Rogue One, dengan sangat menyesal saya bilang sebagai film Star Wars yang kehilangan unsur magisnya.
Ok, Force Awaken memang mengecewakan, karena untuk tema ledakan yang besar itu, mereka cuma bermain pertempuran dalam skala yang kecil. Dan banyak lagi hal-hal yang kurang greget di sana. Namun Rogue One, lebih parah lagi dari itu. Sebelumnya, saya sungguh terpesona dengan trailernya. Asli keren, di sana saya melihat ada Felicity Jones yang terkenal dari film Theory of Everything dan Donny Yen dari film Ip Man. Ah, ini akan jadi sangat bagus, pikir saya. Tapi ternyata... Ya begitulah.
Keseluruhan film ini sebenarnya bercerita tentang petualangan Jyn Erso, anak dari insinyur pembuat Death Star senjata paling mematikan milik Galatic Empire. Jyn direkrut oleh Rebel Alliance untuk menginfiltrasi markas musuh, mengungkap apa itu Death Star, dan apa kelemahannya. Dia menjadi ujung tombak intelijen dari para pemberontak. Dia harus menemukan informasi penting dan harus bisa menyampaikan informasi itu pada Rebel Alliance. Bagian ini sudah saya ketahui sebelum saya menonton filmnya.
Ok, kita bahas bagian buruknya dulu. Pertama para tokoh-tokoh yang bermain.
Sungguh saya sangat excited saat pertama kali melihat trailer-nya. Felicity Jones, menjadi Jyn Erso si tokoh utama. Wah, ini pasti sangat-sangat seru. Bisa dibilang ini adalah film action level A pertama yang diperankan oleh Felicity Jones. Saya suka Jones, sejak dia main di film sebelumnya. Wanita itu sangat cerdas dan mempesona. Seolah versi SuperSaiya dari Maudy Ayunda, hahaha...
Dan di trailer saya melihat dia berpakaian tempur hitam dengan dua tongkat di punggungnya, seperti seorang Ninja. Saya membayangkan. Wah, pasti ada adegan pertarungan yang keren nih, mungkin Lightsaber, mungkin juga tongkat listrik, tapi ah peduli amat saya berharap ada pertarungan yang keren. Sayangnya, ternyata khayalan saya cuma khayalan. Tidak ada adegan Felicity Jones bertarung dengan pedang, tidak ada Jyn Erso yang seperti Rey di Force Awaken. Huh, agak mengecewakan.
Lalu ada lagi aktor hebat di sini, Donny Yen. Wah, saya sangat antusias. Saya ngefans banget sama dia di IP Man dan film-film kungfu lainnya. Ini pasti keren, pasti brutal. Tapi kembali lagi saya kecewa. Ternyata mereka tidak menggunakan Donny Yen sebagai mana mestinya. Huh, adegan aksinya cuma begitu doang, cuma numpang lewat, dan terlupakan. Sedangkan aktor-aktor yang lain. Entah kenapa, saya nggak merasakan mereka sebagai aktor yang kuat atau memorable. Diego Luna sebagai Cassian Andor, dia tidak terlalu signifikan menurut saya. Hanya prajurit pemberontak biasa, tanpa ada ciri khas. Dan nama-nama yang lain, saya nggak ada yang begitu kenal. Kecuali Mads Mikkelsen, dia bermain bagus di sini sebagai Galen Erso, meski adegan kematiannya cuma begitu doang. Kena ledakan di hanggar dan tewas begitu saja.
Permasalahan plot.
Ini juga sangat dikritisi oleh banyak pengamat film. Plot Rogue One memang sangat tertutup. Bisa dikembangkan jadi sesuatu yang baik, tapi nyaris sangat sulit. Ruang lingkupnya terbatas. Kisah Rogue One seolah menyambung antara Star Wars 2000-an yaitu pasca-Revenge of The Sith dengan Star Wars New Hope. Mereka berkisah tentang orang-orang yang mengorbankan diri demi mendapatkan data rahasia mengenai apa itu Death Star si senjata paling mematikan milik Galatic Empire. Di Star Wars: New Hope diceritakan bahwa ada orang-orang yang mengorbankan jiwanya demi mendapatkan data rahasia itu. Dan disinilah mereka, disajikan dalam film Rogue One, dengan lingkup cerita yang sangat terbatas itu.
Action yang kurang.
Seperti yang saya bahas di atas, adegan actionnya memang kurang. Begini, yang membedakan Star Wars dengan film Sci Fi macam Star Trek, Alien, Lost in Space, dan film-film ruang angkasa lainya adalah Jedi dan Light Saber. Tanpa itu Star Wars bukanlah Star Wars. Itulah yang ingin orang-orang tonton. Itulah budayanya.
Sayangnya di Rogue One, pertarungan Light Saber hanya ada di akhir cerita dimana Darth Vader menebas para pasukan Rebellion. Itu juga tidak bisa disebut pertarungan karena mereka tak bisa mengimbangi Darth Vader, jelas itu pembantaian. Dan juga Jyn Erso dan Donny Yen tidak mendapat porsi yang cukup dalam adegan pertarungan. Beda dengan di Force Awaken dimana kita bisa melihat puncaknya dengan pertarungan Fin dan Rey melawan Kylo Ren. Meski koreo mereka pas-pasan, tapi setidaknya ada itu pertarungan Light Saber.
Rasanya, kembali lagi sutradara dan penulis skenario kurang memaksimalkan kemampuan mereka, para pemain ini. Adegan tempur di Scarif sangat bagus, sayangnya, dengan sangat-sangat disayangkan, tidak ada pertarungan pedang laser di sana. Dan mengingat itu, saya agak kecewa dengan mereka yang kurang maksimal menggunakan Donny Yen sebagai petarung di sana.
Bagian bagusnya.
Saya percaya bahwa ada yang bagus dari sebuah film yang jelek. Bahwa sesungguhnya ada nilai-nilai plus yang mereka sajikan. Ok, Force Awaken secara keseluruhan memang kacrut. Tapi adegan potongan-potongan adegan yang sangat GRANDE dan memorable di sana. Saya selalu ingat dengan Star Killerbase, sebuah planet yang diubah menjadi senjata mematikan, jauh lebih besar dan lebih berhasil daripada Death Star versi Star Wars lama. Saya ingat banget, adegan si Jenderal Hux yang berpidato di hadapan banyak orang, lalu kemudian BOOM! terjadi ledakkan merah. Tadinya di trailer saya pikir itu ledakkan bom nuklir, ternyata bukan, itu serangan laser yang mereka lancar pada New Republic. Betapa spektakulernya. Beginilah harusnya sebuah film Star Wars.
Sayangnya, Star Killerbase yang Grande itu dengan mudahnya dihancurkan oleh beberapa pesawat dengan pertempuran yang saya lihat sangat tidak signifikan. Rasanya sangat aneh dan tidak masuk akal. Mereka seperti membuatnya setengah matang, atau lebih tepatnya terlalu mentah untuk sebuah pertempuran pesawat luar angkasa di puncak film Star Wars.
Bagaimana dengan di Rogue One. Adegan paling memorable di film ini adalah saat Death Star menembakkan laser hijaunya ke kota suci Jade. Tembakkan yang setara dengan ledakkan puluhan bom nuklir yang ditumpuk jadi satu, ledakkan yang membuat tanah membumbung bahkan sampai melampaui stratosphere. Selain itu adegan terbaiknya adalah pertempuran di akhir film, di mana mereka menebakkan laser ke planet Scarif, ledakan maha dasyhat terjadi lagi. Satu lagi tentu yang paling memorable adalah openingnya. Saya suka banget mereka membuat opening yang Grande. Saya ingat banget di Force Awaken, adegan pembuka dengan hamparan padang pasir, lalu suara orkestra yang mengalun. Adegan itu membuat saya merinding, apapun bisa terjadi selanjutnya, apapun cerita yang keren itu dimulai dari gurun pasir dengan sebuah pesawat ruang angkasa sebesar gunung.
Terus apalagi ya? Oh iya, scene kemunculan Darth Vader, scene di planet yang penuh dengan lava panas itu. Bagaimana si Darth Vader muncul dari tabung besar berisi cairan putih. Terus bertemu dengan si Direktur Krennic dengan musik yang dung dung besar. Aura Darth Vader benar-benar kuat di situh, dan satu lagi ya adegan akhir dimana dia membantai para Rebellion.
Ok, rasanya itu aja. Nggak banyak yang bisa saya ingat.
Konklusi
Dari skala 100 untuk film ini saya kasih 61 lah. Banyak hal yang kurang dan perlu dievaluasi, serta ada banyak hal yang harusnya tidak terulang lagi di masa depan. Hal-hal yang membuat penonton boring dan nggak mau nonton lagi film ini. Tapi dari semua yang mediocre itu, mereka berhasil dapat jutaan penonton melalui promo dan marketing yang sensaional. Congratulation for them!
. . .
menurut saya ini film star wars terbaik yg pernah saya tonton walaupun gk ada jedi nya.
ReplyDeleteHmm, openingnya sih keren banget, cuma ya, ke bagian-bagian belakang saya masih lebih pilih Star Wars: Force Awakan. Hihihi.
DeleteAnd cannot wait the new movies this year. The Last Jedi.