Monday, September 15, 2014

Psychic Detective Yakumo

Pyschic Detective Yakumo
Alternate Story dan Sebuah Review
By Ftrohx


Tahun 2010an sejak trend Death Note mulai tenggelam. Saya bertanya-tanya sendiri, ada nggak sih yang bisa menggantikan Detektif L. Lawliet? Ada nggak sih karakter fiksi detektif yang bisa setara dengan dia? Setara dalam artian nggak kalah populer dan nggak kalah idealis dari L.?

Iya, pada tahun itu secara kebetulan saya menjelajah situs onemanga (yang sekarang sudah di banned) dan saya menemukan dua judul yang keren yaitu Bloody Monday dan Psychic Detective Yakumo.

Bloody Monday bercerita tentang anak muda yang jago hacking, yang kemudian berkonfrontasi dengan teroris international serta aksi-aksi spionase. Belakangan Bloody Monday saya lihat terlalu di panjang-panjangin, juga saya nggak terlalu sereg dengan tokoh utamanya. Dia terlalu hebat tanpa cela, saya nggak pernah suka karakter yang sempurna seperti ini.



Lalu, saya lebih fokus di komik Pyschic Detective Yakumo. Memang tidak seperti Bloody Monday yang gambarnya lebih shounen (menjurus ke seinen)

Yakumo versi awal menyajikan gambar karakter-karakternya seperti komik Shoujo atau bisa dibilang rada-rada mirip komik Skip Beat. Lebih ke bacaan untuk anak cewek, namun dari sisi konten. Komik ini justru lebih banyak bermain di logika yang lumayan berat, yang biasanya sulit dinikmati oleh anak perempuan.

Kasus pertama dalam komik Yakumo adalah kasus "Hantu ruang bawah tanah" di belakang kampus. Cara sang ilustrator Suzuka Oda menyajikan gambar TKP benar-benar menakjubkan, hingga saya bisa merasakan suasana gelap dan menyeramkan di dalam sana. Inilah yang membuat saya langsung jatuh cinta pada serial Yakumo.

Setelah Yakumo versi awal, tiba-tiba di internet saya menemukan Psychic Yakumo (2009) atau disebut Yakumo Alternate Story. Kali ini gambar karakter Yakumo lebih Manly, rada-rada mirip dengan karakter-karakter COOL di Weekly Shounen Jump. Dia menjadi lebih garang, lebih womanizer tepatnya. Dengan kasus pembuka yang hampir versi awalnya, namun di puncak mereka menyajikan penyelesaian kasus yang berbeda. Agak mengejutkan, dan iya saya suka konsepnya. Sayangnya, versi baru ini jarang di update oleh situs manga online, jadi saya tidak membaca keseluruhan ceritanya.

Lalu di tahun 2010 atau 2011 saya menemukan versi anime-nya. Di versi anime cerita Yakumo berbeda dari yang versi manga sebelumnya. Versi anime ini lebih mendekati Yakumo (2009) namun ajaibnya anime ini lebih dulu selesai daripada komiknya. Jadi ada tiga versi dari Yakumo, versi 2006 yang original (dengan gambar karakter seperti manga shouju), lalu versi anime 2010 yang lebih ke shounen, dan terakhir Yakumo alternate story (yang dimulai dari tahun 2009 - 2013.) Dan sekarang ini saya lebih suka yang versi termutakhirnya yaitu Yakumo alternate story.
.  .  .


Jadi apa yang bisa kita pelajari dari komik ini.

Ada dua hal menurut saya; Konten dan Visual.

Konten, Yakumo menghadirkan ilmu-ilmu forensic dan investigasi modern. Ilmu-ilmu pengetahuan yang tidak akan kamu dapati dari novel-novel detektif Klasik, tidak di Sherlock Holmes ataupun Agatha Christie.Sedangkan Visual, tentu saja Yakumo menghadirkan gambaran yang real baik itu karakter ataupun setting tempatnya. Cara-cara ilustrasinya seperti Takeshi Obata dari Death Note, hanya saja Suzuka Oda (sang manga-ka) membuatnya menjadi lebih COOL lagi.


Beberapa catatan penting yang saya temukan yaitu Adipocere, Circumstantial Evidence, dan Locked Room Trick.

Ini adalah cara-cara baru dalam penyelidikan, memang ini adalah ilmu police procedural, namun Manabu Kaminaga (penulis Yakumo) bisa menyajikan ilmu-ilmu itu dengan mudah dicerna orang banyak.

Adipocere (tahap pembusukan jasad, dimana mayat tersebut berubah menjadi seperti lilin atau sabun) saya menemukan istilah ini dari Yakumo vol. 8 kasus “Hantu terbakar” di belakang sekolah. Istilah Adipocere ini pun agak mengejutkan karena selama mempelajari text book postmortem saya tidak menganggap serius detail ini, lagipula apa pentingnya mengamati jasad yang telah lama membusuk. Namun adipocere menjadi bagian penting bagi sebuah trik yang besar di kasus mayat terbakar, karena rasanya mustahil mayat seseorang bisa terbakar sampai menjadi arang hingga ke tulang-tulangnya tanpa membakar ruang di sekitarnya.

Kedua, masalah Circumstantial Evidence, selama ini saya terfokus hanya pada pembuktian dengan barang bukti, saya baru tahu belakangan dari Psychic Yakumo bahwa pembuktian juga bisa dilakukan tanpa menggunakan barang bukti, yaitu dengan pembuktian secara circumstantial pada kasus ‘Hantu di Apartemen’.

Saya sendiri cukup tercengang dengan adanya cara pembuktian seperti ini, dan ternyata cara inipun dilegalkan di pengadilan di beberapa Negara bagian di Amerika.  

Pembuktikan circumstantial adalah pembuktian yang berdasarkan inference atau serangkaian kejadian untuk menciptakan konklusi atas fakta. Misalkan seorang saksi melihat pelaku menusukan pisau ke perut korban hingga tewas maka kesaksian itu disebut bukti langsung, sedangkan bukti circumstantial sebaliknya saksi tidak melihat secara langsung kejadian namun saksi melihat tersangka masuk ke dalam rumah, dia mendengar jeritan korban, dan kemudian melihat tersangka keluar dengan berlumuran darah. Pernyataan-pernyataan ini bisa disebut bukti circumstantial karena membentuk serangkaian fakta. Dan bukti circumstantial dapat diterima di pengadilan sebagai pembuktian yang valid untuk menjatuhkan hukuman bagi tersangka.


Satu lagi metode yang jadi perhatian saya adalah teori locked room trick ala John Dickson Carr. Dalam kasus Eiji Kamiyama yang menjadi kasus favorit saya di volume 6 dan 7 yaitu kasus Hantu di Apartemen.

Di saat Gosho Aoyama dan teman-teman manga-ka detektif lainnya fokus pada trik locked room dengan teknik jarum dan benang. Yakumo menyajikan trik locked room dengan permainan psikologis yang jauh lebih efektif daripada permainan fisik.

Saya suka dimana sang manga-ka Kaminaga sensei menyajikannya dengan benar-benar apik.

Seorang gadis terjebak di sebuah kamar apartemen yang dihuni oleh hantu. Kemudian para saksi melihat dari bawah lampu kamar si gadis mati dan menyala, juga ada bayangan wanita menyeramkan di jendela. Lalu ketika para saksi mengejar jeritan gadis itu. Tiba-tiba si gadis di teror hantu itu menghilang dari kamarnya, padahal kamarnya terkunci dari dalam. Yang mengejutkan trik-nya bukanlah pada mekanisme jarum dan benang, melainkan permainan psikologis yang sangat mendalam. Dan jujur fakta-fakta dari permainan psikologis jauh lebih menyakitkan daripada trik jarum dan benang.


.  .  .


No comments:

Post a Comment