Monday, December 29, 2014

Telat Jadi Detektif?


Perenungan saya tentang tahun 2014
By Ftrohx



"Apakah gw telat jadi detektif??" atau lebih tepat "Apakah gw telat untuk menjadi penulis cerita detektif?"

Itulah dua pertanyaan yang berputar di benak gw sejak nonton Marmut Merah Jambu kemarin. Raditya Dika, dia punya pengalaman, dia sudah mendirikan klub detektif sewaktu dia SMA.

Sedangkan gw? kisah apa yang gw punya di SMA?

… …

… …

Maka jadilah semua tentang kehidupan gw selalu terlambat.

Terlambat nonton film di bioskop, terlambat jalan sama cewek cantik, terlambat makam bareng cewek cantik, dan semua daftar panjang terlambat lainnya.

Tapi menurut para orang bijak. "Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik,"

Raymond Chadler saja baru memulai debut menulis novel detektif-nya di usia 40 tahun.

Sesuatu yang sangat telat, tapi ketika dia memulainya dia pantang mundur dan sekarang dia menjadi legenda dalam fiksi detektif dunia dengan karya-nya Noir Detective 'The Big Sleep"
.  .  .


Ok gw nggak ingin bergalau-galau lagi.

Menulis catatan ini, gw mencoba mengingat apa saja fiksi detektif yang sudah gw lalui selama setahun belakangan ini.



Tahun 2014 ini kebanyakan justru gw membaca karya-karya detektif muda Indonesia, seperti serial Detektif Adam Yafrizal karya Fandi Sido dan novel Project X karya anak-anak NDI. Gw suka karya-karya Fandi Sido, di seperti Hercule Poirot-nya Indonesia, keren. Sedangkan anak-anak NDI dengan Project X –nya mereka seperti Detektif Conan versi Indonesia! Hahaha… cukup seru.

Untuk luar, sesekali gw membuka file Sherlock Holmes, itupun kebanyakan justru gw menikmati film-nya terutama Game of Shadows yang diperankan oleh Robert Downey Jr. Gw juga menonton Sherlock versi Benedict Cumberbatch di pertengahan bulan maret.

Setelah itu bulan Mei hingga Juni, gw membaca Secret Agent (1907) karya Joseph Conrad. Salah satu buku legendaris yang menjadi fondasi bagi dunia spionase modern, buku yang pertama kali memperkenalkan dunia tentang Protokol Hantu, jauh sebelum John Le Carre. Oh iya, gw juga menikmati film John le Carre tahun ini, dengan menonton Thinker Tailor Soldier and Spy versi Gary Oldman, sebuah karya yang luar biasa. Sayangnya gw belum sempat nge-review film ini, mungkin nanti di 2015 akan gw tulis reviewnya di blog.

Selain itu gw juga menikmati The Most Wanted Man (2014) film terakhir dari almarhum Phillip Seymour Hoffman, yang ini untuk projek tulisan gw yang masih dalam bentuk draft. Hihihii…

Untuk film mandarin yang gw tonton ada tahun ini Police Story 2013 dan Dragon Wu Xia film-nya Donny Yen.

Police Story memang bagus tapi gw jauh lebih terkesan sama Dragon Wu Xia, film yang menggabungkan antara aksi kungfu dengan cerita detektif. Gw suka dengan Takeshi Kaneshiro yang menjadi detektif seperti Holmes. Visualisasi dari deduksi-nya benar-benar keren dan puncak pertarungannya apalagi. Donny Yen versus Sang Ketua, Mereka membuat jurus kebal menjadi masuk akal dengan teknik Qigong.

Setelah itu bulan Agustus dan September. Gw membaca tiga bukunya Agatha Christie yaitu Orient Express, And Then There Were None, dan The Curtain. Kemudian di lanjutkan bulan Oktober dan November, gw membaca novel Inferno dari Dan Brown, meski cukup mengecewakan. Tapi ada beberapa pelajaran yang bisa diambil.

Sedangkan untuk komik, gw menikmati Bleach yang sudah memasuki babak-babak penting invasi ke Soul Kings Palace. Selain itu gw juga membaca Yugo The Negotiator kasus Philippines Oda. Gw juga membeli komik Psychic Detective Yakumo vol. 10 yang isinya ternyata mengecewakan gw. Dan terakhir gw membeli kumpulan kasus dari Detektif Conan karya Aoyama Gosho. Hanya sekedar kasus-kasus ringan untuk menambah pengetahuan gw.

Oh iya September lalu gw juga membaca After Dark karya Haruki Murakami, kisah tentang sepasang anakmuda yang begadang dan berkeliaran di kota Tokyo untuk memecahkan misteri yang sulit dijelaskan. Hampir lupa September itu gw juga nonton film Walk Among The Tombstone-nya Liam Neeson. Film ini asik, bisa dibilang detektif klasik era 90-an gw suka visualisasinya yang dingin dan kesederhanaan ceritanya, mengingatkan gw dengan Perfect Number-nya Keigo Higashino.

Selain film, komik, dan novel. Gw juga suka baca beberapa artikel detektif dari internet.

Situs favorit gw diantarannya adalah Silent Detective, Indonesian Private, dan Near Sensei.

SilentDetective.blogspot adalah blog yang menyajikan artikel tentang kode-kode detektif, dasar-dasar ilmu kriptografi dan semacamnya. Mereka menyajikan dengan singkat dan sederhana. Sedangkan IPIA atau IndonesianPrivate.com adalah website detektif swasta terkenal di Jakarta. Di website ini gw suka membaca artikel mereka yang disebut  Letter From Detective, sajian artikel ringan tentang tips dan trik bagaimana menjadi seorang investigator di lapangan, juga cerita-cerita sang detektif mengenai suka dukanya menjadi investigator di Jakarta. Lalu near_sensei, Ini adalah akun twitter yang menyajikan tips and trik dunia detektif, mereka juga merupakan semacam group detektif amatir yang cukup advance selain Net Detective Indonesia.

Dan terakhir, gw menutup petualangan gw dengan menonton 'Marmut Merah Jambu' film yang di atas itu. Cerita detektif sekolah tiga sekawan, yang terlalu dudul untuk dibilang sebagai detektif! Hahaha... tapi gw suka film ini, menginspirasi. Mungkin nanti kalau anak laki gw menginjak SMP atau SMA, gw meminta dia untuk mendirikan klub detektif di sekolahnya ! Hahaha...

.  .  .

Saturday, December 27, 2014

Saint Seiya (2014)

Legend of Sanctuary
Review by Ftrohx


Lagi-lagi untuk ke sekian kalinya, sebuah trailer di youtube berhasil menipu gw.

Trailer-nya benar-benar keren dan Saint Seiya memang sangat legendaris. Selain Dragon Ball dan Ninja Bayangan Merah, Saint Seiya adalah Raja-nya anime di Indonesia era-90'an. Serial ini bukan hanya hebat secara komersil, tapi juga menginspirasi banyak orang untuk menciptakan anime serupa, pertarungan antara manusia dengan para Dewa. Terutama Tite Kubo yang membuat Gotei 13 di komik Bleach karena terinspirasi oleh 12 Gold Saint pelindung Athena. Bahkan karakter antagonisnya yaitu Aizen Sosuke sangat terrinspirasi dari Saint Gemini yang merupakan karakter penjahat bermuka dua.



Melihat sejarah panjang Saint Seiya, gw sangat berharap ini menjadi film yang Grande, apalagi dengan Arsitektur Sanctuary yang luar biasa itu. Nggak kalah dari dunia di serial Final Fantasy. Dan sebelumnya gw juga sudah nonton adaptasi dari anime Rurouni Kenshin yang memang keren. Gw berharap Saint Seiya juga keren apalagi di gembar-gemborkan banyak orang di social media.

Maka gw pun memutuskan untuk nonton.

Pertunjukan dimulai, ada tiga orang yang melintasi luar angkasa tanpa pesawat. Mereka terbang melesat seperti komet, melewati bintang-bintang, awan putih, dan istana yang mengambang. Mereka membuat cerita para Dewa, dan para Gold Saint adalah para pengawalnya. Gw ngerti mereka ingin membuat ini menjadi jauh lebih Grande daripada Thor dan dunia Asgard di Marvel Hollywood.

Lebih dari itu orang-orang Jepang ini ingin menunjukan bahwa jubah Ironman itu sudah kuno. Jubah Pegasus itu baru keren.

Gw suka cara Seiya mengenakan jubahnya.

Dia melempar pin dari kalungnya, lalu pin itu membuka semacam portal gaib, dari portail gaib itu keluar peti, dan peti tersebut bertransformasi seperti Autobot di Transformers menjadi bentuk kuda Pegasus, lalu Pegasus merah metalik itu meledak dan pecahannya membungkus tubuh Seiya yang sedang berada di udara.

Tentang karakter Seiya sendiri juga tidak ada yang istimewa, standar protagonis dari Shounen Jump, yaitu anak muda usia SMA yang punya semangat pantang menyerah dan tenaga dalam super yang selalu bangkit tiap kali dia dijatuhkan oleh lawannya. Begitupula dengan teman-temannya, Diamond Dust Cygnus, Shiryu si Naga Hijau, dan Shun si rantai Andromeda (hanya saja di sini karakter Shun yang merupakan laki-laki yang berkostum seperti perempuan.) Kemudian tentang Nona Saori yang jadi reinkarnasi Athena, di sini dia adalah gadis muda kaya yang belum genap 16 tahun. Beda dengan versi anime di mana Athena sudah jauh lebih dewasa dan tahu apa yang dia lakukan. Di sini Nona Saori begitu polos dan tidak punya wibawa sebagai seorang Dewi. Saori hanya seorang gadis biasa yang secara kebetulan terjebak dalam situasi yang luar biasa. Banyak yang mengincar nyawa Saori, termasuk Gold Saint Leo yang tak dapat dihentikan.

Gw suka dengan karakter Aiolia Leo.

Beda dengan versi anime di mana Leo punya pukulan penghancur ombak, di sini Leo menggunakan jurus tinju petir. Pukulan yang untuk versi anime dimiliki oleh Saint Gemini. Dan adaptasi jurus tinju petir di versi CGI ini benar-benar keren menurut gw. Gold Saint Leo membantai seluruh tim Seiya, tapi dari situ dia menemukan Saori yang bangkit dengan kekuatan Cosmo-nya. Cosmo yang hanya dimiliki oleh mereka yang merupakan reinkarnasi dari para Dewa. Dari situ, Leo Ailius kembali ke Sanctuary, menyatakan bahwa Saori memang Athena yang asli. Namun sang penguasa di sana Pope of Sanctuary, justru menyerang Leo dan mengubah pikirannya dengan kekuatan kegelapan.

Ceritanya sederhana, Saint Seiya dan kawan-kawan pergi ke Sanctuary, mereka berniat menembus ke istana Pope Sanctuary dan mengalahkannya. Kemudian merestorasi Saori Kudo sebagai Dewi Athena yang sebenarnya. Simple, tapi film ini dibuat lebih simple lagi. Terlalu pendek malah.

Beberapa pertarungan berlangsung, sangat cepat hingga nggak bisa disebut duel. Mungkin mereka mengejar durasi waktu yang hanya 90menit putaran film. Harusnya sih bisa di kompres ke full pertarungan namun mereka tidak melakukannya.

Langsung saja, mereka pergi Sanctuary.

Tempat ini seperti Negeri Langit, Negeri yang berada di planet lain namun terhubung secara parallel dengan dimensi Bumi. Sanctuary benar-benar Grande, sebuah kota modern dengan istana raksasa mengambang di pusatnya. Istana raksasa tersebut di keliling oleh istana-istana lain. Ada 12 istana yang mengelilinginya yang disebut dengan kuil 12 Zodiac, yang merupakan pos pertahanan dari 12 Gold Saint.

Gw paham, kenapa cerita mereka terlalu singkat, karena orang-orang dibalik layar ini lebih memfokuskan energi mereka untuk membangun visual dari Sanctuary dan desain para Saint daripada plot pertarungan Seiya-nya sendiri.

Tentang pertarungan, rasanya gw nggak ingin membahasnya di sini karena kebanyakan mengecewakan.

Berhadapan dengan Aries dan Taurus, itu tidak bisa disebut pertarungan karena begitu singkat. Sedangkan pertarungan antara Shiryu dan Gold Saint Cancer. Cancer tidak punya kekuatan apa-apa selain mengirim orang ke dimensi lain. Begitupula dengan Gold Saint Aquarius, visual dari kuil Aquarius memang sangat keren, tapi hanya dengan dua kali Diamond Dust pertarungan pun selesai. Itu juga seolah tanpa drama untuk Saint Cygnus.

Pertarungan terbaik menurut gw hanya saat Seiya bertarung dengan Gold Saint Leo, Meteor Pegasus versus Lightning Prisma. Dramanya dapet dan visualnya juga dapet, sayangnya pertarungan itu terlalu singkat juga.
.  .  .


Sebelum ke klimaks cerita gw ingin membahas sedikit tentang kostum dari para Saint.

Bicara tentang kostum, para Saint ini memiliki kostum yang nggak pernah gw bayangkan sebelumnya. Kostum para Saint bukan hanya memiliki helm pelindung, tapi juga topeng. Bentuk mereka jadi seperti Ninja Slider (musuh utamanya Kura-Kura Ninja)Bahkan kostum Gold Saint Aquarius justru mengingatkan gw dengan karakter Sub-Zero dari Mortal Combat. Sedangkan Gold Saint Capricorn mirip dengan kostumnya Loki di Thor Avengers. Lalu Gold Saint Scorpio mirip dengan pasukan Predator di AVP, hanya saja dibuat lebih ramping.

Para Saint pelindung Athena sendiri memiliki kostum yang eksentrik.

Gw suka kostum Pegasus dengan garis merahnya yang menyala ketika dia menggunakan Cosmo, seperti di film Tron Legacy.

Begitupula dengan Shiryu, Cygnus, dan Andromeda. Oh iya hanya Andromeda Shun yang kostum-nya paling mirip dengan yang versi original anime-nya, hanya saja ditambah dengan topeng pelindung. Sedangkan Ikki Phoenix dia mirip dengan gabungan antara Alien versus Predator dengan Tron Legacy, pencahayaan di kostumnya benar-benar mirip dengan Tron.

Lalu Gold Saint Sagitarius dengan sayap malaikatnya dan Gold Saint Gemini dengan mahkota ganda-nya nggak jauh beda dari yang versi original.
.  .  .


Dan pertarungan klimaks terjadi begitu saja setelah para Saint sampai di kuil Sagitarius.

Mereka menemukan prasasti emas yang ditinggalkan oleh Aiolos, prasasti yang menyatakan bahwa Saori adalah Athena yang sebenarnya, bahwa Pope Sanctuary adalah penjahat yang sesungguhnya.

Semua berlangsung cepat dengan banyak ledakan.

Pope Sanctuary mengamuk dan men-summon patung Anubis Raksasa untuk menghancurkan istana para Gold Saint. Sedangkan dia sendiri Pope sendiri mengeluarkan jurus bola api raksasa seperti yang dilakukan monster iblis Buu untuk membantai umat manusia. Dia membakar permukaan Sanctuary dengan begitu mudahnya.

Lalu topeng Pope pun terbuka dan muncul lah Gemini no Saga.

Sang Gemini, menurut gw dan beberapa teman-teman justru mirip dengan Sephiroth yang dikawinkan dengan Madara Uchiha, iya stereotype karakter super antagonis di weekly shounen jump.

Di saat Gemini nyaris mengeksekusi Saori, tiba-tiba cahaya merah meluncur dan menghajarnya. Dialah Saint Seiya yang bangkit kembali. Terjadilah duel tonjok-tonjokan, walaupun Cuma 3 menit tapi ini adalah duel paling lama yang terjadi di film ini. 

Seiya pun digulung oleh Gemini dengan jurus pamungkasnya yaitu Galaxy Explosion, tapi kekuatan dari dalam jiwa Seiya bangkit, dia mengeluarkan pukulan di level yang berbeda yang disebut Seven Sense atau Indra ketujuh, dan berhasil mengalahkan Gemini no Saga.

Tapi itu bukan akhir, Gemini bangkit dengan menyatuhkan dirinya dengan puing-puing istana Sanctuary.Dia berubah menjadi monster batu raksasa dengan wujud Anubis dicampur dengan Chimera.

Langit negeri Sanctuary berubah gelap seolah dihisap oleh Lubang Hitam Gargantua. Dan monster raksasa tersebut menghancurkan segala yang ada di hadapannya dengan ledakan cahaya.

Mereka nyaris melenyapkan Athena dan para Saintnya.

Namun Seiya bangkit dengan cahaya merahnya dan menghajar si monster Raksasa. Secara ajaib jubah emas Sagitarius menyatuh dengan tubuh Seiya. Dia pun menjadi Pegasus emas dengan sayap-sayap Kristal.

Seiya menyelamatkan Saori Athena, membawanya terbang dan bertarung dengan Sang Monster Raksasa. Mereka meluncurkan panah emas dan menghancurkan Gemini no Saga. Pertarungan berakhir dengan ledakan yang membelah langit, dan semua kembali menjadi cerah. Film pun berakhir tidak sampai 90 menit.
.  .  .


Kesimpulan tidak ada yang istimewa dari film ini kecuali visualisasi dari negeri di atas langit yaitu Sanctuary. Selebihnya yang ada hanya pertarungan biasa yang berakhir kurang dari satu menit.
Penilaian gw untuk film ini 71 skala 100

Tuesday, December 16, 2014

Bleach dan Plot Twist


By Ftrohx


Bagaimana ketika lo menonton Dragon Ball dan tiba-tiba lo mendapatkan sebuah ide. "Seandainya Dragon Ball dibuat tanpa Bola Naga?"

Ide tentang pertarungan-pertarungan Son Goku melawan monster-monster seperti Freezer, Cell, Iblis Buu, dan lain sebagainya itu sudah cukup bagus. Dan Bola Naga sudah tidak berfungsi di sana, malah lebih bagus jika dihilangkan jadi lebih bersih.

Terus lo melihat cerita Son Goku yang pergi ke akhirat dan bertemu Kaiyoshin atau Soul Emperor. Son Goku si manusia paling sakti se-jagat raya benar-benar beruntung dilatih oleh seorang Dewa.

Lo berpikir bahwa lo bisa juga mengembangkan cerita seperti ini.

Terdapat pertarungan demi pertarungan serta kekuatan sang tokoh utama berhubungan dengan dunia supranatural. Tapi ketika lo lihat sekeliling di zaman lo, "Oh ternyata sudah ada yang seperti ini, ada Yuyu Hakusho, Flame of Recca, serta Samurai Deeper Kyo."

Lo mesti buat sesuatu yang beda. Gw suka musik rock, tapi gw juga cerita Samurai. Jagoan kita mesti punya Katana, dia adalah gabungan dari Son Goku, Hanamichi Sakuragi, dan Kenshi Himura. Dia juga harus punya style anak muda.



Ok, gw dapat namanya, dia adalah Ichigo Kurosaki.

Dan serial Bleach adalah kisah petualangan panjangnya.

Jika dilihat secara luas, Bleach mirip dengan Dragon Ball muncul musuh baru dan musuh baru yang jauh lebih kuat. Tapi bedanya Bleach nggak pakai basa-basi ala Dragon Ball, dia nggak pakai cerita Son Goku mati lalu berlatih bersama Dewa, dia tidak pakai itu.

Dia langsung membawa garis merah sejak awal. Dia membuat sang karakter protagonis sebagai Shinigami (Dewa kematian) sejak bab pertama.

Tugas Ichigo sebagai subtitude Shinigami aalah menjaga bumi dari roh-roh jahat yang mengganggu atau yang disebut dengan Hollow, dan makin lama para Hollow ini semakin kuat sampai-sampai bisa menghancurkan gedung bahkan gunung.

Membaca Bleach dari awal sampai beberapa chapter terakhir, gw melihat bahwa sang penulis Tite Kubo adalah orang yang sistematis.

Dia tahu dimana dan harus bagaimana menempatkan karakter, dia punya banyak ide-ide kreatif dengan karakternya, dia menciptakan jurus-jurus keren dengan penamaan yang keren.

Untuk para shinigami, dia menggunakan bahasa Jepang untuk setiap jurus-jurus mereka. Sedangkan untuk para Hollow dan Arrancar dia menggunakan bahasa Spanyol untuk jurus-jurusnya, lalu untuk bangsa Quincy dia menggunakan bahasa Jerman, sedangkan untuk penamaan judul tiap bab-nya dia menggunakan bahasa Inggirs. Ini orang benar-benar sinting, dia ingin segalanya benar-benar terlihat sempurna.

Gw nggak pernah nemuin penulis komik semacam ini sewaktu gw kecil.
.  .  .

Ok, sebenarnya gw sudah merasa aneh dengan Bleach sejak chapter-chapter awal.

Kok dunia setelah kematian begini? Kok nggak ada Dewa-nya? Kok yang jaga cuma pasukan Shinigami yang dipimpin oleh Genryusai? Terus kenapa hukum di Soul Society dilakukan oleh pengadilan dewan? Kenapa tidak ada penguasa atau Raja di Soul Society? Yang ada hanya pasukan pelindung Gotei 13.

Dan gw mendapati nama Soul Emperor justru di akhir pertarungan dari Aizen, sebelum dia disegel dia berkata. "Urahara kenapa elo bekerjasama dengan Soul Emperor? Kenapa orang sehebat elo tidak melakukan semuanya sendiri?"

Nah, di situ gw baru ngeh kalau ada yang namanya Soul Emperor.

Sebelumnya, Aizen juga menyatakan hal yang hampir sama. Dia ingin mengorbankan seluruh warga Karakura Town untuk menciptakan kunci menuju istana Soul Emperor. Namun sebelum semua itu dilakukan, Aizen telah kalah oleh Ichigo dan kawan-kawan.

Nah di sinilah kelebihan Tite Kubo, dia memiliki kekuatan untuk membuat penundaan, untuk menahan misteri selama mungkin.

Kita benar-benar nggak punya bayangan atas apa itu Kings Key atau Kunci Langit, kita nggak punya bayangan tentang Zero Division, apalagi Soul Emperor.

Beda dengan Naruto, apa yang akan terjadi semua sudah dikasih petunjuk demi petunjuk. Misteri Pain Akatsuki, misteri siapa dibalik topeng Tobi, terus tentang Madara Uchiha, dan Rikkudo Sennin. Semua bisa dibayangkan karena memang ada petunjuk-petunjuk kecil. Para pembaca bisa berimajinasi, membuat hipotesis ataupun spoilernya sendiri yang bisa mendekati fakta.

Namun untuk Bleach nyaris tidak ada petunjuk sama sekali, terutama tentang Soul Emperor.

Kita hanya bisa menggunakan data-data masalalu dari eksternal yaitu komik yang sejenis dengannya. Membandingkannya dengan Saint Seiya, Dragon Ball, Yuyu Hakusho, Flame of Recca, dan sebagainya. Hanya data-data itu saja yang dapat kita gunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.
.  .  .

Bicara tentang plot twist,

Gw suka dengan cara Tite Kubo menghadirkan plot twist bagi para karakter antagonisnya.

Terutama tiga penjahat paling berbahaya yaitu Aizen Sosuke, Ginjo Kuugo, dan Juha Bach. Mereka muncul dengan cara-cara yang luarbiasa, nyaris tidak terduga sama gw. Atau istilah kerennya, Kubo-sensei menggunakan teknik anagnorisis yaitu teknik plot twist dimana karakter yang kelihatannya baik dan dekat dengan protagonis, tiba-tiba di klimaks atau akhir cerita mengungkapkan jati dirinya sebagai penjahat yang sebenarnya. 

Anagnorisis berlaku untuk tiga karakter penjahat utama ini.



Ok, pertama dimulai dari Aizen Sosuke, dia adalah salah satu kapten Shinigami.

Dia adalah orang baik yang punya banyak sahabat. Dia punya wakil yaitu cewek polos bernama Hinamori yang diam-diam begitu mencintainya. Lalu suatu ketika saat Ichigo pertama kali menyentuhkan kaki di Soul Society, secara tiba-tiba Aizen tewas terbunuh di markasnya sendiri.

Semua orang menyaksikan jasad Aizen yang menjadi korban pembunuhan, semua orang percaya akan hal itu, termasuk saya sendiri.

Lalu cerita mengalir seperti novel detektif. Para kapten shinigami saling curiga satu sama lain, kemudian ada pula beberapa karakter yang diarahkan sang penulis menjadi red herrings.

Di sinilah kelebihan Kubo sensei dalam menciptakan plot, kemampuannya membuat lubang dalam cerita kemudian membuat menjadi bahan pertanyaan para pembaca.

Kami pun bertanya-tanya siapa pelaku pembunuhannya, terus ada dua karakter yang sangat mencurigakan yaitu GIn Ichimaru dan Kaname si pedang buta. Gw sempat berpikir pasti GIn Ichimaru pelakunya, atau mungkin ada orang di belakang GIn, yang terpikirkan oleh gw adalah Kyoraku.

Kemudian di saat-saat menuju klimaks yaitu eksekusi Rukia, tiba-tiba semuanya diungkap bahwa Aizen ternyata masih hidup, bahwa sesungguhnya Aizen merencanakan konspirasi untuk memecahkan belah para kapten Gotei 13 untuk saling membunuh.

Damn, sang penjahat yang mengatur kejahatan justru orang yang selama ini berpura-pura mati menjadi korban. Trik plot twist kayak begini, mengingatkan gw dengan kasus Norwood di Return of Sherlock Holmes.

Skenarionya bagus, sayangnya eksekusinya tidak sesuai rencana, sehingga Aizen memutuskan kabur ke Hueco Mundo. Plot selanjutnya memang rada kekanak-kanakan sampai Aizen dikalahkan oleh Ichigo. Tapi kembali gw suka plot mereka saat pertama kali masuk ke Soul Society, plot Aizen yang memalsukan sendiri kematiannya dengan membuat ilusi pada para kapten Gotei 13 yang berkumpul di markasnya.



Setelah Aizen, plot ala detektif ini berlanjut di kisah Fullbring, jaraknya cukup lama dan kronik Soul Society.

Ichigo Kurosaki yang kehilangan kekuatan bertemu dengan pria misterius bernama Ginjo Kuugo.

Karakter baru ini adalah seorang Fullbring yaitu orang yang sejak lahir memiliki kekuatan supranatural untuk mengendalikan reishi.

Jika di kisah Aizen, red herrings nya adalah Gin Ichimaru, maka di cerita Ginjo red herrings nya adalah Tsukishima.

Harusnya gw tahu pola ini lebih dahulu, pola yang versi sama dengan kasus Aizen saat di Soul Society. Bahwa orang yang paling dicurigai sebagai penjahat hanyalah kaki tangan dari penjahat yang sebenarnya. Lalu penjahat sebenarnya justru adalah orang yang selama ini dikenal baik dan dekat dengan sang protagonis.

Di kasus sebelumnya, Aizen si orang yang baik, dia dekat dengan para kapten yang lain, dan dia punya wakil yang begitu mencintainya yaitu Hinamori. Sedangkan di kasus Ginjo, dia menjadi mentor bagi Ichigo untuk memperoleh kekuatannya kembali, seseorang yang dihormati oleh Ichigo, seseorang yang dia percaya sama halnya dia percaya dengan Urahara Kisuke ataupun Ayahnya. Tapi kemudian dibalik itu ternyata Ginjo punya rencana lain yaitu menghancurkan Soul Society dengan kekuatan yang dia ekstrak dari tubuh Ichigo.

Selain itu Ginjo mengungkap fakta bahwa sebenarnya dia bukanlah orang jahat, justru Soul Society dan Gotei 13 lah para penjahatnya mereka mengendalikan manusia, mereka mengawasi manusia dan segala potensinya termasuk memberikan medali yang justru merupakan alat pelacak untuk mengawasi para Shinigami. Beda dengan kasus Aizen, di sini Ichigo harus membuat pilihan yang jauh lebih sulit. Ikut bersama Ginjo menghancurkan Soul Society atau bertarung melawannya. Dan meskipun mengetahui fakta-fakta itu Ichigo justru memilih mengalahkan Ginjo daripada menghancurkan Soul Society. Dia tahu itu bukan pilihan yang benar, tapi itu pilihan terbaik untuk melindungi orang-orang yang dia cintai.

Gw suka plot twistnya, sesuatu yang selama ini dianggap sebagai kebenaran ternyata hanya sebuah kebohongan, sebuah masalah ditutupi untuk alasan melindungi orang banyak. Iya, hal-hal semacam itu.



Lalu babak final pun dimulai dengan munculnya musuh terakhir, sang Quincy pertama yaitu Juha Bach.

Sama seperti dua penjahat di atas, Juha Bach juga merupakan produk dari anagnorisis.

Cerita sebenarnya sudah dimulai lama, di chapter-chapter awal.

Saat Uryuu Ishida bilang bahwa dia adalah Quincy terakhir, lalu Urahara Kisuke bercerita bahwa dahulu kala terjadi perang antara Shinigami dan Quincy.

Perang terjadi dengan alasan untuk menciptakan keseimbangan antara dunia manusia dengan dunia arwah. Karena secara teori ketika Quincy menyerang hollow dengan panahnya, maka dia menghancurkan selalu jiwa dari hollow tersebut. Sehingga jiwa asli dari manusia yang menjadi hollow ikut hilang dan merusak keseimbangan antara dunia orang hidup dan dunia orang mati. Karena itulah para Shinigami membantai para manusia yang memiliki kekuatan Quincy.

Kemudian setelah berratus tahun lamanya, Quincy terdiam dalam kegelapan akhir mereka melakukan balas dendam terhadap Shinigami. Bukan hanya Soul Society dan Gotei 13 yang menjadi sasaran tapi juga Soul Palace.

Kemudian, saat Ichigo Kurosaki bertatapan langsung dengan Juha Bach, dia melihat seolah sosok yang sudah lama dia kenal. Gw sebagai pembaca Bleach juga merasakan hal yang sama. Secara fisik dan penampilan Juha Bach mirip dengan Zangetsu yaitu jiwa pedang milik Ichigo. Jiwa pedang yang selama ini menolong Ichigo dalam keadaan-keadaan paling kritis.

Dan benar saja, saat penempaan kembali pedang Ichigo yang patah, Zangetsu si lelaki tua berjubah hitam yang selama ini muncul di alam bawah sadar Ichigo mengaku sebagai wujud Juha Bach seribu tahun yang lalu. Semuanya pun menjadi jelas, bahwa Ichigo memiliki darah campuran Shinigami dan Quincy, dan lelaki tua itu adalah penampakan jiwa Quincy Juha Bach yang berada di dalam darah Ichigo.

Selama si lelaki tua berjubah hitam itu justru menekan kekuatan asli Zangetsu yang dimiliki Ichigo yaitu si Hollow putih.
.  .  .


Bukan cuma plot twist dengan teknik anagnorisis aja yang gw suka dari Bleach.

Cara Tite Kubo, menyimpan dan mengembangkan cerita juga menurut gw cukup keren. Memang ada beberapa hal yang agak maksa seperti membuat Ichigo punya darah Quincy, tapi nggak ada cara lain selain melakukan itu untuk membuat hubungan antara Zangetsu yang selama ini berada di dalam tubuh Ichigo dengan Juha Bach.

Menyimpan dan mengembangkan cerita, gw pengen banget bisa seperti Kubo-sensei.

Dia begitu kuat menjaga jalan cerita dan rahasia-rahasianya, terutama sebuah misteri yang dari chapter-chapter awal sampai sekarang (yang sudah mencapai chapter enam ratusan) masih belum terbongkar yaitu misteri tentang Soul Emperor.

Soul Emperor adalah penguasa di atas Soul Society, dia yang mengatur segalanya, dia bersemayam di langit yang berlapis-lapis.

Dia tak tersentuh bahkan bayangannya sekalipun tidak pernah terlihat di Bleach sampai perang besar Quincy kemarin. Dia adalah rumor yang dibicarakan oleh banyak orang, dia adalah nama yang terakhir kali disebut sebelum Aizen disegel oleh Kidou-nya Urahara Kisuke. Dia adalah apa yang berada dibalik Ouken (kunci langit) Dan bahkan para pengawalnya pun setara dengan Genryusai komandan dari Gotei 13

Ini adalah cerita yang grande tentunya, gw tahu dia ingin membuat sesuatu yang lebih spektakuler daripada serial-serial Shounen Jump yang sudah tamat sebelumnya.

Aaaaaaaaa... gw pengen banget seperti Kubo-sensei, sayangnya kelebihan dia adalah kelemahan terbesar gw, gw nggak bisa lama-lama menahan rahasia. Gw suka nggak tahan dan ingin segera mengeluarkannya.

Ok, kembali lagi bicara tentang Soul Emperor.

Sampai saat ini gw belum punya satu pun petunjuk seperti apa Soul Emperor. Berbeda dengan misteri Shounen Jump lain, seperti Tobi adalah Obito yang bisa gw pecahkan karena banyak petunjuk. Soul Emperor gw benar-benar blank. Mungkin ada beberapa petunjuk dari Zero Division ataupun Urahara Kisuke, namun sampai sekarang gw belum bisa mengolahnya menjadi hipotesis.

.  .  .

Ilustrasi, sumber bleach wikia.com

Tuesday, December 9, 2014

15 Pertanyaan Tentang Crime Thriller dan Fiksi Detektif

By Ftrohx


Di bawah ini ada beberapa pertanyaan mengenai dunia crime thriller dan fiksi detektif, anda bisa memilih dan menuliskan alasannya.


1. Tokoh utama, pihak berwenang/pemerintahan atau detektif swasta?

Detektif swasta, mereka keren, mereka enterprenuer.

Dan siapa yang gak mau jadi enterprenuer, punya usaha sendiri, tidak ada tuntutan dari atasan, dan bisa melakukan hal-hal ajaib dengan begitu bebas.


2. Pilih kasus dengan teori konspirasi yang grande atau kasus pembunuhan sederhana?

Gw rada kecewa dengan buku Inferno-nya Dan Brown yang kemarin itu. Teori-nya memang bagus, tapi eksekusinya kacrut maksa.

Yah, belakangan ini gw lebih suka kasus pembunuhan yang sederhana. Motif cinta juga gak apapa, asal kayak Perfect Number-nya Om Keigo Higashino. Kasus pembunuhan yang sederhana namun dengan eksekusi yang brilliant. 


3. Kasus tunggal atau pembunuhan berantai?

Tentu saja, pembunuhan berantai.

Beberapa buku dengan kasus pembunuhan tunggal ntuh membuat gw boring, termasuk Cuckoo's Calling yang kemarin itu. Mereka selalu bertele-tele, mereka menuliskan apa yang tidak perlu, mewawancari para saksi satu per satu, tumpukan informasi yang tidak penting, kenapa gak langsung aja masuk deduksi.

Dan jujur, gw lebih suka Metropolis Sindikat 12 daripada Cuckoo's Calling, secara keseluruhan kasus Metropolis itu lebih asik daripada kasus kematian seorang model catwalk.


4. Pelaku tunggal atau kejahatan dengan berkomplot (gangster)?

Gw lebih suka pelaku tunggal, mereka cool mereka keren mereka mengerjakan hal yang orang lain tidak bisa lakukan.

Karena itu gw suka karakter seperti Mal'akh di Lost Symbol dan Beyond Birthday di LA BB Murder.


5. Apa motif pembunuhannya? Uang, kekuasaan, balas dendam, atau masalah cinta?

Seperti Aoyama Gosho, gw lebih suka pembunuhan karena masalah personal balas dendam, baik itu sakit hati karena kematian orang terdekat atau karena masalah cinta yang ditolak.


6. Pembunuhan di tempat umum/ruang terbuka atau pilih misteri kematian dalam ruang tertutup?

Aslinya gw adalah penggemar aksi laga, baru belakangan ini aja gw menikmati dunia fiksi detektif.

Pembunuhan di tempat umum itu keren terutama jika masuk ke genre action, sedangkan pembunuhan ruang tertutup, ini hal yang wajib dipelajari bagi penulis novel detektif.

Tapi untuk saat ini gw pilihan gw ke misteri ruang tertutup.


7. Tentang misteri ruang tertutup, menggunakan trik mekanik atau trik psikologis?

Gw nggak terlalu suka trik mekanik, agak susah dipraktekkan dan dijabarkan dengan tulisan, plus gw juga nggak bisa gambar.

Jadi pilihan gw adalah trik psikologi ruang tertutup.


8. Bagaimana cara korban terbunuh? Yang mana yang jadi favorit anda; tewas diracun, pukulan benda tumpul, benda tajam, atau ditembak dari jarak jauh, dan sebagainya?

Dari dulu, entah kenapa gw nggak suka kasus pembunuhan dengan racun. Rasanya kurang fair aja, racun rasanya bukan untuk gw. Sedangkan pistol, gw suka kasus Empty House-nya Sherlock Holmes.

Namun yang jadi favorit gw adalah kasus pembunuhan dengan benda tajam, mungkin karena gw nge-fans dengan Kenshi Himura ! Hahaha...


9. Tentang sang detektif, apakah dia punya keahlian khusus (batasan) atau bisa segalanya?

Gw suka detektif yang punya keahlian khusus, terutama detektif yang fokus pada satu bidang seperti Dr. Carl Lightman dan Detektif Galileo.

Mereka fokus pada bidangnya dan itu jauh lebih menyentuh pembaca daripada Superhero seperti Sherlock Holmes.


10. Tentang sang detektif, pilih asisten cewek atau cowok?

Gw lebih prefer cewek sih untuk jadi asisten, apalagi cewek cantik! Hahaha...


11. Tentang pelaku; pilih penjahat dengan karakter psikopat murni (era 90'an) atau karakter anti-hero (era 2000'an)?

Sebenarnya gw suka karakter anti-hero kayak Light Yagami, sayangnya setelah Death Note banyak orang yang menirunya, karakter penjahat anti-hero dan sampai thn 2010'an karakter seperti ini sudah jadi mainstream.

Dan rasanya gw pengen balik ke era 80'an - 90'an dengan penjahat yang murni psikopat, yang membunuh bukan karena prinsip atau filosofi, melainkan karena membunuh dan memakan orang memang kesenangannya.


12. Tentang pelaku; meninggalkan jejak simbol (gambar, dsb.) atau kode cipher (permainan sandi mengacak huruf dan angka)?

Gw lebih suka teka-teki simbol (gambar, dsb.) daripada kode cipher,

Teka-teki simbol itu asik, biasanya satu gambar satu kode bisa punya banyak arti, banyak makna, dan sang detektif mesti menemukan makna yang benar dari simbol tersebut.

Sedangkan teka-teki kode cipher (mengacak huruf dan angka) sampai sekarang gw masih belum mengerti ilmu kriptografi begituan! wkwkwkk...


13. Untuk kasus non-pembunuhan, lebih suka pencurian berlian atau kasus penipuan korporasi?

Gw lebih suka kasus penipuan korporasi, apalagi kalau filmnya dibuat kayak Wolf of the wallstreet atau Social Network.


14. Tentang klimaks, apakah perlu flashback atau tanpa flashback? Apakah berada dalam kondisi ekstrem di tempat ekstrem atau di rumah biasa?

Ciri khas dari fiksi detektif adalah klimaks dengan flashback, tapi gw lebih suka flashback seminim mungkin.

Gw juga lebih pilih pemecahan kasus dalam kondisi ekstrem di tempat yang ekstrem seperti di cerita Sherlock Holmes, Final Problem dimana sang detektif bertemu langsung dengan sang penjahat di air terjun raksasa. Itu benar-benar klimaks yang keren.


15. Kasus berakhir dengan sang penjahat mati, ditangkap polisi, atau cliff hanger?

Gw lebih suka ending dengan sang penjahat tewas, terutama ending-nya Death Note versi anime, ntuh termasuk brilliant buat gw.

.  .  .