Wednesday, April 23, 2014

Informan dan Baker Street Irregular


By Ftrohx


Sebenarnya sejak pertama kali saya niat bikin novel crime thriller, saya pengen banget menciptakan karakter detektif yang Grande.

Detektif yang kuat, genius, dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Detektif yang memecahkan kasus super-rumit yang tak terpecahkan oleh detektif lain.

Saya ingin menciptakan detektif legendaris seperti L. Lawliet dari Death Note, Hercule Poirot dari Agatha Christie, Sherlock Holmes ataupun Arsene Lupin, dan sebagainya.

Sayangnya sampai sekarang saya masih belum punya energi ataupun pengetahuan yang cukup untuk menciptakan detektif yang Grande.

Dan saat itu saya berpikir, bagaimana jika membuat dari yang sederhana terlebih dahulu. Dari karakter kecil tapi terkait dengan sang detektif.






Pas itu saya ingat sebuah buku yang saya baca di rumah teman lama. Judulnya 'Baker Street Irregular' ini tentang bocah-bocah Baker Street yang bekerja sebagai informan untuk Sherlock Holmes, tapi mereka lebih dari sekedar informan yang hanya mengumpulkan informasi, bocah-bocah Baker Street ini juga belajar deduksi dan metode detektif dari Sherlock Holmes, bahkan beberapa dari mereka bisa memecahkan kasus kriminal sendiri tanpa Holmes.

Seperti para Space Monkey yang belajar dan patuh pada Tyler Durden. Bocah-bocah Baker Street bukan sekedar anak-anak freelance yang bekerja untuk Holmes, mereka juga merupakan murid dari Holmes, tepatnya murid yang tidak pernah disebut murid. Yang unik lagi dari bocah-bocah Baker Street, mereka tidak mau disebut detektif meski mereka punya kemampuan detektif. Mereka bilang selama Holmes masih ada atau selama mereka belum melampaui Holmes mereka tidak mau disebut detektif., mereka hanya ingin disebut sebagai The Irregular.

Terinpirasi dari The Irregular inilah saya menciptakan karakter Azra sang Informan dan Jay si Informan.

Azra dan Jay, sama-sama memiliki skill penyelidikan yang tinggi, mereka jago analisis dan deduksi. Tapi mereka berdua tidak mau disebut sebagai detektif, karena mereka merasa belum layak menjadi detektif.

Detektif memiliki tanggung jawab moral untuk menyelesaikan sebuah kasus, apakah mereka mampu atau tidak mampu memecahkannya, sebuah kasus harus tetap mereka pecahkan. Dan ketika sebuah kasus tidak berhasil mereka pecahkan, maka nama mereka akan dikenal di seluruh dunia sebagai pecundang. Ini benaran banyak orang yang sudah kena tulah gelar 'detektif' banyak banget. Kamu bisa mencari dibeberapa kasus pembunuhan di wikipedia. Beberapa detektif yang mencoba mengungkap kasus besar, namun sampai akhir hayat mereka kasus itu tetap tidak pecahkan. Dan nama mereka tercoreng di sana sebagai orang yang tidak kompeten selama-lamanya.

Karena alasan inilah kenapa saya menggunakan karakter informan untuk beberapa projek saya. Informan tanggung jawabnya hanyalah memberikan informasi apa yang dibutuhkan klien, setelah itu masalah analisis dan sebagainya itu urusan klien sendiri. Informan tidak punya tanggung jawab untuk memecahkan kasus namun jika kasus berhasil mereka pecahkan itu adalah bonus tersendiri. 

Tapi seperti yang saya bilang di atas, saya juga masih penasaran untuk menciptakan karakter detektif. Satu karakter detektif yang selama beberapa tahun ini menghantui saya, yaitu Ming si detektif bayangan atasan dari Azs sang informan.

.  .  .  .

No comments:

Post a Comment