Tidak seperti yang gw pikirkan
By Ftrohx
"Sebagai penonton film: izinkan pula saya masuk bioskop tanpa tiket dan menonton, kalau kemudian saya suka, saya bayar tiketnya, jika tidak, saya ngeloyor saja pulang. Tentu saja tuntutan pembaca semacam itu tidak sehat untuk bisnis." - Eka Kurniawan.
Sebelum ke bioskop, selalu gw menonton trailer-nya di youtube atau membaca sinopsisnya di IMDB dan wikipedia.
Sering juga gw mendapat rekomendasi dari teman bahwa film ini bagus, film itu bagus, dan seterusnya. Mungkin gw membuat kesalahan karena selera mereka bisa jadi beda dengan selera gw. Tiap orang punya ukuran-nya masing-masing akan apa yang disebut bagus dan tidak. Sialnya gw selalu mengulang kesalahan, gw berekspektasi lebih pada sebuah film karena menonton trailernya. Namun, ketika gw menonton di bioskop, gw merasa kecewa, beberapa film bahkan membuat sangat kecewa.
Ok, dibawah ini adalah 10 film yang tidak sesuai ekspektasi gw.
1. Skyline
Kita mulai dari yang buruk; Skyline. Gw benar-benar tertipu sama film ini, tertipu dalam artian negatif.
Gw memilih nonton film ini karena trailer-nya memang bagus. "Suatu malam di sebuah rumah, tiba-tiba ada cahaya putih kebiruan menyusup dari jendela, lalu ada jeritan seorang wanita, dan dia menghilang."
Trailernya benar-benar dramatis. Tapi hal yang gw lewatkan adalah siapa-siapa aktornya. Ini benar-benar gw lupa, karena saking fokus dengan adegan kemunculan cahaya misterius itu, gw gak lihat nama-nama aktornya. Sialnya gw baru sadar kalau gw salah nonton pada 5 menit pertama di kursi bioskop. "Kok nggak ada yang gw kenal aktornya? Ini pemain film apa? Kok ceritanya di apartemen?" Dan banyak pertanyaan lain. Lalu gw sadar, bangke gw KETIPU sama trailernya.
Ternyata film-nya orang-orang yang terjebak di sebuah apartemen yang dikelilingi Alien dengan UFO raksasa. Alien-alien itupun mengambil tema klasik. "Memakan otak manusia" sebagai bahan bakar. Meski UFO-nya super canggih film ini minus adegan aksi, kecuali adegan serangan balik para pasukan udara Amerika terhadap UFO raksasa itupun hanya berlangsung selama 5 menit! ckckckck... #kecewa saya
2. Prometheus
Setelah Skyline, gw udah nggak mau berekspektasi lebih untuk film-film bertema luar angkasa. Jujur gw masih trauma nonton film alien jelek kayak Skyline.
Huh, tapi gw membuat kesalahan lagi untuk kedua kalinya dengan Prometheus! ckckck... Sama seperti Skyline, untuk Prometheus gw juga tertipu sama trailernya. Sorry, bukan hanya trailernya tapi sinopsisnya juga. Gw terlalu percaya sama wikipedia sampai-sampai ketipu.
Laman wikipedia Prometheus begitu detail, begitu menarik, banyak kata, banyak paragraf, banyak komentar bla bla bla... aktornya si ini si itu, desainer pesawatnya si ini si itu, pengambilan gambarnya di kota ini dan kota itu, dan seterusnya. Plus gw juga dapat rekomendasi dari beberapa teman di social media.
Semua itu berhasil membuat gw percaya kalau film ini bagus. Di benak gw (sebelum nonton). "Wah, pasti keren ini film?"
Pasti ada pertarungan tembak-tembakan pesawat tempur dengan alien seperti di Star Wars. Pasti ada penjelajan ke dunia baru, dari satu planet ke planet lain, dari satu gunung ke gunung, menelusuri hutan, goa-goa, mungkin mereka bertemu dengan ras-ras alien yang baru, mungkin akan ada konfrontasi dengan koreografi yang bagus, dan sebagainya.
Ternyata gw salah TOTAL.
Film ini cuma bercerita tentang sekumpulan orang yang pergi ke planet asing, mereka masuk ke dalam sebuah kuil kuno, menjelajah gua-nya lalu salah satu dari mereka terinfeksi oleh parasit alien, dan seterusnya dan seterusnya. Tidak ada yang signifikan di sini kecuali desain interior kuilnya yang cukup keren, dan ternyata di bawah kuil itu merupakan pesawat alien yang memiliki misi untuk menghancurkan bumi dengan senjata biologis. Ok, idenya cukup bagus pertanyaan gw di mana adegan aksinya?
Ternyata apa yang udah gw tonton di trailer filmnya di youtube adalah adegan puncaknya. Pesawat Prometheus menabrakan diri untuk menghentikan pesawat alien, lalu pesawat alien jatuh menimpa dua kru terakhir Prometheus. Endingnya alien pun muncul dari perut si manusia botak raksasa.
3. Battleship
Lagi-lagi, film bertema Alien mengecewakan gw.
Sebenarnya film ini bagus, adegan aksi dan tempurnya asik, efek-efeknya keren, tapi gw nonton ini bukan kagum melainkan banyak ketawanya.
Meski film ini bertema serius, tapi kalau dipikir-pikir dengan logika yang benar, banyak adegan, cerita, narasi di film ini yang terasa sangat lucu! Hahaha... Ok, jika diibarat kedua film ini seperti penduduk kampung di tahun 1901 berperang melawan Patlabor dengan bambu runcing. Tapi pada akhirnya para penduduk kampung lah yang menang.
Battleship bercerita tentang pasukan marinir Amerika dan Jepang yang melakukan latihan militer bersama di kepulauan Hawai, tiba-tiba pesawat alien jatuh ke bumi dan mulai melakukan invasi.
Skenario para alien, mereka mengirim signal kembali ke planetnya untuk menambah pasukan penginvasi, cara mengirim signal tersebut ke planet asalnya menggunakan parabola dan satelit milik pemerintah Amerika yang kebentulan sistem pengendalinya berada di Hawai.
Manusia dengan teknologi kapal laut perang yang standar bertempur dengan pesawat alien yang menggunakan laser dan perisai pelindung elektromagnetik. Tentu teknologinya tidak sebanding, dan pembantai terjadi di awal sampai tengah film. Dengan mudah para alien menghancurkan kapal-kapal Amerika dan Jepang semudah memecahkan kerupuk kaleng.
Tapi dari tengah film ke akhir, secara ajaib hanya dengan satu kapal perang mereka berhasil memukul mundur para alien, bahkan berhasil menjatuhkan beberapa pesawatnya.
Aneh banget, dimana logikanya? Kok bisa mereka menang? Terus kemana perisai pelindung elektromagnetiknya? dan itu alien kenapa dengan mudah mereka kalah hanya karena matahari terbit? Lah bukan mereka penjelajah luar angkasa harusnya mereka punya teknologi untuk mengantisipasi cahaya matahari?
Dan yang paling-paling aneh. "Kok BISA dengan snifer rifle biasa, mereka menembus kaca dari pesawat alien?" Mereka pakai peluru apa? Adamantium atau Baja dari Asgard?? Harusnya dengan kecanggihan teknologi dan pengalaman tempur ribuan tahun di luar angkasa mereka pastinya bisa donk menciptakan kaca anti peluru. Harusnya pesawat mereka tidak mempan oleh ledakan apalagi cuma peluru dari campuran besi dan titanium.
4. Star Trek 2 Into Darkness
Kalau yang ini kasusnya sama dengan Prometheus, gw tertipu sama trailernya di youtube.
Trailernya benar-benar spektakuler, pesawat Star Trek bertemu dengan pesawat yang lain serupa dengannya namun dengan ukuran yang 5 kali lebih besar.
Dan terjadi pertempuran. "Bang-bang, boom-boom, bang-bang!!" Pesawat Star Trek hancur, gosong dan penuh lubang di mana-mana. Pesawat itu jatuh ke bumi, semua orang yang di dalamnya panik, berteriak-teriak, menjerit dramatis, dan si kapten meminta maaf pada para kru-nya. Star Trek jatuh menabrak daerah perkotaan, gedung-gedung hancur dan seterusnya.
Kemudian muncul sebuah harapan, mereka mencoba bangun kembali, dan kapal Star Trek pun bangkit secara dramatis dari dasar lautan.
Tapi apa yang terjadi di trailer bukanlah jalan cerita yang sebenarnya. Sekali lagi, ternyata saya tertipu oleh trailer.
Film yang sebenarnya, plotnya jauh lebih lambat. Cerita dimulai dari Kru Star Trek yang pergi ke sebuah planet dengan misi observasi, lalu mereka melanggar peraturan dan kembali ke bumi dengan hukuman. Lalu ada cara A, B, C, D, dan seterusnya dari para atasan. Namun, di bumi terjadi sebuah aksi teror bom terhadap Star Fleet, markas rahasia mereka di London diserang oleh Khan. Misi mereka kemudian menemukan Khan, tapi sebelum rapat selesai tiba-tiba kantor tersebut diserang. Pimpinan Star Fleet tewas di sana. Misi pencarian Khan pun menjadi lebih personal bagi kapten Kirk.
Petualangan luar angkasa kembali dimulai, seterusnya dan seterusnya.
Langsung ke adegan klimaks, tidak seperti yang gw harapkan, ternyata tidak ada pertempuran mati-matian antara Star Trek dengan Kapal luar angkasa Khan. Pertempurannya begitu singkat, kurang dari 5 menit. Awak Star Fleet menang cuma gara-gara mengirim torpedo melalui teleportasi ke dalam Kapal milik Khan, lalu Torpedo itu meledak secara otomatis. Udah begitu doank, setelah ceramah panjang dan teori konspirasi yang keren yang dibahas sebelumnya, kapal raksasa besar itu jatuh begitu saja ke Bumi. Adegan yang paling epic cuma pas Kapal raksasa itu jatuh dan menghantam perkotaan. Setelah itu film selesai dengan ditangkapnya Khan setelah tonjok-tonjokan dengan Spock.
5. Matrix Revolution
Ide dari serial The Matrix itu begitu kuat tertanam dibenak gw.
FIlm ini keren sejak pertama kemunculannya, Baik yang pertama ataupun yang kedua.
Gw suka yang pertama karena ini perjalanan bagaimana seorang Neo menjadi seorang The One yang menyelamatkan umat manusia. Menjadi petarung terhebat sejagat fiksi Hollywood di zaman itu.
Gw suka adegan pertarungan Neo versus Agen Smith di station Kereta bawah tanah, dan yang paling memorable tentu adegan menghindari peluru yang terkenal sepanjang masa itu.
Sedangkan yang kedua gw suka dengan Matrix karena adegan actionnya, pertarungannya, koreografinya tidak terpikirkan oleh gw.
Dan jelas keren, mulai dari adegan pertarungan Neo versus ratusan agen Smith, sampai aksi pertarungan di jalan Tol melawan duo manusia bayangan dan para agen, terutama adegan Trinity dengan motor Ducatinya itu sangat memorable.
Tapi untuk yang ketiga, sayang sekali ide-ide kreatif seperti itu sudah nggak muncul lagi.
Ada sih beberapa adegan yang keren, terutama pertempuran para pasukan Zion melawan jutaan Sentinel.
Terutama pas adegan ribuan Sentinel itu menyatu seperti pusaran angin puyuh dan menghantam Sang Komandan. Itu bagian yang paling Epic di The Matrix 3.
Sayangnya untuk Neo vs Agent Smith sendiri, gw nggak melihat ada perkembangan berarti. Tetap sama saja seperti The Matrix yang pertama, beda mereka bertarung di udara seperti Son Goku vs Bezita.
Sebenarnya, gw berkhayal lebih untuk ending dari Trilogy ini.
Gw berharap Neo masuk ke dalam Mainframe dari The Matrix, tempat yang selama ini tak tersentuh, tempat dimana para agen dan program tercipta.
Gw juga pengen lihat seperti apa wujud dari Kaisar Machine, gw ingin melihat Neo bertarung melawannya, logikanya dengan menghancurkan sang Kaisar maka manusia akan terbebas dari perbudakan bangsa Machine.
Tapi adegan akhir yang gw lihat Neo bertemu makhluk seperti ikan buntal berukuran raksasa dibungkus warna perak. "Masa Kaisar Machine-nya seperti ini?" Padahal gw berkhayal seandainya puncak pertarungannya seperti Bt X vs Raphaelo, monster dari segala monster bangsa Machine. Atau minimal Neo bertarung dengan induk dari para Sentinel gituh.
Kembali lagi, rasanya pertarungan akhir Neo dengan Agen Smith ada yang kurang dah. Dan akhir ceritanya, dimana hadir harapan bagi manusia? Gw masih bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya, namun tetap tidak ada jawaban karena endingnya ngambang.
6. Man of Steel
Jujur gw suka trailer pertama dari Man of Steel
Benar-benar murni seorang Man of Steel, gw berpikir ini pasti bakal jadi kisah super-hero yang berbeda, dari semua super-hero Hollywood yang pernah ada.
Gw percaya terutama karena tagline-nya. "The world wasn't ready!" seolah dia meyakinkan gw bahwa dunia memang siap dengan berbagai cerita super-hero, kecuali satu super hero yaitu Superman.
Melihat dua trailer pertamanya gw percaya bahwa film ini akan jauh lebih keren daripada film-film super-hero yang gw tonton sebelumnya, apalagi ditambah dua nama besar Zack Synder dan Christopher Nolan dibelakangnya. Ini bakal spektakuler.
Ternyata gw salah, trailer ketiga muncul bersama dengan Jenderal Zod, mereka menghancurkan mimpi-mimpi gw.
Harusnya Zod nggak muncul di sini, atau harusnya ada aktor lain yang memerankan Zod. Si Jenderal ini lebih mirip pimpinan cowboy penjahat daripada Alien penakluk jagat raya. Beda dengan Ras AlGhul yang diperankan Liam Neeson, malah jauh lebih bagus Ras AlGhul. Harusnya bukan Zod yang muncul, harusnya ceritanya tidak seperti ini.
Yang gw inginkan ntuh From Zero to Hero-nya seorang Man of Steel.
Dia tidak perlu menyelamatkan dunia dari serangan Alien, cukup dia dari seorang yang bukan siapa-siapa menjadi seorang pahlawan. Gw ingin Man of Steel seperti minimal seperti Neo di The Matrix atau sebuah perjalanan spritual seperti Prince of Persian atau Kenshin Himura.
Gw sudah jatuh hati di trailer pertama Man of Steel. Gw membayangkan petualangan seorang Clark Kent hingga mendapatkan kekuatan sebagai Superman. Dia berjalan sendirian menelusuri perbatasan Kanada hingga ke Kutub Utara, dia mencari jati dirinya, mencari tahu siapa sebenarnya dirinya dan apa yang bisa dia perbuat untuk umat manusia.
Sialnya tidak seperti yang gw harapkan.
7. Dark Knight Rise
Kalau DKR ini kasusnya sama seperti Matrix Revolution, gw suka dua film sebelumnya.
Gw percaya dan berharap lebih pada film ini.
Batman Begins, luar biasa. Nolan mengubah Batman yang tadinya super-hero cemen menjadi suatu karakter yang keren. Cerita latar belakang Bruce Wayne sampai menjadi seorang Dark Knight benar-benar bagus, beginilah harusnya kisah super-hero ditulis.
Dark Knight juga keren, Joker menjadi penjahat psikopat yang nyaris sempurna untuk ukuran Hollywood. Gw suka plot yang penuh kejutan, gw suka adegan-adegan aksinya, koreo-nya, cinematografinya, aktor-aktornya, semua layak dapat nilai A.
Tapi untuk di DKR, Ok aktor-aktornya memang level A, cinematografinya juga bagus, tapi adegan aksinya terutama adegan pertarungannya terlalu biasa. Seperti adegan pertarungan dalam FTV.
Ok, BANE memang terlalu gemuk hingga gerak tubuhnya lambat. Tapi di sini, Batman juga tidak memiliki adegan aksi yang keren, tidak ada pertarungan melawan Tim SWAT, dan pertarung dengan para pasukan Bane juga jelas banget (ketahuan) bohongnya.
Satu lagi jalan ceritanya, rencana Bane dan Thalia AlGhul untuk menghancurkan kota Gotham adalah rencana yang klise. Mereka menghancurkan jalan-jalan untuk keluar dari Gotham lalu mereka mengancam meledakan kota dengan Bom Nuklir. Tindakan yang dilakukan Bane itu seolah hanya meneruskan rencana dari The Joker dan Ras AlGhul.
Sebenarnya jalan ceritanya lumayan bagus, mungkin yang membuat gw jadi kurang sreg hanyalah adegan aksinya yang kurang. Gw ingin Batman lebih dari sekedar pahlawan bertopeng, gw ingin dia menjadi seorang petarung / pendekar yang punya trik-trik beladiri yang keren. Hahaha... Mungkin gw terlalu jauh berkhayal, menginginkan Dark Knight bisa adegan aksi seperti Kenshin! Hahaha...
8. Sky Fall
Seperti sebelum-sebelumnya, ini masalah film sequel, bahwa cerita lanjutan tidak sebagus cerita sebelumnya.
Gw suka dua film James Band sebelumnya, Casino Royale dan Quantum Solace. Ceritanya bagus, view-nya bagus, dan aktor-aktornya lumayan. Tapi untuk yang ketiga ini rasanya mereka terlalu terburu-buru.
Gw penasaran sebenarnya dengan bocoran di film sebelumnya Quantum Solace, bahwa ada organisasi international yang mempengaruhi segala kebijakan pemerintah di dunia. Tiba-tiba di Sky Fall, organisasi itu tidak disinggung. Cerita benar-benar berjalan ke arah yang berbeda. Seolah James Bond dimulai dari awal lagi.
Kemana para penjahat-penjahat sebelumnya seperti Mr. White dan kawan-kawan, lalu bagaimana masalah korupsi di pemerintahan Inggirs? Itu tidak disinggung lagi, dan MI6 malah menangani permasalah internal tentang kebocoran data para agen rahasianya yang tersebar di internet.
Dari judul dan sinopsisnya, gw sempat berkhayal ini menjadi film yang grande. Sky Fall atau Langit Runtuh, seolah berkata yang besar sedang terjadi.
Mungkin mereka menghancurkan MI6, mungkin ada pengkhianatan, mungkin ada tekanan dari orang-orang pemerintah, ada konspirasi, ada orang-orang Quantum Solace di dalam pemerintahan dan James Bond memburunya, M sang pimpinan diculik, dan seterusnya.
Gw membayangkan sesuatu yang keren, namun ternyata jauh dari panggangan.
Sky Fall ternyata cuma sebuah pondok di pinggiran Skotlandia. Sebuah tempat terpencil dimana Bond dibesarkan, tapi film tidak bercerita masa lalu Bond ataupun masa depannya, film ini terlalu mediocre.
9. Ghost Protocol
Nggak jauh beda dari Sky Fall, film ini juga sama-sama mengecewakan gw.
Gw suka tiga film sebelum, Mission Impossible sudah jadi konsumsi gw sejak SMP.
Gw suka yang pertama,itu rasanya kayak kopi yang original digiling langsung dari bijinya. Itu benar-benar rasa asli spionase.
Yang kedua, agak mengecewakan karena mencoba ala-ala The Matrix, tapi ceritanya lumayan bagus tentang senjata biologis.
Yang ketiga, asik gw suka Phillip Seymour Hoffman. Skenarionya juga bagus penulis misteri ala Alice in The Wonderland dan Rabbit Foot menjadi mitologi tersendiri.
Sayangnya, yang keempat ini gw nggak tahu apa yang ingin mereka jual? Persenjataan nuklir terus hacking satellite dan sebagainya.
Kok skenarionya mengingatkan gw dengan film lama Jackie Chan? Aduh gw lupa apa itu judulnya tentang persenjataan Nuklir? Dan gw juga ingat dengan Bloody Monday, Takeru Sato itu juga tentang nuklir dan satelite Hacking. Kok rasanya klise ya? Nggak ada hal baru di film ini.
Mungkin yang baru hanya lokasi syutingnya di Burj al Arabi, Dubai. Tapi Body of Lies-nya Leonardo DiCaprio juga ngambil lokasi Dubai, lah apa kerennya? Oh adegan klimaksnya keren kali? Mereka berantem di parkiran mobil otomatis, belum ada loh film yang ngambil adegan fighting di tempat itu.
Tapi tetap saja, buat gw rasanya mediocre.
10. Sucker Punch
Nah, ini puncaknya. Film yang paling-paling menipu gw dengar trailernya
Film yang banyak dikritik orang di internet, film yang banyak membuat orang keluar dari bioskop dan marah-marah, Sucker Punch.
Harusnya gw mengikuti saran Eka Kurniawan. "Izinkan pula saya masuk bioskop tanpa tiket dan menonton, kalau kemudian saya suka, saya bayar tiketnya, jika tidak, saya ngeloyor saja pulang!" harusnya saya seperti itu, masuk gak bayar, gak suka filmnya terus ngeloyor pulang, atau harusnya saya nonton di televisi saja.
Sucker Punch ntuh trailernya keren, atau bisa gw bilang spektakuler. Poster-posternya juga bagus. Gw sampai berpikir. "Wah, kelihatannya film gokil nih, menggabungkan budaya anime Jepang dengan action Hollywood."
Karakter utamanya si cewek imut berambut pirang itu, gw lupa namanya siapa? Berpakaian seperti karakter anime, mengenakan seragam sekolah ala Jepang dengan rok pendeknya plus Katana di genggaman tangannya. Wajah si heroine ini angkuh dan songong namun secara skenario dia harus berperan layak cewek cantik yang sering disakiti di sinetron.
Ceritanya lebih absurd lagi, dia mencoba seperti Inception dengan multilayer, mimpi di dalam mimpi, tapi setiap orang tentu memiliki mimpi yang berbeda, seorang arsitek mimpinya pasti keren membayangkan gedung-gedung megah dan modern art, tapi seorang anak band penggemar MTV pasti mimpinya adalah masuk ke dalam video klip - video klip. Misalkan melompat dari video klip Beyonce masuk ke video klip J-lo, iya film ini sempat mengingatkan gw dengan filmnya J-lo The Red Cell, plus rumah sakit jiwa kayak Shutter Island, bersama dengan cewek-cewek sexy ala AKB48 yang jago beladiri kayak Dante di Devil May Cry. Bingungkan lo? Gw juga susah mendefinisikannya.
Kembali lagi, ini adalah masalah eksekusi. Ide GILA jika dieksekusi dengan benar akan jadi karya yang KEREN, tapi ide GILA jika dieksekusi dengan salah maka akan jadi... corat-coret tembok di rel KRL yang tidak semua orang melihatnya.
Harusnya ntuh nggak begini.
Melihat trailernya gw berkhayal, ini film akan seperti Saia di Blood+ the movie, seorang gadis SMA yang bertarung dengan Katana untuk menyelamatkan kotanya dari serangan monster. Mungkin jauh lebih baik daripada Blood+ karena dari trailernya gw melihat si gadis bertarung dengan monster Samurai raksasa, pertarungan yang sangat epic.
Ternyata, tidak sesuai dengan yang gw khayalkan. Jauh dari harapan.
Harusnya Zack Synder bisa melakukan sesuatu dengan bersih, dia sudah punya segalanya untuk film ini. Dana tanpa batas, artis-artis yang cantik, dan tim CGI yang sangat keren. Masalahnya cuma diCERITA aja! Seandainya jalan ceritanya dibuat sederhana, dan adegan aksi fantasy-nya dibuat dengan porsi yang benar, pasti semua akan baik-baik saja.
Plus, MUSIK-nya gw nggak suka, sangat mengganggu banget. Lo seperti pergi ke Club Striptis dengan musik DJ yang memekakan telinga, terlalu banyak hingar-bingar sehingga lo gak tahu harus berbuat apa. Bahkan minumanpun justru bikin lo malah tambah stress. Situasi yang sangat tidak cocok buat gw.
. . .