By Ftrohx
Sinopsis
Cerita dimulai di sebuah kafe, tepatnya Wendy's. Lewat tengah malam, seorang gadis berusia 19 tahun, Mari, duduk sendirian di pojok kafe sambil membaca sebuah buku. Dia tidak memesan apa-apa kecuali secangkir kopi. Lalu datang seorang pemuda yang masuk di kafe itu. Dia mengenali si gadis yang duduk di pojokan dan menyapanya. Si Pemuda bernama Takahashi, dia menyapanya. "Kamu Mari bukan, adik Eri!?" Dan malam yang panjangpun dimulai.
Takahashi menawari Mari untuk makan malam bersamanya, namun Mari menolak dengan alasan Ayam di sana adalah Ayam suntik dengan rekayasa genetik yang dapat menimbulkan kanker. Tapi paradoks, Mari sendiri memilih merokok dan minum kopi, tepatnya dia memaksakan diri merokok meski nampak dia bukan cewek yang biasa merokok.
Setelah perbincangan panjang dan Takahashi menghabiskan makan malam. Diapun pamit untuk melanjutkan kegiataannya yaitu latihan band, dia mengaku bermain Trombone, alat musik yang jarang dipakai anakmuda untuk terlihat keren. Karena kita semua tahu, cowok bawel yang show off macam dia biasanya lebih memilih guitar dibanding alat musik tiup.
Mari kembali sendiri di kafe.
Bab kedua bercerita tentang Eri yang sedang tidur di kamar rumahnya. Lalu televisi menyala sendiri, kemudian muncul sosok laki-laki tanpa wajah di sana, dia terus memandangi Eri yang sedang tidur. Tidak ada dialog di bab kedua ini, hanya deskripsi panjang dari Murakami tentang apa yang terjadi di kamar tidur. Beberapa teman penulis bilang bahwa bab ini adalah cerita horror, yang lain bilang bahwa ini adalah fiksi fantasi, yang lain lagi bilang bahwa ini adalah sebuah metafora, sesuatu yang menjadi anti-tesis dari Mari yang terjaga dan hidup berkeliling kota Tokyo. Tapi menurut saya, cerita Eri ini lebih mirip mimpi di dalam sebuah mimpi, seperti Inception.
Bab ketiga kembali masuk ke cerita Mari di kafe. Muncul seorang wanita bernama Kaoru, seorang manajer hotel murah. Dia datang tuk meminta bantuan pada Mari karena ada pelacur dikamar hotelnya dipukuli oleh seorang pelanggan. Sialnya, pelacur itu tidak bisa bahasa Jepang jadi dia membutuhkan Mari untuk bicara padanya. Merekapun pergi ke hotel murah itu yang bernama Alphaville. Ok, saya nggak ingin cerita lebih lanjut lagi, karena akan sangat spoiler.
Bab selanjutnya Mari diantar Kaoru ke sebuah kafe, lalu muncul lagi Takahashi yang sedang istirahat dari lantai band-nya, dia kembali memesan makanan, dan Maripun menolak makan malam dengannya. Dengan alasan dia nggak makan ikan tuna, karena tuna mengandung Merkuri, kembali lagi mereka mengobrol panjang dan seterusnya hingga pagi menjelang.
Review
Novel ini highly recommended bagi kamu yang sedang cari inspirasi untuk menulis novel atau naskah film. Meski plotnya sangat sederhana, beranjak dari satu kafe ke kafe yang lain. Ngobrol ngalor-ngidul, tapi karakter mereka digali dengan sangat dalam.
Bicara karakter, mereka benar-benar hidup.
Mereka benar-benar detail dibuat, mereka bukan sekedar nama. Tapi mereka adalah karakter dengan masa lalu dan sejarah masing-masing.
Mari si gadis kutu-buku introvert yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan mendengar hal-hal yang filosofis. Saya sangat suka Mari, bagaimana dia bisa dengan begitu keras menjaga rahasia, dan bagaimana dia mengupas dirinya sendiri satu persatu hingga mengejutkan kita yang membaca ceritanya. Jelas gadis ini sangat kuat dan pintar. Lalu Takahashi, si pemain trombone yang sok pintar, banyak bicara, dan juga banyak membual. Hahaha... Saya nggak percaya bahwa Takahashi pernah magang di Pengadilan Negeri Kasumi, Tokyo. Juga cerita tentang dibayari cewek untuk main di Hotel Murah itu yang membuatnya kenal dengan Kaoru. Itu lebih ke cerita bullshit menurut saya.
Lalu ada Kaoru, si manajer hotel Alphaville yang merupakan mantan pegulat profesional. Saya pikir cerita tentang Kaoru adalah sebuah metafora, jika Mari adalah seorang gadis yang mengejar impiannya, mencoba untuk lulus kuliah dan menjadi seorang translator. Maka Kaoru adalah wanita yang sudah pernah mendapatkan impian, dia mendapatkan pekerjaan terbaik yang dia suka, namun jatuh setelahnya -post star syndrome. Bahwa selalu ada cerita setelah kamu mencapai sebuah titik, selalu ada.
Sedangkan Eri sendiri, kakak dari Mari, menurut saya juga sebuah metafora.Mari selalu bilang bahwa dia iri dengan kakaknya yang cantik, kakaknya yang pernah jadi model untuk sebuah acara televisi, kakaknya yang mudah mendapatkan segala sesuatu. Namun kemudian, Eri jatuh dalam sebuah tidur panjang 2 bulan dia tidak terbangun dari tempat tidurnya. Paradoks, di saat Mari terjaga semalam dan berkeliaran di pinggiran kota Tokyo, sang kakak Eri justru lelap tertidur di kamar rumahnya sendiri.
Kemudian ada Korogi, asisten dari Kaoru. Dibanding yang karakter lain, Korogi bisa dibilang punya kisah yang kelam. Membaca Korogi, saya seperti melihat si gadis prostitusi yang ditolong Mari, tapi versi masa depan-nya. Pengalaman hidup dan kumpulan rasa sakit membuatnya menjadi wanita yang bijak, ramah, sekaligus kaya dengan filosofi. Sesuatu yang rasanya nggak mungkin kamu dengar dari seorang pekerja malam. Selan nama-nama itu, karakter-karakter yang lain juga dibuat sesuai dengan porsinya. Dan semua seolah punya ciri khas, punya masa lalu, dan fungsi yang organik bagi keseluruhan novel ini.
Bicara tentang plot
Seperti yang saya bilang sebelumnya, After Dark itu sederhana sekaligus kompleks. Sederhana ketika kita mengikuti cerita tentang Mari, tetapi kompleks ketika kita mencoba menelaan dialog-dialognya dan filosofi tentang kegelapan malam. Bagian itu sangat dalam menurut saya, terutama di bab-bab akhir (haduh, spoiler lagi.)
Cerita dimulai dari seorang gadis yang duduk di pojok Wendy's. Saya sering banget lihat editor yang ngamuk-ngamuk dengan naskah pembuka seperti ini. Adegan wanita yang menyendiri di sebuah kafe, lalu masuk seorang pemuda. Mereka berkenalan ngobrol panjang ngalor-ngidul, dan kemudian petualanganpun dimulai. Klise, tapi jujur saya sangat menikmatinya.
Secara garis besar, novel After Dark, terutama bagian dari si gadis muda Mari. Mengingatkan saya dengan petualangan Julie Delpy di Vienna bersama dengan Ethan Hawk dalam film Before Sunset. Cerita tentang dua anakmuda yang sangat pintar dan tahu banyak tentang buku. Mereka jalan-jalan menghabiskan waktu menunggu pagi, sambil bicara banyak tentang berbagai macam filosofi dan budaya pop modern. Mari dan Takahashi juga seperti itu. Bedanya, ada subplot di perjalanan mereka. Mari bertemu Kaoru yang meminta bantuan untuk menolong seorang gadis chinesse di hotelnya. Sedangkan Takahashi, malam itu dia adalah acara nge-jam sampai pagi dengan teman-teman band Jazz-nya.
Subplot dan cerita di dalam cerita.
Bisa dibilang inilah yang membuat saya sangat gregetan dengan After Dark Murakami. Ada satu quote yang sangat saya suka, dari Korogi si asisten manajer Hotel.
"You know what I think?" she says. "That people's memories are maybe the fuel they burn to stay alive. Whether those memories have any actual importance or not, it doesn't matter as far as the maintenance of life is concerned. – Itu sangat menohok, dalam, dingin, dan filosofis.
Dari yang saya baca, selain tema kegelapan malam, novel ini juga bermain dengan tema memori, kenangan, dan masa lalu dari setiap karakter yang dikupas satu persatu. Kenangan-kenangan yang sederhana, namun disajikan dengan 'BEUH' begitu mengejutkan.
Oh iya, hampir lupa. Tentang kakaknya Mari, si Eri. Bab-babnya benar-benar berbeda dengan cerita sang adik.
Cerita Eri lebih ke fiksi fantasi, seorang gadis yang tertidur selama 2 bulan tanpa pernah terbangun. Ok, mungkin dia terbangun, mungkin juga dia tak sadarkan diri, mungkin dia diguna-guna, dia teror oleh hantu, atau mungkin dia dikutuk, mungkin juga dia mengalami sebuah trauma berat yang mengacaukan alam bawah sadarnya. Mungkin semua yang terjadi padanya hanya sebuah mimpi di dalam mimpi seperti di film Inception.
Membahas tentang Eri, untuk saya bagian ini bisa saja dihilangkan dan membuat novel After Dark tetap sebuah After Dark, novel yang menarik.
Konklusi
Novel ini sangat menginspirasi saya. Membuka catatan-catatan lama di Facebook saya pernah ingin bikin novel berjudul Detektif Alice gara-gara baca ceritar After Dark Murakami. Sayangnya, waktu itu saya belum punya cukup skill di dunia perdetektifan, hahaha… Sekarang niatnya pengen lanjut ke situh.
Ok, bicara konklusi, Aftar Dark bagi saya adalah novel detektif tanpa cerita detektif. Kalau kamu baca perlahan dan dengan detail, unsur-unsur fiksi detektif dan thriller mengalir deras di novel ini. Dari frase ke frase, dari permainan diksi, khas fiksi detektif banget. Mungkin karena Murakami basic kuat di situh, atau mungkin karena budaya penulis Jepang memang ditempa seperti itu, cerita kriminal bercampur fiksi fantasi. Terakhir, novel ini untuk saya bisa dibilang novel drama romantik+filosofis dengan 4 bintang.