By Ftrohx
Teman-teman saya memiliki metode sendiri dalam menulis cerita detektif. Ada yang membuat puzzlenya dulu, baru kemudian memasukan puzzle / misteri ke dalam cerita. Ada juga yang membuat cerita dahulu, baru kemudian menentukan puzzle / misteri dan sebagainya. Sedangkan saya, saya punya cara sendiri dalam menulis cerita detektif. Saya bagi metodenya dalam 4 tahap yaitu;
Pertama, membuat tema atau ide dasar.
Cerita detektif sama seperti cerita-cerita lain harus memiliki tema, ide dasar yang menjadi bibit dari sebuah cerita. Bagian ini kadang gampang dan kadang juga sulit. Ide itu kadang muncul begitu saja dan kadang pula saya butuh waktu lama berkontemplasi untuk menemukan ide yang keren itu.
Contoh, tulisan saya kasus di Ize-Kaya, ide dasarnya adalah restoran n masakan Jepang. Dari ide dasar ini kemudian saya meriset semua hal tentang restoran dan masakan Jepang. Atau cerita Kematian Seorang Arsitek, di sini saya meriset semua hal tentang Arsitek, mulai dari istilah-istilah mereka hingga kemudian ke cara kerja mereka, bisnis mereka, dan seterusnya. Sedangkan kasus Mayat di Atap Sekolah, ide yang tersirat di benak ada hujan, malam hari, di sekolah, saya sering membayangkan hal itu dan itu begitu melankolis. Saya masukkan unsur pembunuhan, maka jadilah kasus Mayat di Atap Sekolah.
Kedua, pembuka cerita.
Bagian ini terdiri dari beberapa sub-bagian, pertama TKP kasus itu terjadi, kedua siapa saksi mata yang ada di sana, dan ketiga apa saja bukti yang tertinggal di sana, dan seterusnya jika kamu punya ide tambahan.
Sebagai contoh; cerita yang saya buat Triad Kematian. TKP-nya mengambil sebuah kamar di lantai 2 di daerah Pondok Indah. Ide itu muncul karena saat menulis itu saya sering lewat dari Pondok Indah, saya memikirkan bagaimana membuat TKP di sana. Lalu tambahkan sesuatu yang keren, misteri ruang terkunci dari dalam, dan lebih briliant lagi mekanisma ruang terkunci itu adalah pesan rahasia yang dibuat pelaku untuk sang detektif.
Untuk kasus yang lain, misalnya Mayat di Atap Sekolah, TKP-nya jelas di atap sekolah, para saksinya saya buat adalah anak-anak OSIS SMA Neunzig, kebetulan mereka adalah kelompok yang punya akses ke atas apa sekolah, selain anak-anak Pecinta Alam. Lalu korban yang tergeletak di sana saya buat meninggal dengan lusuk dan berpakaian seragam SMA, meski dia sudah bukan siswa SMA. Dan semua yang tertinggal di situ menjadi petunjuk penting bagian jawaban yang ada di akhir cerita.
Ketiga, penyelidikan dan metodenya.
Tahap pertama (mencari ide) dan tahap kedua (membuka cerita) itu sudah cukup sulit, tapi ini dia lebih sulit lagi. Kita sudah tahu siapa korbannya, kita tahu siapa si pelaku, tapi bagaimana proses menuju ke sana. Metode apa yang digunakan oleh si detektif untuk menemukan siapa si pelaku sesungguhnya. Bagian ini sungguh sulit, sebab itu kamu harus berlatih dan berlatih, membaca dan membaca ulang banyak cerita detektif untuk menemukan metode terbaik bagi si detektif kamu.
Sebagai contoh, Detektif Lincoln Rhyme dari Bone Collector, dia adalah detektif yang specialis menganalisa bukti fisik, terutama bukti mikro yang ditinggalkan pelaku di TKP.. Sedangkan Dr. Lightman dari serial Lie To Me dia menggunakan metode kinesik dan mikro gestur untuk mengungkap kebeneran dari para saksi dan terduga, dan seterusnya. Pembahas tentang metode penyelidik nanti akan saya buat artikel tersendiri.
Sedangkan untuk detektif yang saya punya, Detektif Fachrie, saya buat dia sebagai penulis cerita detektif. Dia baca banyak buku dan hafal berbagai macam plot kriminal di luar kepala, plus dia pernah berhadapan dengan penjahat sungguh sebelum memulai karir sebagai detektif. Metode penyelidikan Fachrie, tampak simpel dengan wawancara namun dia memiliki banyak referensi novel yang bisa dia bandingkan dengan wawancaranya.
Keempat, jawaban dari penyelidikan.
Bagus atau tidaknya sebuah novel detektif, menurut saya ditentukan di tahap akhir ini, jawaban dari penyelidikan. Di sini jawaban mesti logis sekaligus juga sangat mengejutkan. Dua hal yang sangat sulit sebenarnya, kita bisa punya sebuah kejutan, tapi ketika kejutan itu tidak logis maka hasilnya jelek.
Sebaliknya, jika semuanya sudah logis, petunjuk bertebaran di mana-mana, dan pembaca sudah bisa menebak siapa si pelaku, puzzle-nya begitu mudah dan ternyata benar, maka itu kurang greget. Asli, bagian ini sangat sulit. Kamu harus menganalisa lagi dan lagi arsitektur plot yang kamu buat. Beberapa teman bahkan menyarankan buat dulu endingnya, baru kemudian buat proses penyelidikan dan cerita utamanya. Flash forward atau mungkin retrospective dalam membuat alur ceritanya.
Kadang, iya ide itu ada muncul begitu saja, namun lebih banyak lagi tidak. Seperti semua cerita, kadang kita tahu bagian pembukaannya. Namun kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Kadang kita tahu prosesnya -bagian tengahnya namun kita tidak tahu bagaimana harus membuat bagian awalnya. Dan beberapa senior penulis cerita detektif, mereka tahu endingnya namun tidak tahu bagaimana proses menuju ke sana. Artikel ini hanya sekedar garis besar, mungkin kamu bisa berimprovisasi dan berkreasi dengan versi kamu sendiri.
Nb: Thank you sudah mampir.