Wednesday, April 1, 2015

Devil Teardrop (1999)

Review by Ftrohx


Secara keseluruhan gesture, gaya dan perilaku, karakternya tetap sama atau boleh saya bilang Parker Kincaid adalah Lincoln Rhyme versi Washington DC.

Buku ini 'Devil Teardrop' sudah lama ada di rak buku saya, dan saya juga sudah lama tidak membacanya, sampai kemarin saya butuh referensi untuk sebuah projek yang membuat saya kembali membuka buku ini.




Singkat cerita 'Devil Teardrop' terinspirasi dari kasus penculikan Lindenberg yang terkenal itu dan kasus The Dancing Men dari Sherlock Holmes plus buku analisa dokumen karya Albert S. Osborn.

Skema-nya, bagaimana jika ada seorang detektif yang memecahkan kasus dengan menganalisa tulisan surat ancaman anonim dari seorang penjahat. Itulah dia, penyelidik swasta Parker Kincaid (OK, penamaan tokoh utamanya memang rada ancur,) saya sendiri selalu salah merapalkannya dengan nama Peter Kincaid. Iya, nama yang kurang greget dan itulah yang menurut saya membuat novel ini kurang nge-hits.

Tapi bukan itu saja kesalahannya, nama asisten-nya lebih tidak cukup menjual yaitu Margaret Lukas (Ok, nama ini banyak dikritik di goodreads) atau mereka sering menyebutnya dengan kata 'Lukas' yang seperti kita tahu kebanyakan nama Lukas adalah untuk karakter cowok, meski memang banyak penulis yang menggunakan nama cowok untuk asisten detektif cewek. Tapi di sini, ide cukup buruk untuk menurunkan omset penjualan. Beda dengan novel Jeffrey Deaver yang lain yaitu Bone Collector dan The Cold Moon dengan sang detektif Lincoln Rhyme dan asisten detektif Amelia Sachs. Dua nama itu jelas jauh lebih menjual.


Ok, meski penamaan karakternya cukup buruk, tapi JALAN CERITA-nya BEUH lewat Cuckoo's Calling J K Rowling.

Kisah terjadi di akhir bulan Desember thn 1999 atau mereka menyebutnya detik-detik menjelang pergantian Millenium.

Sebuah surat berisi teror yang datang ke meja kerja walikota Washington D C. Ancaman bahwa jika mereka tidak memberi uang sebesar 20 juta dollar pada si pengirim surat anonim maka dia akan membunuh banyak orang di kota tersebut. Dan saat surat ancaman itu berada di tangan walikota, 20an warga sipil telah tewas oleh penembak misterius di station kereta bawah tanah.

Ini adalah Washington D C Ibukota bagi dunia politik dan pemerintahan Amerika, jika sesuatu hal yang buruk terjadi di sini, apa kata dunia. Karena itu dengan sangat terpaksa walikota mengumpulkan dana 20 juta dollar untuk membayar tuntutan dari sang teroris. Selain itu mereka mengumpulkan tim penyelidik terbaik gabungan antara polisi lokal dengan FBI dan seorang detektif swasta atau lebih tepatnya ahli analisis dokumen Parker Kincaid dipanggil untuk memburu si penembak misterius.

Kincaid dipanggil untuk menganalisa surat ancaman tersebut. Apakah itu asli? Jika asli pertanyaannya darimana sumbernya? Dan seperti wujud dari orang yang menulis ancaman ini?

Seperti detektif-detektif KEREN lainnya, pada awalnya Kincaid menolak, dia bahkan mengajukan nama lain yang katanya lebih jago daripada dirinya dalam menganalisa dokumen. Namun karena terus dan terus dibujuk akhirnya dia memutuskan untuk ikut dalam tim.

Satu hal yang menarik dari Kincaid adalah prinsip dan metode-nya. Dia tidak seperti detektif-detektif lain yang percaya dengan Graphology atau ilmu menganalisa karakter orang dari hanya melihat tanda tangannya. Menurut Kincaid, ilmu Graphology sama mistis dengan permainan kartu tarot, dan Graphology tidak efektif dalam memecahkan kasus kriminal yang nyata.  Di sini arogansi Kincaid persis sama dengan Lincoln Rhyme yang benci terhadap analisa behaviorist. Namun seperti juga Lincoln Rhyme di saat-saat terdesak Kincaid juga melakukan apa yang dia larang sendiri.

Seperti halnya novel-novel Jeffrey Deaver yang lain, di bagian awal Kincaid terlihat sangat profesional dalam bidangnya, dia benar-benar memamerkan pengetahuannya dalam menganalisa dokumen dan tulisan. Dengan deduksi panjang, sambil menggunakan kaca pembesar seperti Sherlock Holmes akhir Kincaid menemukan satu petunjuk, satu titik yang sangat langka ada, pada dokumen-dokumen dan kasus-kasus yang pernah dia tangani. Satu titik yaitu DEVIL TEARDROP yang menjadi judul bagi novel ini.

Dari satu titik petualangan berlanjut ke tempat-tempat yang lain. Namun sangat disayangkan, petunjuk dan teka-teki yang ditinggalkan oleh si pelaku hanya satu surat itu saja. Ini membuat lingkup penyelidikan dan analisa menjadi terbatas hanya pada surat itu saja, namun yang luar biasa dari Jeffrey Deaver dia bisa membuat hal yang sangat terbatas itu menjadi 100ribu kata.

Sedangkan tentang penjahat, mereka menyebutnya The Digger yang berasal dari kata Gravedigger atau tukang gali kuburan. Dia adalah penembak misterius dengan senapan semi-otomatif berperedam. Dia datang dan pergi seperti hantu, tidak terlihat dan disadari oleh orang-orang. Seperti Bunglon dia bisa menyamar di keramaian. Dan bodohnya para penyelidik ini memaksakan diri menganalisa "surat ancaman" daripada menganalisa rekaman CCTV atau mungkin karena itu adalah thn 1999 jadi CCTV belum beredar di tempat-tempat umum. Dan The Digger itu tidak sendirian, ada orang lain di belakang, seseorang dibalik layar menjadi dalangnya bernama Edward Fielding, seorang sociopath yang terobsesi menciptakan kejahatan yang sempurna.

Ok, ide tentang kejahatan yang sempurna-nya benar-benar keren (terutama pada zamannya.) Sang penjahat membuat skema pencuri sekaligus aksi terorisme yang brutal yang menghabisi warga sipil dan membobol markas besar FBI. Sayangnya, meski idenya cukup grande, tapi masih ada beberapa mis -dalam novel ini. Terutama tentang plot twist-nya.

Ide tentang penjahat utama Len Hardy yang merupakan anggota tim penyelidik kasus MetShoot memang sangat keren. Namun kurang sekali petunjuk yang menunjukan bahwa Len Hardy adalah Edward Fielding. Saya agak kesal dengan pernyataan Parker Kincaid di bagian akhir, bahwa sejak awal sebenarnya dia curiga dengan tangan Len Hardy yang bergetar saat menulis apa yang dia diktekan. Tapi saat saya baca ulang bab-bab awal, saya tidak dapat menemukan apa dimaksud Kincaid tentang kecurigaan itu. Seolah-olah gagasan 'Tremble' atau gemetaran saat menulis muncul begitu saja di bagian akhir.

Oh iya, satu hal lagi, yang membedakan novel ini dengan novel Jeffrey Deaver lainnya adalah 3 bab full adegan kejar-kejaran dan tembak-tembakan ala film Hollywood. Ini sesuatu yang jarang dari Deaver, karena itu buku ini saya rekomendasikan untuk teman-teman yang ingin bikin action thriller.

.  .  .

Konklusi

Secara keseluruhan novel ini keren, saya kasih point 75 skala 100.

Meski jalannya berliku-liku tapi analisa-nya BEUH anda mesti baca.



1 comment:

  1. Nb: saran saya baca buku ini versi bahasa Inggris-nya karena jauh lebih jelas/detail apa yang ditulis di note teror tersebut.

    ReplyDelete