Friday, September 26, 2014

Inspirasi dan Ide


Inspirasi dan Ide
By Ftrohx


Seorang teman di twitter pernah bilang, bahwa dalam menulis cerita fiksi, kadang kita hanya mengetahui awalnya, kadang bagian akhirnya, dan kadang kita sudah berada di tengah-tengah. Namun satu hal yang pasti bahwa kita tidak pernah sekaligus tahu keseluruhan cerita.

Faktanya hal itu juga saya alami, menelisik kembali apa yang pernah saya tulis. Semua yang saya pikirkan dan terlintas di otak saya. Semua hanya bagian tengahnya saja, kadang hanya opening saja, dan saya tidak tahu seperti apa masa lalu atau apa yang akan terjadi di masa depan bagi karakter saya.

Seperti halnya Rain dan Nekomata.

Dua karakter ini muncul begitu saja dengan sangat alami,

Nekomata lahir saat saya mendengarkan lagu 'Menghapus Jejakmu' Entah bagaimana sistem kerja otak saya, tiba-tiba saja saya membayangkan seorang bocah pecundang, mengenakan topeng kucing seperti pasukan anbu dan memutar-mutar nunchaku. Si bocah itu jatuh cinta pada seorang cewek cantik, namun dia ditinggalkan dan si cewek lebih memilih seorang penjahat tampan dengan mobil balap ala fast n furious. Beberapa bulan berlalu, ternyata si cewek itu disakiti oleh pacarnya yang pembalap liar itu. Terlebih lagi si pembalap itu terkait dengan gangster yang suka bikin rusuh. Dengan begitu banyak kesedihan dan dendam, si bocah itupun berubah dari seorang pecundang menjadi superhero tanpa kekuataan super. Dia menciptakan identitasnya sendiri dengan topeng kucing warna putih dan baju ala ninja serta senjata Nunchaku untuk menumpas para penjahat yang songong itu.

Sedangkan Rain, saya mendapatkan ide ini ketika peristiwa motor yang dicolong di parkiran warnet dekat rumah saya pada tahun 2007. Saat itu saya belum baca buku-buku detektif. Saat itu saya berkhayal seandainya saja saya punya kekuataan untuk melihat terjadi di masa lalu dari tempat yang saya sentuh. Kemampuan retrocognition atau psychometry. Mungkin dengan mudah saya bilang menolong orang yang kehilangan motor itu. Namun itu hanya secara kekuatan, sedangkan nama Rain sendiri tercipta saat saya meneduh di kolong jalan Tol Bintaro, melihat hujan yang turun berwarna jingga karena pembiasan cahaya lampu, tiba-tiba nama itu muncul Rain si pemuda yang punya kekuatan retrocognition.

Selain Rain dan Nekomata, karakter unik lainnya yang tiba-tiba muncul di otak saya adalah Phoenix.

Dia hadir seperti hantu, awalnya dia tidak memiliki nama. Dia muncul begitu saja dalam otak saya pada suatu sore saat mendengarkan lagu ‘Menunggumu’ dari Chrisye ft Ariel. Saya membayangkan seorang wanita cantik bule dengan jas hujan ala Vincent Valentine sedang menunggu kereta di sebuah peron tua. Dia berdiri wajah dingin, seolah bukan hanya menunggu kereta tapi juga seseorang yang tak pernah kunjung datang. Dia punya masa lalu yang kelam, yang mengubahnya menjadi seorang assassins dengan aura yang sangat gelap.

Tiap kali mendengar lagu ‘menunggumu’ Phoenix selalu muncul, dan dia menjadi salah satu karakter yang paling sering saya khayalkan hingga sekarang.

Lain lagi dengan Lufin, ide tentang Lufin itu muncul begitu saja saat saya baca komik Death Note. Melihat betapa konyolnya L. Lawliet yang muncul dihadapan para polisi di Hotel Teito. Rasanya karakter ini bukanlah L. yang sebenarnya menurut saya. Dia nggak mungkin jadi detektif no. 1 di dunia, auranya kurang banget gituh. Mungkin kalau versi KW tiga-nya sih masih lebih masuk akal.

Takeshi Obata membuat karakter L. jatuh banget di banding dengan sebelum dia muncul di depan publik.

Dari sini saya kepikiran, bagaimana jika ada detektif amatir yang begitu nge-fans nya dengan Death Note dan membuka usaha jasa penyelidikan di Jakarta. Maka, jadilah dia Lufin. Si bocah culun dan kurus, dengan kaos putih lengan dan celana jeans birunya.  Berwajah datar dengan mata bulat besar, dan kantung mata menghitam seperti zombie. Tidak terlalu hebat dalam hal deduksi, namun selalu, semesta dan keberuntungan menyertai dia dalam berbagai pemecahan kasus kriminal. Dan menurut saya karakter seperti ini jauh lebih baik, karena dia tidak punya beban untuk (harus) memecahkan kasus yang Grande, dan dengan penyajian yang sederhana Lufin juga lebih mudah diterima oleh masyarakat awam yang tidak pernah baca cerita detektif yang rumit.

Sebenarnya masih banyak lagi karakter yang ingin saya bahas, tapi yang sedikit ini adalah sekedar contoh karakter-karakter favorit saya.

Kembali ke paragraph pertama di atas.

Tiap kali berkhayal, tiap kali kita menemukan inspirasi, selalu kita hanya menemukan satu fragmen, kita hanya menemukan potongan gambar, kita tidak pernah tahu awalnya bagaimana kita bisa sampai di sana, dan kita juga tidak tahu ke mana perginya karakter-karakter tersebut.

Apakah akan hilang, terkubur di antara tumpukan informasi dalam alam bawah sadar kita.

Ataukah mereka bisa kita kembangkan lebih, hingga menjadi karya master piece atau sebuah novel yang grande.

Kita tidak pernah tahu, tapi kebanyakan dari kita sudah menyerah di tengah jalan, dan membiarkan menjadi hanya sebuah fragmen, atau hanya kepingan puzzle yang terabaikan.
.  .  .

Namun, saya mencintai semua karakter-karakter saya, sangat dalam hingga tidak meninggalkan mereka dan kenangan-kenangan itu begitu saja, karena itu seberapapun lamanya, saya akan berusaha untuk mengeluarkan mereka ke dunia nyata atau ke layar kaca.

No comments:

Post a Comment