By Fitrah Tanzil
Dari dulu kita selalu bertanya-tanya ada nggak sih karakter fiksi detektif di Indonesia? Atau Indonesia punya nggak detektif-detektif fiksi seperti Sherlock Holmes atau Hercule Poirot? Atau ada nggak anak muda yang nulis cerita detektif atau ada nggak penulis cerita detektif baru?
Karena selama ini tiap kali kita menjelajahi toko buku ataupun Gramedia yang kita temui adalah nama-nama lama; S Mara Gd, V Lestari, Harun Harahap, Arswendo, dan sebagainya merupakan nama-nama penulis era 80-an. Ada nggak sih yang angkatan tahun 2000-an atau 2010-an. Iya, selama riset saya beberapa tahun belakangan ini. Saya menemukan beberapa nama, mereka memang belum sehebat detektif-detektif luar negeri, tapi karya mereka saya rasa layak untuk diakui.
Detektif Fiksi Indonesia itu ada, dan bisa saya bilang MALAH SEMAKIN BANYAK. Hanya saja kurang di sorot oleh media massa. Ok, di bawah ini adalah limabelas karakter detektif fiksi yang menarik hati saya:
1. Detektif Clianta
Saya suka namanya, keren dan mudah untuk diingat. Clianta diciptakan oleh Shin Elqi dan dibuat cerita berseri di situs kemudian.com
Kisah Clianta ditulis dengan PoV 1 dari sudut pandang Artha, seorang pemuda yang mengaguminya. Atau bisa dibilang Artha adalah John Watson-nya sedangkan Clianta adalah Sherlock-nya, hanya ditambah dengan bumbu romansa yang pas.
Saya suka Clianta meski saat ini masih dalam bentuk cerita pendek.
2. ELANG
Menurut saya, karakter yang keren mesti punya nama yang keren dan kemampuan berpikir yang genius. Dan Elang Wisesa punya keduanya. Dia sukses baik itu dari segi penamaan ataupun detail kepribadian/karakter.
Elang adalah protagonis utama di novel Biru Indigo karya Putra Perdana.
Dia merupakan mantan agen rahasia yang kemudian membelot dan bekerja sebagai seorang assassins. Elang juga merupakan penyelidik yang handal, dia jago menganalisis kasus kriminal, dan punya banyak pengetahuan strategi militer, plus jago bertarung.
Iya, diantara banyak karakter spionase ataupun detektif di Indonesia, menurut saya sampai saat ini belum ada yang pas, yang bisa menyamai kharisma dari ELANG-nya Putra Perdana. Penulis ini, bukan hanya penikmat literatur dunia barat tapi juga dunia timur. Itu mengapa karakter Elang begitu kuat menurut saya, seolah fusion dari garang Jason Bourne dengan eksenktriknya rocker Miyavi.
3. Fisca Silalahi
Hampir sama seperti Clianta, saya suka namanya, Detektif FISCA. Diciptakan oleh Chris Kudo dan beredar dalam bentuk serial di kemudian.com. Cerita FIsca ini bersetting di Medan, Sumatera Utara. Dia bekerja di sebuah kantor LBH, tapi dia juga bekerja sebagai investigator lapangan. Belakangan saya suka membaca cerita detektif-detektif lokal seperti ini.
Selain itu saya juga suka opening-nya. Bagaimana Chris Kudo membuat seolah versi terbalik dari pakem kisah-kisah detektif klasik. Biasanya kita para pembaca melihat dari sudut pandang detektif pria, yang sedang santai di kantornya pada suatu pagi kemudian kedatangan tamu seorang wanita misterius yang memberi dia sebuah kasus pembunuhan. Cerita Fisca sebaliknya justru dialah wanita misterius itu dan dia pulalah detektifnya. Semua dimulai dari suatu pagi di kantor FIsca, kemudian datang sebuah kasus.
Jujur, konsepnya asik, saya suka itu.
Penamaan Fisca sendiri menurut saya juga cukup sexy, dia juga kadang mengingatkan saya dengan agen FBI wanita di Death Note yaitu Naomi Misora.
4. Detektif Adam Yafrizal
Di antara banyak fiksi detektif Indonesia yang di share secara free di internet, belakangan kisah Detektif Adam menjadi favorit saya, Diciptakan oleh Fandi Sido, dan dibuat cerita dalam bentuk serial di Kompasiana.com
Adam adalah detektif lokal, dia mengambil kasus seputaran Yogyakarta hingga mencangkup wilayah Jawa Tengah. Seperti yang saya bilang di atas, saya suka detektif Indonesia yang membawa unsur-unsur lokal ini. Seperti halnya Fisca yang mengambil lokasi di Medan ataupun Badai dari Project X yang mengambil setting di Kota Makassar.
Detektif Adam adalah karakter yang sangat teliti, dia sempat mengingatkan saya dengan Hercule Poirot-nya Agatha Christie, hanya saja seluruh cerita Adam disampaikan dari PoV 3, tapi tidak masalah menurut saya karena dia bisa menyampaikan permasalahan secara apik.
Satu hal yang brilliant dari sang penulis Fandi Sido adalah begitu banyak kasus yang ditangani oleh Adam Yafrizal, mulai dari kasus pembunuhan dalam ruang tertutup, kasus penculikan, hingga pencarian orang hilang dan pemecahan puzzle di kasus Surat Ketujuh. Dari beragam kasus ini, menunjukan stamina kreatifitas yang luar biasa dari Fandi sebagai penulis muda.
5. Inspektur Bram
Jika saya ditanya, "Novel crime thriller asli Indonesia terbaik saat ini apa?" saya pasti masih akan menjawab, "Metropolis: Sindikat 12 karya WIndry Ramadhina."
Di novel ini terdapat karakter penyelidik kepolisian yang tangguh yaitu Inspektur Agusta Bram.
Iya jarang sekali ada novel fiksi Indonesia yang menyajikan detektif kepolisian sebagai tokoh utamanya, dan menurut saya ini adalah sebuah dobrakan dari Mbak Windry, sebuah keberanian yang langka. Jika beberapa detektif yang di atas membawa pembaca ke kota-kota di Indonesia, Bram membawa kita menelusuri tempat-tempat para mafia di Jakarta.
Spot-spot seperti Kampung Ambon, Mangga Besar, hingga daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Wilayah-wilayah panas Jakarta. Bram adalah karakter seorang analitik dan logis, dia benar-benar seorang laki, dan menurut saya Mbak WIndry berhasil mendalami tokohnya.
6. Makarim Ghanim
Makarim adalah tokoh utama di novel Rencana Besar karya Tsugaeda. Jujur, saya belum baca novel Tsugaeda ini. Tapi, dari review-review yang saya baca di goodreads.
Makarim adalah karakter investigator yang unik. Dia bukan seorang detektif melainkan konsultan sumber daya manusia. Klien-kliennya adalah perusahaan besar baik swasta maupun BUMN, termasuk permasalahan perbankan. Sebuah kasus unik muncul yaitu hilangnya dana 17 milyar di sebuah bank swasta, dimana si klien memintanya untuk menyelidiki kasus tersebut secara rahasia, tanpa melibatkan polisi ataupun detektif swasta, termasuk penyelidik/audit internal bank.
Saya suka konsepnya, seorang yang Non-Detective tapi mengerjakan tugas dengan cara detektif. Mengingatkan saya dengan banyak tokoh fiksi lainnya seperti Rantau dari novelnya Armantyo ataupun Thomas dari Tere Liye, sebenarnya saya sendiri juga mengerjakan tokoh-tokoh seperti ini yaitu Azra sang Informan dan Lufin si Rookiez.
Oh iya, kita punya Chris Kudo di Medan, Shin Elqi di Malang, Badai di Makasar, serta Fandi SIdo di Yogyakarta. Putra Perdana dan Windry Ramadhina di DKI Jakarta. Maka setting dari petualangan Makarim karya Tsugaeda ini membawa kita ke Surabaya.
7. Thomas dari Negeri di Ujung Tanduk
Thomas adalah tokoh protagonist dalam dua novel karya Tere Liye yaitu Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk.
Thomas bukan detektif, dia juga bukan agen rahasia, melainkan seorang konsultan keuangan. Hanya saja dia versi super dari seorang konsultan keuangan. Dia pintar, dia tampan, dan dia jago ilmu beladiri. Bisa diibarat Thomas adalah fusion dari Rhenald Kasali dengan James Bond.
Karakter Thomas memang agak berlebihan. Tapi karakter ini layak diapresiasi menurut saya, karena tidak semua orang menulis novel thriller, apalagi dengan konten ilmu manajemen keuangan dan permasalahan politik di Indonesia
8. Inspektur Timur Mangkuto
Namanya benar-benar polisi banget ‘Timur Mangkuto’ dia adalah penyelidik kepolisian dalam novel Negara Kelima karya Es Ito.
Timur memang bukan penyelidik seperti Bram yang melakukan deduksinya sendiri layaknya detektif fiksi klasik. Dia lebih ke procedural, agak kaku memang. Namun, dengan bantuan orang-orang di sekitarnya perlahan dia mencoba memecahkan kasus. Meski tidak se-efisien Bram.
Timur memiliki aksinya sendiri, khasnya sendiri seperti halnya Es Ito lahir di Sumatera Barat. Timur Mangkuto juga membawa unsur-unsur Sumatera Barat atau Padang dalam dialog-nya.
Jika Bram dari Metropolis memecahkan kasus pembunuhan berantai yang terjadi di antara sindikat mafia narkoba, maka Timur melakukan penyelidikan terhadap kasus terorisme yang berkaitan dengan pencurian benda pusakan di Museum Nasional yang membawanya ke teori konspirasi yang melibatkan mitos akan Pulau Atlantis yang tenggelam di Nusantara.
Memang novel Negara Kelima mencoba membawa sesuatu yang besar, namun pada akhirnya novel ini hanya tentang pembunuhan berantai yang terkait dengan sebuah harta karun yang akan dijual ke luar negeri.
9. Garda Prima
Detektif Plagmatis ini adalah tokoh ciptaan M. Fadli, founder dari Detectives ID. Awalnya Fadli menciptakan dengan nama Detektif Langit Prima. Namun karena nama 'Langit' dia rasa ketinggian untuk sosok yang plagmatis dia mengubahnya menjadi Garda Prima.
Selain sikapnya yang sangat cuek dan hanya mengejar kasus yang dia anggap penting, ciri khasnya adalah dia selalu mengenakan batik kemanapun, terutama TKP yang dia tuju. Itu kenapa Garda Prima dijuluki Detektif Berbaju Baju Batik. Debut pertama Garda ada di cerpen 'Saksi Cadangan' yang diupload M. Fadli dilaman Storial.
10. Fariz Edgar
Saya nggak tahu ini detektif macam apa. Detektif ini sesumbar bahwa dia nggak mau disamakan dengan Sherlock Holmes. What the.. Padahal sih menurut saya sangat jauh dari itu. Fariz adalah anakmuda yang tinggal di Bandung dan sering mengaku detektif. Padahal bukan menurut saya. Hahaha.. Dia pernah bekerja sebagai marketing untuk sebuah majalah lokal di sana. Kasus pertama Fariz adalah Hilangnya Harta Warisan yang dia upload di weblog Detectives ID.
11. Elang Bayu
Yang di atas sana namanya, Elang. Yang di bawah sini juga, Elang. Kesamaan nama ya hanya kebetulan belaka. Haha.. Elang Bayu diciptakan oleh penulis Sidik Nugroho dengan debutnya di novel Tewasnya Gagak Hitam terbitan GPU.
Elang Bayu adalah mantan pelukis wanita telanjang yang beralih profesi menjadi Detektif lokal di Kalimantan Barat. Bisa dibilang dari semua Detektif lokal yang saya baca, Elang Bayu yang paling eksentrik. Hahaha.. Dia seperti James Bond, punya banyak wanita dan mudah untuk bercinta. Haha.. Meski plot dan kasus-kasus yang dia tangani tidak begitu berat, tapi jalan ceritanya cukup edan menurut saya. Anda harus baca sendiri.
12. Al-Fatih alias Detektif Alfa
Ini salah satu Detektif lokal yang paling brilliant yang saya kenal. Detektif Alfa adalah detektif fiksi karya penulis muda asal Bandung Irfan Nurhadi. Debut pertama Detektif Alfa itu di novelet berjudul Pembunuhan di Shinkasen. Alfa saat itu adalah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jepang. Dan menyelesaikan kasus di sana.
Debut kedua yang terbaik menurut saya adalah Kasus di Jatinagor (saya lupa judulnya) tapi anda bisa membacanya di weblog inurhadi.wordpress.com Blog-nya sudah punya lebih dari 200K viewers. Satu lagi yang hebat dari Irfan adalah dia spesialis Locked Room Mystery. Anda harus baca karya-karyanya.
13. Achmad Fachrie
Atau kita mengenalnya dengan nama Detektif Fachrie. Ah, tokoh yang satu adalah buatan saya sendiri. Hahaha.. Aduh promosi. Fachrie adalah seorang penulis best seller yang secara kebetulan turun ke lapangan menjadi seorang penyelidik kriminal. Sebenarnya sudah sejak lama Fachrie ingin menjadi detektif. Namun karena kurang percaya diri dan kurang pengalaman butuh 6 tahun bagi Fachrie untuk berani menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Detektif.
Debut pertama Fachrie mengejar kasus kriminal adalah di novel 13.01, tapi di sana dia hanya seorang anakmuda biasa. Lalu saya membuatnya di cerpen berjudul Manusia Ruko. Disana Fachrie baru benar-benar turun ke lapangan sebagai Detektif. Sayang cerpen itu tidak saya upload di blog manapun. Kemudian debut yang besar adalah di laman Storial di kasus Mayat di Atap Sekolah. Di sana Fachrie memproklamirkan bahwa dirinya adalah penyelidik sungguhan.
14. Rantau
Karakter ini diciptakan oleh Christian Armantyo dalam novelnya yang berjudul Tangan Kelima.
Rantau adalah anak muda yang lulus dari jurusan Arkeologi, dia bukan detektif namun dia punya kepercayaan diri tinggi, bahwa seorang arkeolog lebih hebat daripada detektif swasta, karena arkeolog meneliti dan menyelidiki sesuatu telah jauh tersimpan di masa lalu, lebih daripada seorang detektif. Namun dibalik ego-nya yang tinggi, Rantau tidak cukup hebat dalam menyelidiki sebuah kasus. Dia lebih banyak berpetualang, melakukan perjalanan yang semestinya tidak perlu. Dan cara Rantau menyampaikan bahasanya pun lebih ke arah pujangga daripada detektif, yang harus efisien dalam menggunakan logika.
Banyak orang yang mengkritisi Rantau dengan begitu parah, tapi menurut saya Rantau memberi warna tersendiri dalam dunia fiksi detektif di Indonesia.
15. Dias, Val, Loka, Gilang, dan Badai
Kelima orang ini adalah karakter utama dari novel berjudul Project X yang diterbitkan visimedia pustaka. Kelima karakter ini diciptakan oleh 5 orang penulis dari NDI (Net Detective Indonesia); yaitu situs group penggemar detektif fiksi terbesar di Indonesia.
Buku Project X memang banyak dikritisi orang karena baik itu kasus yang ditangani, penyampaian cerita, dan karakter-karakternya belum cukup berhasil. Beberapa kritisi bilang bahwa karakter-karakter di sini belum cukup matang.
Memang karakter-karakter detektif amatir di sini tidak se-signifikan Detektif Adam Yafrizal dalam menangani kasus. Tapi seperti halnya Rantau, menurut saya para detektif muda ini perlu diapresiasi.
Mungkin karena kita belum punya standar, mungkin juga karena media membuat kita tidak banyak tahu tentang perkembangan crime thriller, Mungkin karena sampai saat ini kita belum menciptakan karya detektif fiksi yang benar-benar signifikan, dalam artian MELEDAK setara dengan novel-novel populer Indonesia seperti Laskar Pelangi ataupun novel Supernova.
. . .
Nb: saya yakin banyak orang yang akan mengkritisi catatan ini, begitupula dengan karakter-karakter investigator yang saya sebut di atas.
Tapi setidaknya karakter-karakter yang ada di atas ini bisa menjadi fondasi dan referensi bagi teman-teman yang selanjutnya ingin mengembangkan fiksi crime thriller di Indonesia. Yang pasti melakukan sebuah TINDAKAN lebih baik daripada tidak sama sekali.
Catatan tambahan: sebenarnya masih banyak lagi karakter fiksi detektif asli Indonesia, mungkin nanti akan saya tambahkan atau mungkin di artikel yang lain
ReplyDeleteGomenasai