By Fitrah Tanzil
Pagi ini saya terbangun dengan kepingan-kepingan memori. Saya mencoba mengingat apa mimpi saya semalam.
Potongan yang saya lihat adalah adalah ITC Cipulir, dulu saya pernah bekerja di sana selepas SMA. Dulu sebelum SMA-pun saya juga pernah main ke sana. Tapi apa yang ada di mimpi saya tentang ITC Cipulir berbeda dengan apa yang di dunia nyata. Di dalam mimpi, tempat itu hanya bangunan yang sepi. Ada beberapa penjaga, tapi kebanyakan toko-tokonya tutup. Bukan tutup dengan rolling door, tapi tutup seolah tempat itu ditinggalkan.
Merunut ke masa lalu, dahulu ITC Cipulir adalah Matahari Mall Cipulir.
Dulu sebelum era Reformasi, tempat itu seperti CIlandak Town Square. Mall kecil yang lumayan bagus. Di lantai 2 terdapat Supermarket, di lantai 4 terdapat toko buku, dan di lantai 5 terdapat bioskop dan Timezone. AC-nya lumayan dingin, jalanannya bersih, dan toko-tokonya sangat teratur.
Saya ingat, waktu SD saya suka banget ke sana dengan Ibu dan Tante saya. Waktu itu bioskop masih mahal, dan kami biasanya cuma berakhir di Timezone dan makan es krim di McD. Dulu di sana, saya pertama kali kenal dengan Soul Calibur. Saya sangat kagum dengan video games itu, juga X-Men versus Street Fighter. Ah, Arcade.
Lalu kemudian datang kerusuhan '98
Kami tinggal di pinggiran Jakarta, dan jujur kami tidak terlalu mengalami apa yang disebut dengan peristiwa '98 itu. Yang saya tahu, semua orang tiba-tiba menjarah Matahari Cipulir. Tiba-tiba ludes semuanya jadi sebuah gedung rongsokan.
Lucunya, tetangga saya ikut menjarah di sana. Dia mengambil beberapa buku dan majalah serta handphone rusak. Dan dia menaruh barang jarahannya di samping rumah saya.
Kemudian, karena dia tak tahu harus dikemanakan itu barang-barang, dia juga nggak ngerti bagaimana menggunakannya, pada akhirnya barang-barang itu dijual ke tukang loak yang suka lewat di depan rumah kami.
Saya ingat seminggu kemudian saat masuk sekolah, seorang teman bertanya. "Lo ikut jarah?"
"Jarah?" saya nggak ngerti apa yang dia maksud. Ya, mungkin karena waktu itu masih SD.
"Iya, nyolong makanan di Mall," itu definisi polos teman saya.
"Oh, pernah sih ngambil permen," itu jawab saya dengan begitu bodoh.
Dari apa yang saya lihat dan rasakan sendiri di lingkungan saya. Peristiwa '98 sebenarnya nggak signifikan pada keluarga kami. Atau bisa dibilang, dampak itu berjalan lambat. Memang harga-harga barang naik, tapi tahun-tahun setelahnya harga barang juga terus naik. Semua orang di televisi bicara tentang krisis moneter bla bla bla.. dan jujur saya tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Krisis Ekonomi sesungguhnya, justru baru terjadi dalam keluarga saya di tahun 2001 di mana Ayah dan Ibu saya bercerai. Dan saya amati, peristiwa itu juga terjadi pada teman-teman saya lain 2000an ke atas, hahaha.. Krisis yang tertunda.
blog kamu menarik bgt, sy suka bacanya. pemikiran2 kamu itu menarik, kamu ini penulis novel ya?
ReplyDeleteIya, saya nulis novel.
DeleteCuma masih on going, coz rada ribet nerbitin novel yg gak mainstream / non-romance di Indonesia
Hihihi..
Dinamika Kehidupan, Bahagia dan Pedih silih berganti. semua insan manusia mengalami semua.
ReplyDeleteyg jelas, tragedi Krismon dan 98 adalah ulah konspirasi sekelompok iblis berwujud manusia yg tdk menginginkan negeri ini sehebat Jerman..
Waduh, bisa masuk ranah teori konspirasi nih, hihihi..
Delete