Monday, June 15, 2015

Terlalu banyak sociopath

by Ftrohx


Dulu jaman 90an dan awal 2000an, orang-orang heboh dengan istilah psikopat. Istilah yang ditujukan tuk orang-orang yang punya kelainan jiwa, dimana mereka memendam begitu banyak dendam dan kemarahan sendiri, kemudian meledakkannya pada waktu-waktu yang tak dapat diprediksi.

Psikopat, mereka selalu bilang, orang itu menyendiri, jarang bergaul, dia lebih banyak di kamar, karena itu dia melakukan hal-hal yang orang lain tidak lakukan.

Para psikopat ini, mereka terobsesi akan sesuatu, dan ketika mereka sudah menempatkan sebuah obsesi, maka bagaimana pun caranya, obsesi itu akan mereka kejar. Misalkan si psikopat suka atau jatuh cinta pada cewek tertentu, maka dia akan mengejar itu cewek habis-habisan. dan kadang melibatkan tindak kekerasan.

Tapi, itu hanya psikopat, mereka memang berbahaya karena tindakan yang sulit diprediksi, dan obsesi yang terlalu berlebihan akan sesuatu. Namun yang jauh lebih berbahaya menurut gw adalah sociopath.

Sociopath, orang-orang hidup seperti orang biasa pada umumnya, mereka berbaur dengan masyarakat, akrab dengan lingkungan, murah tersenyum, mudah menyapa, mereka melakukan hal-hal layak orang Indonesia yang teladan, peduli terhadap sesama, melakukan hal-hal baik, meski terkadang ikutan menggosip dengan ibu-ibu atau tetangga sebelah, tapi mereka tetap terlihat seperti orang baik. Mereka butuh itu tentu saja, untuk menyokong eksistensi mereka, karena mereka adalah Sociopath, seperti nama mereka sendiri 'Socio' mereka makhluk sosial.

Tapi justru dibalik cat putih dari tembok rumah mereka, sesungguhnya mereka adalah makhluk paling bangsat yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Seperti halnya psikopat, sociopat juga tidak memiliki rasa bersalah atas tindakan-tindakan kekerasan yang dia lakukan, kekejaman dan kesadisan ada candu bagi mereka, seperti nikotin atau kafein bagi orang normal, mereka harus melakukan tindak kekerasan, dan tindak kekerasan itu baik bagi mereka, karena mereka menikmatinya.

Mereka tidak bisa keluar rumah sebelum menyiksa korban mereka, dalam hal ini adalah anak-anak kecil yang lemah. Kasus ini bukan terjadi sekali, tapi sudah berkali-kali terus dan terus terekspose media. Sayangnya, terlalu banyak berita serupa membuat kita mudah untuk lupa.

Sebenarnya gw ingin buat judulnya "Keluarga Bangsat"

Ok, kita semua tahu bahwa kasus pembunuhan Angeline di Bali itu membuat kita semua geram. Tapi satu hal yang harus kita sadari bahwa kasus Angeline hanya satu dari ribuan kasus kekerasaan dan pembunuhan pada anak yang terjadi di Indonesia.

Sebenarnya nggak usah jauh-jauh ke Bali dan Angeline, di Jakarta sendiri banyak kasus yang seperti itu. Banyak orang gila namun merasa dirinya seolah waras.

Sebelum kasus Angeline, kita mendengar kasus yayasan piatu asuhan S. dimana pengelolanya justru menjadi anak-anak itu sebagai aset saja, sapi perah atau ayam potong untuk mereka. Anak-anak itu dibuat kelaparan dan hidup susah sementara mereka makan dengan enak dari hasil sumbangan orang-orang kepada yayasan mereka.

Tapi, kasus kematian Angeline, lebih parah lagi.

Keluarga angkatnya, melakukan konfrensi pers, bilang bahwa anak angkat mereka hilang, kabur dari rumah, dan bla bla bla... Seperti cerita fiksi yang sering kita baca di karya-karya Agatha Christie atau Cuckoos Calling-nya J K Rowling. Mereka yang melaporkan kehilangan justru merekalah pelaku.

Bangsat, mereka pikir mereka siapa? Bikin drama seperti itu? Keigo Higashino mungkin berhasil, tapi orang-orang ini.

Saya teringat dengan satu artikel dari penulis gramed, dia menulis bahwa faktanya di sekitar kita lebih banyak orang sakit jiwa yang merasa dirinya tidak sakit jiwa atau tidak mau disebut sakit jiwa.

Mereka menganggap diri mereka waras padahal tidak. Orang-orang ini melakukan tindak kekejaman dan menikmatinya.

Ada perbedaan jelas antara pelampiasan kemarahan dengan menikmati tindakan kekerasan dan kebanyakan justru yang saya lihat di sekeliling saya, para pelakunya adalah wanita. Ibu-ibu yang mengambil peran jahat seperti di sinetron.

Hal ini beneran ada dan fenomenanya ada diantara 1 dari 10 rumah tangga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Awalnya mereka hanya terlihat mengoceh atau mengomeli anak-anaknya, tapi kemudian masalahnya menjadi serius ketika setiap pagi dan sore anaknya selalu diomeli. Lalu intensitasnya pun bertambah dari sekedar mengomeli kemudian melakukan tindak kekerasan. Lebih parah lagi jika anak mereka bukan anak kandung.

Menurut saya, Sociopath jauh lebih berbahaya, bukan hanya karena mereka adalah orang-orang yang manipulatif dan mampu membangun opini publik, tapi juga karena mereka bisa memutar balikan fakta dengan membuat pembenaran atas tindakan yang mereka lakukan, apalagi kalau sudah bawa-bawa pengacara.

Oh iya, satu catatan lagi. Bicara tentang psikopat dan sociopath saya teringat dengan percakapan dengan senior saya, dia bilang perbedaan antara psikopat dan sociopath bukan pada introvert vs ekstrovet, perbedaannya yang riil adalah psikopat melakukan pembunuhan karena dia tidak sadar melakukan pembunuhan, dia mengalami kegilaan, sedangkan sociopat dia melakukan pembunuhan justru karena dia waras dan menikmatinya. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang sociopath mendapat hukuman yang nyata, hukuman yang seberat-beratnya.
.  .  .

Thursday, June 11, 2015

Chef (2014)

Review by Ftrohx


Dulu waktu zaman SMP dan SMA gw di awal thn 2000an, gw berpikir bahwa masa depan itu penuh dengan mesin.

Tidak ada pedagang eceran, tidak ada rumah makan kecil, tidak ada wirausaha, semua dipegang oleh korporasi. Makanan dibuat di pabrik kemudian, didistribusikan ke restoran-restoran cepat saji. Itupun para pelayannya diganti oleh robot seperti di film Back To The Future II

Koki atau Chef hanyalah relic kuno, legenda dicerita oleh orang-orang tua kepada anaknya karena semuanya sudah pakai mesin, komputer, robot, artificial intelegence dan sejenisnya. Kecuali negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia, atau negara miskin dan darurat perang seperti di TImur Tengah, mungkin di sana masih ada koki atau Chef di tahun 2014an.

Dan ternyata apa yang gw khayalkan tentang masa depan di zaman gw SMA itu adalah SALAH. Saat ini tahun 2015 dunia tetap masih sama.

Dunia ini masih butuh sentuhan tangan manusia untuk membuat makanan yang lezat.



Chef (2014) bercerita tentang Carl Casper yang diperankan Jon Faverau (si gendut yang jadi pengawalnya Iron Man itu) Carl adalah Chef profesional disebuah restoran di pinggiran Miami. Dia terkenal dengan masakan-masakan latinnya, tapi dia juga mencoba berinovasi membuat masakan-masakan lain yang sayangnya tidak disetujui oleh Riva (Dustin Hoffman)

Suatu ketika datang Food Critics Ramsey Michel (Oliver Patt) dia hadir di sana dan untuk menilai seberapa bagus restoran milik Riva. Chef Carl Casper dan anakbuahnya bekerja keras malam itu, mereka membuat makanan terbaik yang sayangnya dengan menu yang sama seperti 5 tahun sebelumnya. Keesokan harinya Ramsey menulis kritik terhadap masakan Carl Casper di internet, kritik yang sangat menyakitkan yang membuatnya jatuh, terutama tentang Kue Lava Coklat-nya.

Keesokan paginya, di dapur Carl bertemu dengan Martin (John Leguizamo) dan temannya, mereka bilang jangan pedulikan twitter, dan pada saat itu Carl tidak tahu apa itu twitter.

Belakangan dia tahu tentang twitter dari anaknya, Percy, dan dari twitter dia melihat begitu banyak orang yang me-reply tulisan Ramsey dan mengejek masakannya.

Mengetahui apa yang terjadi di twitter, Carl menjadi emosional, dia membalas Ramsey dan memintanya kembali datang ke restoran karena dia punya menu baru untuk disajikan.

Sayangnya, malam di saat Ramsey datang, Carl sedang berada di luar setelah ribut dengan Riva si pemilik restoran. Sialnya, saat dia tahu Ramsey sudah berada di meja memesan makanan, semua sudah terlambat.

Terpancing oleh sulutan-sulutan api di twitter, Carl mengamuk di dalam restoran dengan membanting masakan di hadapan Ramsey. Amukan amarah terjadi, semua menjadi tak terkendali meski Riva si pemilik restoran mencoba menenangkannya. Ok, jika gw menjadi Carl, harusnya Riva yang gw tonjok karena mengendalikan menu seenak udelnya.  

Hari berlalu dan kemarahannya di dalam restoran menjadi trending topics di twitter, banyak orang yang membicarakannya, mereka menyebutnya "Lava Guy" manusia Lava seperti Kakek Son di cerita Naruto. Bersama dengan amukan yang terjadi Carl keluar dari restoran Riva. Kemudian, dia menghubungi kenalan-nya yang bekerja di media massa, dia meminta solusi bagaimana menghilangkan videonya dari internet. Tapi si jurnalis bilang "Itu tidak bisa dilakukan," sebaliknya dia menawarkan bagaimana jika Carl ikut reality show Hell Kitchen dia bisa menggantikan Chef Juna yang sedang liburan ke Himalaya (Ok, bagian yang ini saya edit) Dan tentu saja, percakapan dengan si Jurnalis tidak menghasilkan solusi.

Carl pun menelpon Inez, mantan istrinya. Ok, satu hal yang gokil tentang Carl Casper ataupun Carl Lightman adalah mereka masih berhubungan baik dengan mantan istri. Bahkan kerennya, di film-film American Dream ini lo masih bisa bercinta dengan mantan istri lo.  Carl meminta bantuan Inez untuk membuat usaha sendiri, dia berencana membuka Food Truk, kebetulan mantan suami Inez yang lain adalah pengusaha kaya di bidang konstruksi siapa lagi bukan Robert Downey Jr. Setelah janjian melalui telepon, akhirnya mereka bertemu dan si Robert Downey Jr. setuju untuk memberinya sumbangan sebuah truk bekas.

Inilah yang gw suka, ketika lo berada di dalam sebuah kekangan dan lo mencoba memberontak. Lo ingin menunjukkan bahwa lo bisa berhasil tapi mengikuti perintah korporasi ataupun pemilik restoran, lo berjuang menjadi diri lo sendiri, menjadi enterprenuer.

Terinspirasi dari resep Roti isi (daging babi) ala Columbia, Cubanos, dia pun memulai petualangan. Dia menjual roti lapis daging dari satu kota ke kota lain di pesisir barat Amerika, bersama dengan Percy, anaknya yang hobi main gadget dan Sosmed, serta Martin (mantan asisten Chef-nya) yang tergila-gila dengan musik Amerika Latin.

Film ini membuka wawasan gw tentang apa itu Amerika USA, dan apa itu Amerika Latin. Di sini gw melihat masakan Latin di Amerika US itu seperti masakan orang rantau/Padang di pulau Jawa. Mereka beda dengan masakan US tapi lakukan dan banyak peminat, dan terutama orang-orang yang non-English Speaking, atau gw bisa bilang berbahas daerah Columbia.

Sebenarnya Chef Casper cukup beruntung dengan insiden kue Lava, karena dengan itu dia punya ribuan follower di twitter, dan dengan ribuan folllower dia menjadi selebritis yang mudah dikenali orang, karena hal itupula produk apapun yang dia buat dengan mudah terpromosikan. Plus+, Percy anaknya, selama dalam perjalanan menelusuri pantai barat Amerika, selalu dan selalu mengupdate posisi mereka di Sosmed-nya yang secara langsung membuat produk EL JEFE Cubanos mendapat ketenaran. Tak butuh waktu, bahkan kurang dari 2 minggu, Cubanos EL JEFE menjadi begitu sensasional, bahkan jauh lebih menguntungkan daripada restoran Riva tempat Chef Casper bernaung sebelumnya 

Libur sekolah berakhir dan Percy kembali ke rumah, tapi Chef Casper tetap memasak di EL JEFE dia tetap menjalankan bisnis Roti isi daging Cubanos. Ditemani oleh Inez, Chef Casper kembali menjalankan bisnis EL JEFE, lalu di suatu malam muncul sang kritikus makanan Ramsey, dia tidak ingin berkelahi di sana, melainkan berbincang dengan Casper, Ramsey menawarkan dirinya menjadi investor, dia menawarkan pendanaan untuk Casper membangun restoran-nya sendiri. Dia percaya dengan Casper dan masakannya, serta meminta Casper untuk melupakan konflik mereka sebelumnya.

Jujur, skenario ini mengingatkan gw dengan film animasi Ratatoulie. Si kritikus makanan yang sangat angkuh, dikalah oleh seorang Chef yang merupakan seekor tikus kecil, namun jenius dalam memasak. Setelah restoran Gustavo ditutup, Si kritikus makanan justru berpihak pada duet Gustavo untuk kembali membuka bisnis kuliner di tempat yang lain, dan jelas masakan mereka begitu sensaional, El Deliciouso.

Memang ini hanya drama keluarga yang berjalan lurus, tidak ada plot twist, tidak ada robot dengan tembakan laser, dan tidak ada musuh yang signifikan kecuali jalan hidupnya sendiri. Tapi, ada satu yang benar-benar menginspirasi gw, selain semangat Chef Casper untuk bangkit, yaitu cerita tentang Texas OG Barberque. Jujur, gw nggak pernah lihat daging sapi panggang seperti itu sebelumnya, daging panggang yang bisa membuat orang yang nggak suka makan daging hewan mamalia seperti gw, jadi pengen makan daging.
.  .  .

Konklusi: Film ini gw kasih nilai 87 skala 100 point, benar-benar film yang wajib anda tonton.

Friday, June 5, 2015

Menciptakan Mitologi

by Ftrohx


Dari dulu saya suka film yang nge-twist, film yang memberi gagasan dan sudut pandang berbeda atas sebuah peristiwa, film yang lantang berteriak "Bahwa apa yang kita dengar dan kita lihat bukanlah apa yang sebenarnya terjadi." Dan kali ini film itu adalah Hercules versi Dwayne 'The Rock' Johnson.

Di sini Hercules bukanlah Hercules yang kita kenal di film-film sebelumnya. Dia bukan manusia setengah dewa, dia hanya manusia biasa. Seorang ksatria biasa yang hidup dari pertarungan demi pertarungan. Legenda tentang Hercules si manusia setengah dewa diciptakan untuk menakuti lawan-lawannya, untuk mengintimidasi dan menjatuhkan mental lawan sebelum bertarung. Menciptakan mitologi mereka sendiri demi memenangkan peperangan.



Jika dipikirkan lagi, semua yang terjadi memang masuk akal. Saya meriset sedikit Hercules di wikipedia, cerita tentang 12 tugasnya.

Tugas-tugasnya memang sangat sulit tapi tidak mustahil untuk dikerjakan oleh manusia. Bertarung melawan Babi Hutan Raksasa, Menangkap Menjangan Emas, Mengalahkan banteng dengan tangan kosong, Membunuh Singa, memenggal Ular Berkelapa Sembilan, dan lain sebagainya bukanlah hal yang sulit untuk dikerjakan oleh manusia.

Tak perlu Dewa ataupun orang sakti, semua tugas itu masih bisa dilakukan oleh seorang mortal, kecuali untuk yang terakhir yaitu menangkap Cerberus si Anjing Neraka karena ini sangat-sangat tidak masuk akal; seorang manusia harus pergi ke neraka dan mengalahkan anjing peliharaan Dewa, itu sangat tidak mungkin. Tapi disinilah twist-nya, ternyata Cerberus yang selama ini menghantui Hercules adalah tiga ekor Serigala yang dilatih oleh Raja Athena, tiga serigala itu ada di sana saat pembantai istri dan anak-anak Hercules. Itu menyebabkan trauma mendalam sampai mempengaruhi alam bawah sadarnya. Di akhir cerita Hercules menghabisi 3 serigala dan membalas dendam kematian keluarganya kepada Raja Athena, sekaligus melengkapi 12 tugas yang diramalkan oleh Oracle Delphi.

Iya, inilah yang terjadi di bumi kita. Sebuah mitos kadang dibuat dengan berlebih-lebihan.

Saya pernah membaca buku berjudul Atlantis Antedeluvium World karya Ignatius Donnelly. Dibuku itu Donnelly memiliki teori bahwa Para Dewa Yunani bukanlah Dewa yang sebenarnya. Mereka sebenarnya adalah manusia, mereka adalah para Raja terdahulu di kerajaan kuno Atlantis, para Tokoh Bangsawan yang dipuja, namun seiring dengan berjalannya waktu asal-usul mereka terlupakan, yang ada hanya nama mereka dan kisah mereka yang dibuat berlebihan, jadilah mereka Dewa yang disembah di pelataran Kota Yunani.

Beralih ke tempat lain ke film yang lain, kita menemukan Dracula Untold kisah tentang Pangeran Vlad si Penyula. Dia menciptakan teror seantero Benua Eropa, dia membantai warga dan menyula mereka seperti daging sate di tanah lapang.

Di Film ini Dracula punya alasan kenapa dia melakukan hal tersebut, dia menciptakan mitologinya sendiri, dia berkata bahwa "Manusia tidak takut akan pedang, yang mereka takuti sebenarnya adalah monster," Karena itu Sang Pangeran menjadi monster, dia sudah menjadi monster jauh sebelum dia berubah menjadi Vampire.

Dengan menjadi monster pembunuh yang kejam dia menjebarkan teror, dia menciptakan legendanya sendiri, dan orang-orang takut padanya. Dengan ketakutan (dari lawan-lawannya) dia bisa dengan mudah memenangkan peperangan, tanpa menambah lebih banyak lagi korban.

Selain Hercules dan Dracula, kita juga mendapati Voldemort melakukan hal yang sama menciptakan mitologinya sendiri. "You know who?" 

Voldemort benar-benar luar biasa, benar-benar menakutkan dan meneror semua penyihir yang ada di Inggris Raya. Sampai-sampai orang-orang tidak berani menyebut nama kecuali dengan kalimat "You know who" Tapi semakin ke akhir semakin terlihat bahwa Voldemort hanya penyihir biasa, dia tidak seperti apa yang digembar-gemborkan di awal-awal novel Harry Potter. Voldemort memang kuat tapi dia tidak cukup kuat untuk mengalahkan Dumbeldor sendirian di masa mudanya. Dan diakhir cerita di kisah Deathly Hallow, Voldemort jatuh sendirian dikalahkan oleh Harry Potter. Tidak ada yang dramatis, tidak seperti Obito atau Madara Uchiha yang menjadi legenda karena kekuatannya yang sangat luar biasa di luar imajinasi manusia. Voldemort harus kalah dengan kehinaan dan sekarat di sudut station kereta api. 

Dan saya menganalisa ulang apa sih yang membuat Voldemort begitu ditakuti, bukan hanya dirinya, namun juga pasukannya yang loyal dan menyebar teror atas nama Voldemort. Pasukannya yang memulai cerita ketakutan, bahwa tidak boleh menyebut nama Voldemort, dan mengganti nama Voldemort dengan "you know who", dan kampanye "you know who" itu berhasil menyihir banyak orang untuk takut pada Voldemort

Bicara tentang menciptakan mitologi, tidak lupa juga saya harus bahas Sherlock Holmes. Saat ini Detektif Holmes sudah jadi detektif setengah dewa. Semua orang yang berkecimpung dalam dunia fiksi pasti pernah menyebut nama 'Sherlock' dalam tulisannya. Bahkan banyak orang yang menyangka bahwa Sherlock Holmes adalah tokoh nyata dalam sejarah, dan bukan cerita fiksi karya Arthur Conan Doyle. Tapi yang jadi pertanyaan adalah "Apa Sherlock Holmes sehebat itu? Apa dia adalah agen rahasia super yang bisa memecahkan kasus super-rumit?"

Kenyataannya tidak, tidak semua kasus Holmes adalah kasus yang grande, beberapa hanyalah kasus kriminal biasa, pencurian, penipuan, dan perampokan. Juga beberapa kasus pembunuhan dalam ruang terkunci yang standar, bahkan jauh lebih bagus Affair Next Door dari Anna K. Green menurut saya.

Yang membuat Holmes menjadi besar justru bukan kasus yang dia tangani, tapi deskripsi dan penuturan kisah dirinya yang disampaikan oleh Watson.

Saya membaca kembali Solitary Cyclist, Case of Identity, Twisted Lips, Engineer Thumbs, dan lain sebagainya, mereka hanya kasus kriminal biasa yang sering kita dengar di media-media, tapi kasus-kasus tersebut disajikan oleh Watson sebagai sesuatu yang luarbiasa. Dia bermain dengan kata-kata dan deskripsi dramatis sehingga Sherlock menjadi legenda.

Mungkin jika Arthur Conan Doyle melihat Sherlock versi modern seperti yang diperankan oleh Robert Downey Jr. atau si Benedict Cumberbatch, saya yakin Sir Arthur pasti akan sangat-sangat shock.

Contoh lain tentang penciptaan mitologi adalah kisah dua pesulap di The Prestige.

Mereka membuat mitologi, membuat rumor bualan raksasa dalam dunia sulap tapi dengan trik yang sangat-sangat sederhana. Bagaimana caranya membuat seseorang pindah dari pintu yang satu ke pintu yang lain dalam sekejap.

Robert Angier bilang bahwa dia belajar ilmu teleportasi dari seorang pertapa di gunung Himalaya. Dia bicara dengan sangat-sangat meyakinkan, dan keajaiban dari kata-kata dan keyakinan itu terjadi dihadapan muka para penonton. Selanjutnya trik stunt double-nya terbongkar, kali ini dia menciptakan mitologi baru, dia menggunakan kata-kata ajaib.

"Apakah yang adalah pria yang mati di dalam kotak ataukah saya yang berdiri bangga di atas panggung" dan kata-kata itu berhasil menciptakan mitologi yang lebih besar meski dengan mengorbankan nyawa dari stunt double-nya.

Bicara tentang mitologi, saya sering bertanya-tanya apakah Si Pitung itu aslinya seperti yang ada di film Alm. Dicky Zulkarnaen, pendekar hebat yang taat agama dan bertarung secara ksatria dengan silat tangan kosong maupun golok. Ataukah Si Pitung seperti yang dideskripsikan dalam buku-buku sejarah Belanda sebagai seorang perampok biasa yang menggunakan pistol?

Dan saya kembali ke perkataan dari Amphiarus di film Hercules "Are you a Legend, or are you The Truth behind The Legend?"

.  .  .

Warung Kopi

Cerpen by Ftrohx


Tempat itu masih belum tutup.

Ini bukan tentang shift kerja malam-nya, melainkan ‘TUTUP’ dalam arti yang sebenarnya.

Setiap tahun bahkan hampir setiap bulan, tiapkali kuberjalan dari Pondok Pinang ke Bintaro lalu ke Ulujami, aku melihat semuanya selalu berubah. Satu warung tutup dan diganti oleh warung yang lain.

Dulu di depan gang Kramat ada warung foto/kopi namun kemudian berganti menjadi warung bakso lalu sekarang tempat itu berganti lagi menjadi warung pecel lele. Dulu, di sana juga ada 3 warnet namun sekarang yang tersisa hanya tinggal satu. Di depan gang Rajai situasinya juga sama, dulu ada dua toko sembako di sana. Kemudian satu toko berakhir bangkrut dan disusul dengan toko yang di depannya yang diubah jadi taman kanak-kanak. Aku juga ingat yang lain, sebuah salon di dekat Perdatam, kemudian salon itu diubah jadi warung bakso kemudian berganti lagi menjadi warung ayam goreng tepung.

Hanya sedikit sekali yang bertahan, dan dari yang sedikit sekali bertahan ada satu tempat yaitu warung ini.

Jika didefinisikan, tempat ini seperti warung kopi biasa, yang sering kamu lihat di jalan. Ada tulisan besar di depannya "Sedia bubur kacang hijau dan ketam hitam" dan dibawahnya ada tulisan "Roti bakar dan Indomie"

Interior-nya hampir sama seperti Warung Kopi menengah ke bawah yang sering kamu datangi. Ada dua bangku kayu panjang ada meja bar dan ada 3 panci besar juga ada serenteng kopi instant yang berjajar dan 4 kardus mie instan. Di pojok atas terdapat televisi yang dipasang menggantung, fasilitas penting bagi orang-orang insomnia dan penggemar sepak bola.

Mungkin yang membedakan dengan warung kopi lainnya adalah tempat ini sedikit lebih luas yaitu 4 kali 6 meter, dan ada bangku bambu khas Betawi untuk tidur-tiduran atau selonjoran kaki.

Dulu thn 2008 tempat ini begitu ramai, dari malam sampai pagi.  Banyak orang-orang insomnia yang menghabiskan waktu di sini. Satpam kompleks, hansip ronda, hingga orang-orang yang gak punya rumah. Sayangnya, hal itu sudah tidak terjadi lagi sekarang.

Seperti banyak usaha menengah ke bawah lainnya, mereka datang dan pergi silih berganti.

Begitupula, yang terjadi di tempat ini. Para satpam kompleks, mereka sudah punya TV untuk nonton bola di  pos jaganya sendiri. Begitu juga dengan para hansip atau orang-orang insomnia lain, mereka sudah punya tempat tongkrongan baru.

Yang masih setia nongkrong di tempat ini hanya aku, Salman si penjaga Warung, dan Bang Rohman pemiliknya.

Lama kelamaan aku juga jarang ke sana, aku mendapat pekerjaan di sebuah warnet, dan nyaris selama 2 tahun aku tidak mampir ke sini sampai warnet tempat kubekerja bangkrut.

Ajaibnya, di saat semua sudah bangkrut, warung kopi ini masih ada, masih tegak berdiri, bahkan sekarang mereka punya mesin espresso sendiri, di SINI. Benar-benar GILA, tidak masuk akal!!

Sialnya, gara-gara aku sering ke sana, banyak orang-orang yang bertanya padaku. “Kenapa warung kopi itu tetap bertahan? Kenapa warung kopi itu gak bangkrut-bangkrut?” Sebenarnya, aku sendiri juga punya pertanyaan yang sama. Kenapa di saat semuanya sudah bangkrut atau pindah, dia masih tetap berdiri tegak di sana.

Cerita berlanjut, setelah warnet tempatku bekerja bangkrut, Aku kembali jadi penggangguran, dan kembali nongkrong di warung kopi lagi. Lalu, secara ajaib Bang Rohman mengajakku bekerja di Warung itu. Aku bekerja 5 hari dari Rabu sampai Minggu dengan shift malam dari pukul 20 sampai pukul 06 pagi. 

Di sana selain bekerja, aku menjadi intel bagi orang-orang yang penasaran, apa sih yang sebenarnya terjadi di balik warung kopi itu. Berbeda dengan saat menjadi pelanggan, dengan berada di balik meja bar aku punya sudut pandang yang lain. Tidak seperti prasangka buruk mereka, orang-orang di belakang sini justru jauh lebih baik. Tidak ada teori tentang ilmu-ilmu hitam, tidak ada teori tentang mafia, dan sejenisnya. Namun fakta yang kutemukan adalah harusnya warung kopi ini sudah bangkrut sejak lama. Tiap malam, pengunjung tak lebih dari 5 orang, apa yang mereka pesan pun tak lebih dari 10ribu.

Bulan demi bulan berlalu dan pertanyaan demi pertanyaan terus menggangguku, darimana Bang Rohman punya uang untuk menggaji kami jika setiap hari pemasukan Warung Kopi ini selalu defisit? Jika dikumpulkan sebulan seluruh pemasukan hanya sampai menyentuh setengah dari gajiku, yang jadi pertanyaan darimana asal setengahnya lagi?

Apakah jangan-jangan memang benar dari bisnis haram. Aku pernah mendengar cerita tentang seorang bandar narkoba yang mencuci uangnya dengan membuka rental PS3. Apa ini memang tempat untuk melakukan pencucian? Dengan mengumpulkan keberanian, aku pun nekad bertanya ke Bang Rohman. "Sebenarnya darimana sih sumber gaji kami? Abang sendiri tahukan, pemasukan selama sebulan jika dikumpulkan tak sampai setengah dari gaji yang anda berikan ke saya?"

Untuk sesaat dia terdiam menggosok dagu, lalu dia berkata. "Saya sebenarnya punya beberapa usaha lain. Saya punya dua mini market dan sebuah restoran, dengan keuntungan darisana lah saya menutupi keuangan di Warung Kopi ini?"

"Kenapa begitu? Kenapa justru anda mempertahankannya?"

"Karena Warung Kopi ini adalah usaha pertama saya. Se-rugi apapun keadaan Warung Ini sekarang, saya tetap akan mempertahankannya."

Jawabannya benar-benar tegas, tapi kurasa masih ada hal yang dia simpan sendiri.

Semakin ke sini, semakin warung itu sepi.

Malam-malam kulalui hanya sendirian. Diantara tumpukan kopi, kardus-kardus mie, bubur kacang hijau yang mulai basi, dan televisi yang menyala sendiri. Kadang ada Ujo atau Erik, namun mereka hanya numpang tidur sebentar di belakang, lalu tak sampai jam 1 malam mereka pamit pergi entah ke mana. Kembali, aku yang sendirian sampai pagi di sana, lalu digantikan oleh Salman atau Bang Rohman sendiri pukul 6 atau 7.

Sampai suatu ketika, aku menemukan sebuah cerita yang sangat menarik.

Saat itu jumat malam menuju sabtu pagi.
Seorang pria muda dengan kemeja biru dibalut jaket bahan jeans hitam, masuk ke warung. Aku mengenalinya sebagai Azra, sepupu dari Bang Rohman pemilik warung kopi. Seperti biasa dia memesan dua sachet Indocafe Cappuccino dalam satu cangkir besar dan tanpa gula. Dia mengambil remote dan mengganti acara talkshow ke O-Channel menyaksikan sebuah film jadul. Dia lalu berkata. “Gw lagi nungguin orang nih, jangan tutup dulu ya.”

Aku hanya mengangguk.

Lalu dua jam berlalu masuk ke pukul 1 pagi. Orang yang dia tunggu tidak kunjung muncul. “Kalau ngantuk, lo tidur di dalam aja. Biar gw yang nutup warung nanti,” ucapnya, dan akupun beranjak ke ruang belakang di mana tergeletak kasus busa warna biru.

Menit demi menit berlalu, dan aku tetap tidak bisa tidur. Mataku, terus melihat ke atas ke plafon putih, ke fluorescence. Sampai jam 2 malam, aku mendengar ada mobil yang berhenti di depan. Lalu, aku membalik badan dan mengintip ke ruang depan, seorang laki-laki dengan jeans biru masuk ke dalam warung. 

“Mau minum apa?” sapa Azra di depan meja bar.

“Milo aja,” ucap si laki-laki itu, mengintip ke atas dia mengenakan kaos putih lengan panjang, kulitnya juga putih, namun aku tidak jelas melihat wajahnya karena rambutnya yang gondrong menutupi pandanganku.

“Pakai susu?”

“Boleh.”

Tak lama Azra menyajikannya, kemudian dia berkata. “Ada tugas baru?”

“Iya,” si pria dengan kaos putih itu menyerahkan sebuah amplop coklat besar.

Azra mengambilnya, lalu hanya meletakkannya di meja.

“Hari-hari ini masalah makin banyak saja,” sahut Azra.

“Indonesia makin amburadul,” si pria misterius menggelengkan kepala.

“Tadi sore lo nonton wawancara wakil Bareskrim itu? Katanya ada pengkhianat di petinggi kepolisian?”

“Pengkhianat yang membocorkan informasi internal ke lembaga lain. Iya, gw sudah dengar itu.”

“Kita justru berperang melawan orang-orang kita sendiri, KPK vs Polri vs Pengadilan Negeri vs kejaksaan dan seterusnya.”

Si pria misterius meneguk coklat panasnya. “Masih cerita yang sama seperti zaman dulu,”

“Taktik adu domba,” ujar Azra. “Ngomong-ngomong, kenapa lo gak menghentikan mereka? Lo tahukan ada seseorang di belakang itu semua, orang yang menarik benak dan menjadi dalang.”

“Iya, gw tahu. Tapi bicara itu lebih mudah daripada melakukan tindakkan.”

Si Pria misterius berdiri, dia lalu pamit ke Azra. “Makasih untuk Milo-nya.”

“Yang mereka inginkan adalah Indonesia tetap jadi negara dunia ketiga. Seperti di film Justin Timberlake, seseorang harus ada susah agar ada orang-orang yang tetap menjadi kaya dan abadi.’

“Az, kerjakan saja tugas kamu,” ucap si pria misterius di depan pintu mobilnya. 

Bersama dengan angin dingin yang menyapu aspal jalanan mobil hitam itu melaju di antara gelap jalanan malam. Untuk sesaat aku melihat Azra hanya berdiri di depan pintu, seolah dia merenungi sesuatu.

Akupun beranjak bangun dan bertanya. “Siapa orang itu?”

“Oh dia, hanya seorang teman,” ucapnya sambil mengangguk, lalu dia berkata lagi. “Lah lo nggak tidur?”

“Nggak,” jawabku.

.  .  .