektif FISCA. Diciptakan oleh Chris Kudo dan beredar dalam bentuk serial di kemudian.com. Cerita FIsca ini bersetting di Medan, Sumatera Utara. Dia bekerja di sebuah kantor LBH, tapi dia juga bekerja sebagai investigator lapangan. Belakangan saya suka membaca cerita detektif-detektif lokal seperti ini.

Selain itu saya juga suka opening-nya. Bagaimana Chris Kudo membuat seolah versi terbalik dari pakem kisah-kisah detektif klasik. Biasanya kita para pembaca melihat dari sudut pandang detektif pria, yang sedang santai di kantornya pada suatu pagi kemudian kedatangan tamu seorang wanita misterius yang memberi dia sebuah kasus pembunuhan. Cerita Fisca sebaliknya justru dialah wanita misterius itu dan dia pulalah detektifnya. Semua dimulai dari suatu pagi di kantor FIsca, kemudian datang sebuah kasus.

Jujur, konsepnya asik, saya suka itu.

Penamaan Fisca sendiri menurut saya juga cukup sexy, dia juga kadang mengingatkan saya dengan agen FBI wanita di Death Note yaitu Naomi Misora.


4. Detektif Adam Yafrizal

Di antara banyak fiksi detektif Indonesia yang di share secara free di internet, belakangan kisah Detektif Adam menjadi favorit saya, Diciptakan oleh Fandi Sido, dan dibuat cerita dalam bentuk serial di Kompasiana.com

Adam adalah detektif lokal, dia mengambil kasus seputaran Yogyakarta hingga mencangkup wilayah Jawa Tengah. Seperti yang saya bilang di atas, saya suka detektif Indonesia yang membawa unsur-unsur lokal ini. Seperti halnya Fisca yang mengambil lokasi di Medan ataupun Badai dari Project X yang mengambil setting di Kota Makassar.

Detektif Adam adalah karakter yang sangat teliti, dia sempat mengingatkan saya dengan Hercule Poirot-nya Agatha Christie, hanya saja seluruh cerita Adam disampaikan dari PoV 3, tapi tidak masalah menurut saya karena dia bisa menyampaikan permasalahan secara apik.
Satu hal yang brilliant dari sang penulis Fandi Sido adalah begitu banyak kasus yang ditangani oleh Adam Yafrizal, mulai dari kasus pembunuhan dalam ruang tertutup, kasus penculikan, hingga pencarian orang hilang dan pemecahan puzzle di kasus Surat Ketujuh. Dari beragam kasus ini, menunjukan stamina kreatifitas yang luar biasa dari Fandi sebagai penulis muda.



5. Inspektur Bram

Jika saya ditanya, "Novel crime thriller asli Indonesia terbaik saat ini apa?" saya pasti masih akan menjawab, "Metropolis: Sindikat 12 karya WIndry Ramadhina."

Di novel ini terdapat karakter penyelidik kepolisian yang tangguh yaitu Inspektur Agusta Bram.
Iya jarang sekali ada novel fiksi Indonesia yang menyajikan detektif kepolisian sebagai tokoh utamanya, dan menurut saya ini adalah sebuah dobrakan dari Mbak Windry, sebuah keberanian yang langka. Jika beberapa detektif yang di atas membawa pembaca ke kota-kota di Indonesia, Bram membawa kita menelusuri tempat-tempat para mafia di Jakarta.

Spot-spot seperti Kampung Ambon, Mangga Besar, hingga daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Wilayah-wilayah panas Jakarta. Bram adalah karakter seorang analitik dan logis, dia benar-benar seorang laki, dan menurut saya Mbak WIndry berhasil mendalami tokohnya.


6. Makarim Ghanim

Makarim adalah tokoh utama di novel Rencana Besar karya Tsugaeda. Jujur, saya belum baca novel Tsugaeda ini. Tapi, dari review-review yang saya baca di goodreads.

Makarim adalah karakter investigator yang unik. Dia bukan seorang detektif melainkan konsultan sumber daya manusia. Klien-kliennya adalah perusahaan besar baik swasta maupun BUMN, termasuk permasalahan perbankan. Sebuah kasus unik muncul yaitu hilangnya dana 17 milyar di sebuah bank swasta, dimana si klien memintanya untuk menyelidiki kasus tersebut secara rahasia, tanpa melibatkan polisi ataupun detektif swasta, termasuk penyelidik/audit internal bank.

Saya suka konsepnya, seorang yang Non-Detective tapi mengerjakan tugas dengan cara detektif. Mengingatkan saya dengan banyak tokoh fiksi lainnya seperti Rantau dari novelnya Armantyo ataupun Thomas dari Tere Liye, sebenarnya saya sendiri juga mengerjakan tokoh-tokoh seperti ini yaitu Azra sang Informan dan Lufin si Rookiez.

Oh iya, kita punya Chris Kudo di Medan, Shin Elqi di Malang, Badai di Makasar, serta Fandi SIdo di Yogyakarta. Putra Perdana dan Windry Ramadhina di DKI Jakarta. Maka setting dari petualangan Makarim karya Tsugaeda ini membawa kita ke Surabaya.


7. Thomas dari Negeri di Ujung Tanduk

Thomas adalah tokoh protagonist dalam dua novel karya Tere Liye yaitu Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk.

Thomas bukan detektif, dia juga bukan agen rahasia, melainkan seorang konsultan keuangan. Hanya saja dia versi super dari seorang konsultan keuangan. Dia pintar, dia tampan, dan dia jago ilmu beladiri. Bisa diibarat Thomas adalah fusion dari Rhenald Kasali dengan James Bond.

Karakter Thomas memang agak berlebihan. Tapi karakter ini layak diapresiasi menurut saya, karena tidak semua orang menulis novel thriller, apalagi dengan konten ilmu manajemen keuangan dan permasalahan politik di Indonesia 


8. Inspektur Timur Mangkuto

Namanya benar-benar polisi banget ‘Timur Mangkuto’ dia adalah penyelidik kepolisian dalam novel Negara Kelima karya Es Ito.

Timur memang bukan penyelidik seperti Bram yang melakukan deduksinya sendiri layaknya detektif fiksi klasik. Dia lebih ke procedural, agak kaku memang. Namun, dengan bantuan orang-orang di sekitarnya perlahan dia mencoba memecahkan kasus. Meski tidak se-efisien Bram.

Timur memiliki aksinya sendiri, khasnya sendiri seperti halnya Es Ito lahir di Sumatera Barat. Timur Mangkuto juga membawa unsur-unsur Sumatera Barat atau Padang dalam dialog-nya.

Jika Bram dari Metropolis memecahkan kasus pembunuhan berantai yang terjadi di antara sindikat mafia narkoba, maka Timur melakukan penyelidikan terhadap kasus terorisme yang berkaitan dengan pencurian benda pusakan di Museum Nasional yang membawanya ke teori konspirasi yang melibatkan mitos akan Pulau Atlantis yang tenggelam di Nusantara.

Memang novel Negara Kelima mencoba membawa sesuatu yang besar, namun pada akhirnya novel ini hanya tentang pembunuhan berantai yang terkait dengan sebuah harta karun yang akan dijual ke luar negeri.


9. Garda Prima

Detektif Plagmatis ini adalah tokoh ciptaan M. Fadli, founder dari Detectives ID. Awalnya Fadli menciptakan dengan nama Detektif Langit Prima. Namun karena nama 'Langit' dia rasa ketinggian untuk sosok yang plagmatis dia mengubahnya menjadi Garda Prima.

Selain sikapnya yang sangat cuek dan hanya mengejar kasus yang dia anggap penting, ciri khasnya adalah dia selalu mengenakan batik kemanapun, terutama TKP yang dia tuju. Itu kenapa Garda Prima dijuluki Detektif Berbaju Baju Batik. Debut pertama Garda ada di cerpen 'Saksi Cadangan' yang diupload M. Fadli dilaman Storial.


10. Fariz Edgar

Saya nggak tahu ini detektif macam apa. Detektif ini sesumbar bahwa dia nggak mau disamakan dengan Sherlock Holmes. What the.. Padahal sih menurut saya sangat jauh dari itu. Fariz adalah anakmuda yang tinggal di Bandung dan sering mengaku detektif. Padahal bukan menurut saya. Hahaha.. Dia pernah bekerja sebagai marketing untuk sebuah majalah lokal di sana. Kasus pertama Fariz adalah Hilangnya Harta Warisan yang dia upload di weblog Detectives ID.


11. Elang Bayu

Yang di atas sana namanya, Elang. Yang di bawah sini juga, Elang. Kesamaan nama ya hanya kebetulan belaka. Haha.. Elang Bayu diciptakan oleh penulis Sidik Nugroho dengan debutnya di novel Tewasnya Gagak Hitam terbitan GPU.

Elang Bayu adalah mantan pelukis wanita telanjang yang beralih profesi menjadi Detektif lokal di Kalimantan Barat. Bisa dibilang dari semua Detektif lokal yang saya baca, Elang Bayu yang paling eksentrik. Hahaha.. Dia seperti James Bond, punya banyak wanita dan mudah untuk bercinta. Haha.. Meski plot dan kasus-kasus yang dia tangani tidak begitu berat, tapi jalan ceritanya cukup edan menurut saya. Anda harus baca sendiri.


12. Al-Fatih alias Detektif Alfa

Ini salah satu Detektif lokal yang paling brilliant yang saya kenal. Detektif Alfa adalah detektif fiksi karya penulis muda asal Bandung Irfan Nurhadi. Debut pertama Detektif Alfa itu di novelet berjudul Pembunuhan di Shinkasen. Alfa saat itu adalah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jepang. Dan menyelesaikan kasus di sana.

Debut kedua yang terbaik menurut saya adalah Kasus di Jatinagor (saya lupa judulnya) tapi anda bisa membacanya di weblog inurhadi.wordpress.com Blog-nya sudah punya lebih dari 200K viewers. Satu lagi yang hebat dari Irfan adalah dia spesialis Locked Room Mystery. Anda harus baca karya-karyanya.


13. Achmad Fachrie

Atau kita mengenalnya dengan nama Detektif Fachrie. Ah, tokoh yang satu adalah buatan saya sendiri. Hahaha.. Aduh promosi. Fachrie adalah seorang penulis best seller yang secara kebetulan turun ke lapangan menjadi seorang penyelidik kriminal. Sebenarnya sudah sejak lama Fachrie ingin menjadi detektif. Namun karena kurang percaya diri dan kurang pengalaman butuh 6 tahun bagi Fachrie untuk berani menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Detektif.

Debut pertama Fachrie mengejar kasus kriminal adalah di novel 13.01, tapi di sana dia hanya seorang anakmuda biasa. Lalu saya membuatnya di cerpen berjudul Manusia Ruko. Disana Fachrie baru benar-benar turun ke lapangan sebagai Detektif. Sayang cerpen itu tidak saya upload di blog manapun. Kemudian debut yang besar adalah di laman Storial di kasus Mayat di Atap Sekolah. Di sana Fachrie memproklamirkan bahwa dirinya adalah penyelidik sungguhan. 


14. Rantau

Karakter ini diciptakan oleh Christian Armantyo dalam novelnya yang berjudul Tangan Kelima.

Rantau adalah anak muda yang lulus dari jurusan Arkeologi, dia bukan detektif namun dia punya kepercayaan diri tinggi, bahwa seorang arkeolog lebih hebat daripada detektif swasta, karena arkeolog meneliti dan menyelidiki sesuatu telah jauh tersimpan di masa lalu, lebih daripada seorang detektif. Namun dibalik ego-nya yang tinggi, Rantau tidak cukup hebat dalam menyelidiki sebuah kasus. Dia lebih banyak berpetualang, melakukan perjalanan yang semestinya tidak perlu. Dan cara Rantau menyampaikan bahasanya pun lebih ke arah pujangga daripada detektif, yang harus efisien dalam menggunakan logika.

Banyak orang yang mengkritisi Rantau dengan begitu parah, tapi menurut saya Rantau memberi warna tersendiri dalam dunia fiksi detektif di Indonesia.


15. Dias, Val, Loka, Gilang, dan Badai

Kelima orang ini adalah karakter utama dari novel berjudul Project X yang diterbitkan visimedia pustaka. Kelima karakter ini diciptakan oleh 5 orang penulis dari NDI (Net Detective Indonesia); yaitu situs group penggemar detektif fiksi terbesar di Indonesia.

Buku Project X memang banyak dikritisi orang karena baik itu kasus yang ditangani, penyampaian cerita, dan karakter-karakternya belum cukup berhasil. Beberapa kritisi bilang bahwa karakter-karakter di sini belum cukup matang. 

Memang karakter-karakter detektif amatir di sini tidak se-signifikan Detektif Adam Yafrizal dalam menangani kasus. Tapi seperti halnya Rantau, menurut saya para detektif muda ini perlu diapresiasi.
Mungkin karena kita belum punya standar, mungkin juga karena media membuat kita tidak banyak tahu tentang perkembangan crime thriller, Mungkin karena sampai saat ini kita belum menciptakan karya detektif fiksi yang benar-benar signifikan, dalam artian MELEDAK setara dengan novel-novel populer Indonesia seperti Laskar Pelangi ataupun novel Supernova.

.  .  .

Nb: saya yakin banyak orang yang akan mengkritisi catatan ini, begitupula dengan karakter-karakter investigator yang saya sebut di atas.

Tapi setidaknya karakter-karakter yang ada di atas ini bisa menjadi fondasi dan referensi bagi teman-teman yang selanjutnya ingin mengembangkan fiksi crime thriller di Indonesia. Yang pasti melakukan sebuah TINDAKAN lebih baik daripada tidak sama sekali.