Friday, December 18, 2015

Asimov, Herbert, and Lucas

By Ftrohx


Ok, judulnya artikel diatas sebenarnya gw ingin tulis Galatic Empire: Asimov vs Dune vs George Lucas.


Isaac Asimov

Asimov sebenarnya nggak asing untuk gw sejak nonton film I-Robot, namun belakangan gw baru baca lagi tentang dia sejak Irfan Nurhadi heboh dengan reviewnya, iya tentu saja gw nggak mau kalah.

Asimov kita mengenalnya sebagai yang terkuat dari tiga Gods Fathers of American Sci Fi (Isaac Asimov, Robert Heilen, dan Arthur C. Clarke)

Asimov itu jenius, sangat jenius karena mampu nulis banyak novel dengan jutaan ribu kata sendirian.

Dia membuat dunia masa depannya sendiri, khayalannya melalang buana jauh hingga kejutaan tahun mendatang. Dimana manusia telah menaklukan seluruh galaksi Bimasakti.

Dia menciptakan alurnya dengan begitu detail dari mulai masa manusia menciptakan Robot yang bisa berpikir seperti manusia hingga ke Galatic Empire dimana jumlah manusia sudah lebih dari Quadrillion (itu nol dibelakangnya sangat banyak)

Dia jenius dia membuatnya dengan sangat detail, masalah economic, masalah sosial, anthropologi, sejarah, peperangan, konflik politik dan seterusnya.

Sayangnya, dengan sangat-sangat disayangkan, seperti yang kita ketahui dia berasal dari generasi pasca-Perang Dunia I Generasi dimana masalah Ras (High Races) adalah sesuatu yang penting. Sebenarnya kasus ini juga terjadi pada dua Gods Father yang lain Robert Heilen dan Arthur C. Clarke.

Dimana mereka menciptakan galaksi yang begitu luas, begitu besar, namun mono-culture. Jumlah mereka Quadrillion namun pemerintah Galatic Empire (yang kemudian diteruskan oleh Foundation dan Second Foundation) membuat kerajaan galaksi begitu boring dan monoton karena kita tahu budayanya cuma copas dari kebudayaan minus masalah religiusnya.

Masalah lainnya adalah masalah penamaan, entah kenapa Asimov terlalu kaku untuk hal ini, dia terlalu Amerika (lebih tepatnya mentok di Amerika thn 1960an) benar-benar mentok. Seolah dia nggak kenal, nama dari bahasa-bahasa lain selain Amerika (atau Romawi atau latin dan semacamnya)

Bayangkan, elo lahir di galaksi dengan jutaan planet dan quadrillion manusia, namun semuanya mono-culture dan mentok di budaya Amerika (tahun 1960an) yang nggak bisa menerima orang kulit berwarna (hitam, sawo, kuning, dst.) Haduh, jelas gw nggak mau tinggal di alam semesta semacam itu.

Oh iya, satu lagi di Galatic Empire versi Asimov, tidak ada alien atau ras lain selain manusia. Ada sih beberapa anomali, mereka adalah manusia -mutan atau makhluk misterius bernama Gaia (sudah mentok disituh.)


Frank Herbert

Huh, gw bersyukur di alam semesta Goodreads ada orang ini, setidaknya dia mengimbangi tiga Gods Father Sci Fi Amerika tersebut.

Frank Herbert menciptakan sebuah novel berjudul Dune. Ok, Dune apa itu? Siapa Dune?

Gw pertama kali mendengar nama Dune justru dari novel Metropolis-nya Windry Ramadhina. Dune si pembunuh bayaran yang bekerja untuk keluarga Johan Al. Iya, si Dune itu.

Dan sangat mengejutkan gw ketika gw meriset Asimov di Goodreads ada link ke laman novel Dune.

Beuh, ini dia yang harusnya gw baca dari dulu.

Dune bercerita tentang sebuah planet padang pasir bernama Dune. Sebuah planet dimana tinggal berbagai Klan dan Faksi berkuasa.

Jika dibanding dengan Asimov yang Diktaktor, Dune dia lebih ke arah Oligarki. Banyak kerajaan-kerajaan kecil dengan budaya dan bahasanya sendiri. Namun mereka punya satu musuh yang sama seorang Tirani bernama Kaisar Saddam iV

Kembali jika Asimov mentok dibudaya Barat dan Latin, Dune dia sedikit jauh melihat ke Timur (dalam hal ini budaya TImur Tengah)

Selain itu jika dibandingkan dengan Asimov yang benar-benar terlalu politik, terlalu kaku kayak pelajaran Tata Negara di SMA. Dune dia lebih bermain dengan mitologi dengan ancient prophecy dengan legenda, fantasy, dan Messiah yang bercampur dengan tema futuristik.

Sejak ribuan tahun yang lalu diramalkan bahwa akan lahir seorang manusia yang mampu menyelamatkan kelangsungan hidup seluruh umat manusia dari politik Galaksi yang stagnan, dan orang itu ada Leto Atredis.

Npvel series Dune terus berlanjut dari 1965 hingga terakhir di tahun 2007 dimana novel tersebut dikerjakan oleh anak dari Frank Herbert yaitu Brian Herbert.

Untuk tahun 1960an menurut gw Dune adalah sebuah dobrakan, dia mendobrak bahwa diluar sana dunia itu jauh lebih luas, dunia bukan hanya Yunani, Romawi, dan Amerika.

Ada orang-orang lain lagi diluar sana, ada Asia Timur, Asia Tengah, dan seterusnya. Mereka memiliki kebudayaan-kebudayaan yang lain, bahasa-bahasa yang lain, dan tradisi-tradisi yang lain. Yang berbeda dan menarik untuk dipelajari.

Dune bisa dibaling menjadi fondasi untuk sebuah karya Galatic selanjutnya yaitu Star Wars.

Oh iya satu tema yang gila-gilaan yang juga dibawa oleh Dune adalah perang besar antara Umat Manusia versus Bangsa Mesin. Perang yang sangat kolosal yang mengubah segalanya dan menciptakan peradaban baru yaitu dunia Dune.


George Lucas

Gw selalu bertanya apa yang akan terjadi di masa depan, apakah manusia bisa menjadi lebih baik, apakah manusia bisa menjadi lebih pintar, apakah manusia bisa berevolusi menjadi makhluk yang lebih kuat.

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi keresahan yang ditulis oleh Frank Herbert dalam Dune karena itu dia menciptakan Bene Gesserit, Mentats, dan Navigator. Tapi untuk George Lucas orang-orang dengan kemampuan di atas manusia normal ini disebut para ksatria Jedi dan Ordo Sith.

Manusia berevolusi, mereka memiliki kecerdasaan lebih bahkan dari komputer sekalipun. Mereka memiliki kekuatan yang melampaui keterbatasan fisiknya, kekuatan yang hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih kini menjadi kekuatan yang umum dilihat seperti telekinesis, telepati, dan seterusnya.

Asli, Star Wars adalah versi advance dari Galactic Empire-nya Asimov dan kekaisaran Dune dari Frank Herbert.

Star Wars memiliki semuanya, kekaisaran Galaksi yang tirani dengan mono-culture nya dengan para ksatria ajaib ala Planet Dune.

Lebih dari itu Star Wars memiliki Darth Vader dengan si Ksatria berjubah hitam yang mewarisi budaya kelam para Jenderal Samurai dari zaman Musashi dan Shogun Edogawa. Juga Kaisar Galaksi dengan jubah hitam dan tudung kepalanya gelap serta jurus petir seperti Zeus dari legenda Yunani.

Dan tentu saja, mereka punya keluarga Skywalker, Yoda, Han Solo, Princess Leia, Queen Amigdala, dan seterusnya.

Star Wars memang pernah dikritik masalah rasial untuk bagian awal, namun makin ke sini kritik itu semakin tidak ada.

Star Wars sekarang jauh lebih universal, jauh menyerap begitu banyak budaya. Mungkin karena memang target pasar bukan hanya Amerika dan Eropa tapi juga Asia dan seluruh penjuru dunia.

Beda dengan Foundations - Asimov yang kaku, Star Wars sebaliknya penuh dengan keajaiban, dan inilah yang orang cari sebuah keajaiban. Orang-orang yang melakukan hal-hal yang mustahil yang melawan keterbatasan fisik dan mental, inilah yang kita harapkan terjadi dimasa depan.

Dunia penuh warna, bertemu dengan makhluk-makhluk ajaib, bertemu dengan alien tidak pernah kita bayangkan bahkan dalam imajinasi dan mimpi-mimpi terliar kita.

Inilah seharusnya kisah penjelajahan galaksi, inilah seharusnya sebuah cerita futuristik.
.  .  .

1 comment:

  1. Starwars veri perdanany kyknya msh mengandung masalah rasial..

    ketiga tokoh diatas bs diibaratkan membawa aliran Nazi, Komunis n Kapitalisme...

    ReplyDelete