Tuesday, December 22, 2015

Star Wars: The Force Awaken

Review by Ftrohx


Gw berharap lebih tapi sayangnya film ini dibawah ekspektasi gw.

Ada beberapa hal yang mengecewakan tentunya. Beberapa point yang tadinya sangat-sangat gw harapkan dari trailer yang gw tonton.


Ada ribuan Stormtroopers berbaris, ribuan orang menghadap kearah Sang Jenderal pada pidato besarnya. Dari adegan di trailer ini gw berharap lebih.

Apalagi dibanding dengan Star Wars prequel di tahun 2000an itu. Star Wars: Phantom Manace dimana terjadi pertempuran yang cukup besar antara para pasukan robot versus alien berwajah bebek itu.

Kemudian begitupula di Attack of the Clone, mereka buat pertempuran besar-besar antara para droid melawan para pasukan Republic yang dibuat dari Kloning seorang tentara bayaran.

Meski prequel itu dibuat dengan teknologi CGI yang tidak sehebat sekarang, tapi pertempuran-pertempuran mereka sangat membekas di diri gw dan pastinya para penonton Star Wars di era itu.

Tapi di Force Awaken, sayang sekali, sayang sekali pertempuran darat seperti itu tidak ada.



Gw berusaha untuk nggak spoiler tapi tulisan ini pasti akan ngeluarin banyak SPOILER, jadi iya terserah ente mau lanjut ke bawah atau nggak.

Ok, gw mencoba berpikir positif, mungkin mereka ingin mengembalikan Star Wars ke masa kejayaan dulu, ke versi cerita aslinya Star Wars Trilogy: New Hope, Empire Strike Back, dan Return of the Jedi.

Mungkin mereka ingin kembali ke sana jadi mereka mengurangi pertempuran-pertempuran kolosal seperti di Star Wars tahun 2000an.

Seperti orang-orang yang sudah pada komen di Sosmed dan media-media lainnya, bahwa "Star Wars kali ini kok rada-rada mirip dengan Star Wars: New Hope ya?" Dan baru menontonnya tadi malam, rasa gw sangat setuju dengan pendapat mereka.


Iya, begitu banyak kemiripan, apalagi dengan adegan dimana mereka membandingkan Planet markas musuh mereka dengan Death Star yang dulu itu, hanya saja kali ini lawan mereka memiliki senjata yang jauh-jauh lebih besar.

Dan kembali persis sama dengan New Hope, sesuatu yang sangat-sangat besar itu dihancurkan oleh hanya beberapa pasukan kecil.

Mungkin ini resikonya ketika lo memiliki senjata yang sangat-sangat namun lo tidak menjaga keamanannya.

Atau seperti kritik daripada anak-anak malesbangetdotcom bahwa Stormtroopers kali ini nggak lebih dari para pasukan minion yang jadi musuhnya Power Ranger.

Mereka berkostum keren tapi gampang dikalahin. Beda sama pasukan di Attack of the Clone yang memang memiliki aura yang kuat sebagai pasukan pemusnah planet. 


Kritik yang lain juga hampir sama, kok pasukan pesawat tempurnya dikit banget, adegan tempurnya juga kurang, jauh lebih baik pertempuran pesawat di Independence Day daripada di sini, asli apalagi mereka membuat sequelnya.

Begitupula jika dibanding dengan pertempuran pesawat di film Star Wars sebelumnya Revenge of the Sith, pertempuran pesawat mereka jauh-jauh lebih baik, apalagi melibatkan armanda yang sangat besar.

Tapi kembali  gw mencoba berpikir positif, mungkin mereka sengaja membuat seperti ini, sengaja menahannya untuk sesuatu yang lebih besar lain di film selanjutnya.


Lalu apa sih membuat gw penasaran untuk menonton film ini secepatnya di bioskop? Tentu saja tidak lain adalah Iko Uwais dan Tim The Raid-nya.

Yang sayangnya dengan sangat-sangat disayangkan cuma muncul sekilas dan menghilang begitu aja.

Tadinya gw berharap lebih, tadinya gw pikir Iko akan muncul sebagai anak buahnya Kylo Ren seperti yang difoto ini.



Kylo Ren dan Genk-nya berpose angkuh layaknya Samurai yang siap bertarung atau Genk anakmuda di film Crow Zero yang siap membantai musuh-musuh dari sekolah lain.

Begitu dramatis, begitu anime banget, sayang Iko bukan anggota Kylo Ren, dan dengan sangat-sangat disayangkan dia muncul di layar kurang dari 30 detik.


Ok, gw coba berpikir ulang lagi, apa sih yang sebenarnya ingin disampaikan oleh J. J. Abrahm melalui film ini. Apa sih yang sebenarnya dia pikirkan?

Kenapa filmnya harus seperti ini? Kenapa dia nggak membuat sesuatu yang spekta, pertempuran kolosal, perangan dengan ribuan orang yang terlibat dan tumpah darah di atas tanah.

Kenapa dia justru membuatnya seperti ini?

Dan melihat kedua karakter utamanya Finn dan Rey, melihat adegan pertempuran akhirnya,

Perlahan gw mencoba memahami apa yang ingin dia sampaikan, bahwa terkadang disaat-saat tersulit, tidak akan ada yang menyelamatkan kita selain diri kita sendiri.


Tidak ada Neo Keanu Revees The Matrix, tidak ada Henry Cavill dari Man of Steel, tidak ada Robert Downey Jr. dan Genk The Avengers-nya, tidak ada Thor yang besar dan tampan, tidak ada si pria metroseksual Kapten Amerika.

Tidak ada Tom Cruise dari IMF, tidak Brad Pitt, Bruce Willis, tidak ada Ewan McGregor, tidak ada Leonardo DiCaprio Inception, tidak ada Christian Bale Bruce Wayne atau Liam Nesson Ras AlGhul. 

Tidak ada pahlawan, tidak Superhero, tidak ada jagoan, yang ada hanya diri lo sendiri, dan lo harus bertarung melawan keputusasaan lo sendiri.


Melawan ketakutan akan kematian dan kehidupan.

Lo harus bertarung melawan orang yang kekuatannya hampir setara dengan mimpi buruk lo "Sang Darth Vader."

Huh, entah kenapa ini mengingat gw dengan projek gw sendiri bersama Putra Perdana, tentang si Fachrie itu dan seterusnya. Haduh, kok gw jadi spoiler projek sendiri.

"Intinya Lo harus BERTARUNG sendiri!" itu pesan yang sangat-sangat tebal yang ditulis J J Abrahm dipuncak filmnya.


Huh, pada awalnya gw berharap akan adanya karakter JAGOAN seperti Iko Uwais, seperti Ewan McGregor ataupun Liam Neeson.

Tapi kenyataannya sampai bab-bab akhir film ini tidak ada karakter jagoannya, ini membuat gw yang nonton sendiri nyaris putusasa, berteriak-teriak sendiri "Mana karakternya jagoannya?"

Dan tidak ada siapapun, kecuali hanya dua orang bocah protagonis di atas itu, yaitu Finn dan Rey.

Hanya mereka yang berada di sana dan harus bertarung melawan Kylo Ren.


Konklusi, film ini gw kasih point 77 skala 100

Bukan film Star Wars yang terbaik, jauh lebih keren Shot Movie-nya Wars of Old Republic yang keluar di youtube thn 2014 kemarin.

Tapi secara ajaib Force Awaken, entah bagaimana berhasil membuat gw melupakan waktu.

Nggak nyangka gw, 2 jam 30 menit rasanya begitu singkat di dalam bioskop. Rasanya begitu RINGAN seolah gw pergi ke sebuah pantai yang belum pernah gw temui.

Gw temui bukan gw datangi. "Ah, itu spoiler!?"
.  .  .

Ilustrasi, sumber youtube.com / trailer Star Wars: Force Awaken

Nb: Oh iya satu lagi, syukurnya Iko Uwais meski hanya sekilas muncul di film tapi mereka memasukan Iko dan teman-teman dalam daftar credit title. Bisa dibilang ini adalah sebuah sejarah baru, dan gw yakin dengan namanya yang masuk di sini, Iko akan dapat projek-projek bagus lainnya di sana.


Friday, December 18, 2015

Asimov, Herbert, and Lucas

By Ftrohx


Ok, judulnya artikel diatas sebenarnya gw ingin tulis Galatic Empire: Asimov vs Dune vs George Lucas.


Isaac Asimov

Asimov sebenarnya nggak asing untuk gw sejak nonton film I-Robot, namun belakangan gw baru baca lagi tentang dia sejak Irfan Nurhadi heboh dengan reviewnya, iya tentu saja gw nggak mau kalah.

Asimov kita mengenalnya sebagai yang terkuat dari tiga Gods Fathers of American Sci Fi (Isaac Asimov, Robert Heilen, dan Arthur C. Clarke)

Asimov itu jenius, sangat jenius karena mampu nulis banyak novel dengan jutaan ribu kata sendirian.

Dia membuat dunia masa depannya sendiri, khayalannya melalang buana jauh hingga kejutaan tahun mendatang. Dimana manusia telah menaklukan seluruh galaksi Bimasakti.

Dia menciptakan alurnya dengan begitu detail dari mulai masa manusia menciptakan Robot yang bisa berpikir seperti manusia hingga ke Galatic Empire dimana jumlah manusia sudah lebih dari Quadrillion (itu nol dibelakangnya sangat banyak)

Dia jenius dia membuatnya dengan sangat detail, masalah economic, masalah sosial, anthropologi, sejarah, peperangan, konflik politik dan seterusnya.

Sayangnya, dengan sangat-sangat disayangkan, seperti yang kita ketahui dia berasal dari generasi pasca-Perang Dunia I Generasi dimana masalah Ras (High Races) adalah sesuatu yang penting. Sebenarnya kasus ini juga terjadi pada dua Gods Father yang lain Robert Heilen dan Arthur C. Clarke.

Dimana mereka menciptakan galaksi yang begitu luas, begitu besar, namun mono-culture. Jumlah mereka Quadrillion namun pemerintah Galatic Empire (yang kemudian diteruskan oleh Foundation dan Second Foundation) membuat kerajaan galaksi begitu boring dan monoton karena kita tahu budayanya cuma copas dari kebudayaan minus masalah religiusnya.

Masalah lainnya adalah masalah penamaan, entah kenapa Asimov terlalu kaku untuk hal ini, dia terlalu Amerika (lebih tepatnya mentok di Amerika thn 1960an) benar-benar mentok. Seolah dia nggak kenal, nama dari bahasa-bahasa lain selain Amerika (atau Romawi atau latin dan semacamnya)

Bayangkan, elo lahir di galaksi dengan jutaan planet dan quadrillion manusia, namun semuanya mono-culture dan mentok di budaya Amerika (tahun 1960an) yang nggak bisa menerima orang kulit berwarna (hitam, sawo, kuning, dst.) Haduh, jelas gw nggak mau tinggal di alam semesta semacam itu.

Oh iya, satu lagi di Galatic Empire versi Asimov, tidak ada alien atau ras lain selain manusia. Ada sih beberapa anomali, mereka adalah manusia -mutan atau makhluk misterius bernama Gaia (sudah mentok disituh.)


Frank Herbert

Huh, gw bersyukur di alam semesta Goodreads ada orang ini, setidaknya dia mengimbangi tiga Gods Father Sci Fi Amerika tersebut.

Frank Herbert menciptakan sebuah novel berjudul Dune. Ok, Dune apa itu? Siapa Dune?

Gw pertama kali mendengar nama Dune justru dari novel Metropolis-nya Windry Ramadhina. Dune si pembunuh bayaran yang bekerja untuk keluarga Johan Al. Iya, si Dune itu.

Dan sangat mengejutkan gw ketika gw meriset Asimov di Goodreads ada link ke laman novel Dune.

Beuh, ini dia yang harusnya gw baca dari dulu.

Dune bercerita tentang sebuah planet padang pasir bernama Dune. Sebuah planet dimana tinggal berbagai Klan dan Faksi berkuasa.

Jika dibanding dengan Asimov yang Diktaktor, Dune dia lebih ke arah Oligarki. Banyak kerajaan-kerajaan kecil dengan budaya dan bahasanya sendiri. Namun mereka punya satu musuh yang sama seorang Tirani bernama Kaisar Saddam iV

Kembali jika Asimov mentok dibudaya Barat dan Latin, Dune dia sedikit jauh melihat ke Timur (dalam hal ini budaya TImur Tengah)

Selain itu jika dibandingkan dengan Asimov yang benar-benar terlalu politik, terlalu kaku kayak pelajaran Tata Negara di SMA. Dune dia lebih bermain dengan mitologi dengan ancient prophecy dengan legenda, fantasy, dan Messiah yang bercampur dengan tema futuristik.

Sejak ribuan tahun yang lalu diramalkan bahwa akan lahir seorang manusia yang mampu menyelamatkan kelangsungan hidup seluruh umat manusia dari politik Galaksi yang stagnan, dan orang itu ada Leto Atredis.

Npvel series Dune terus berlanjut dari 1965 hingga terakhir di tahun 2007 dimana novel tersebut dikerjakan oleh anak dari Frank Herbert yaitu Brian Herbert.

Untuk tahun 1960an menurut gw Dune adalah sebuah dobrakan, dia mendobrak bahwa diluar sana dunia itu jauh lebih luas, dunia bukan hanya Yunani, Romawi, dan Amerika.

Ada orang-orang lain lagi diluar sana, ada Asia Timur, Asia Tengah, dan seterusnya. Mereka memiliki kebudayaan-kebudayaan yang lain, bahasa-bahasa yang lain, dan tradisi-tradisi yang lain. Yang berbeda dan menarik untuk dipelajari.

Dune bisa dibaling menjadi fondasi untuk sebuah karya Galatic selanjutnya yaitu Star Wars.

Oh iya satu tema yang gila-gilaan yang juga dibawa oleh Dune adalah perang besar antara Umat Manusia versus Bangsa Mesin. Perang yang sangat kolosal yang mengubah segalanya dan menciptakan peradaban baru yaitu dunia Dune.


George Lucas

Gw selalu bertanya apa yang akan terjadi di masa depan, apakah manusia bisa menjadi lebih baik, apakah manusia bisa menjadi lebih pintar, apakah manusia bisa berevolusi menjadi makhluk yang lebih kuat.

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi keresahan yang ditulis oleh Frank Herbert dalam Dune karena itu dia menciptakan Bene Gesserit, Mentats, dan Navigator. Tapi untuk George Lucas orang-orang dengan kemampuan di atas manusia normal ini disebut para ksatria Jedi dan Ordo Sith.

Manusia berevolusi, mereka memiliki kecerdasaan lebih bahkan dari komputer sekalipun. Mereka memiliki kekuatan yang melampaui keterbatasan fisiknya, kekuatan yang hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih kini menjadi kekuatan yang umum dilihat seperti telekinesis, telepati, dan seterusnya.

Asli, Star Wars adalah versi advance dari Galactic Empire-nya Asimov dan kekaisaran Dune dari Frank Herbert.

Star Wars memiliki semuanya, kekaisaran Galaksi yang tirani dengan mono-culture nya dengan para ksatria ajaib ala Planet Dune.

Lebih dari itu Star Wars memiliki Darth Vader dengan si Ksatria berjubah hitam yang mewarisi budaya kelam para Jenderal Samurai dari zaman Musashi dan Shogun Edogawa. Juga Kaisar Galaksi dengan jubah hitam dan tudung kepalanya gelap serta jurus petir seperti Zeus dari legenda Yunani.

Dan tentu saja, mereka punya keluarga Skywalker, Yoda, Han Solo, Princess Leia, Queen Amigdala, dan seterusnya.

Star Wars memang pernah dikritik masalah rasial untuk bagian awal, namun makin ke sini kritik itu semakin tidak ada.

Star Wars sekarang jauh lebih universal, jauh menyerap begitu banyak budaya. Mungkin karena memang target pasar bukan hanya Amerika dan Eropa tapi juga Asia dan seluruh penjuru dunia.

Beda dengan Foundations - Asimov yang kaku, Star Wars sebaliknya penuh dengan keajaiban, dan inilah yang orang cari sebuah keajaiban. Orang-orang yang melakukan hal-hal yang mustahil yang melawan keterbatasan fisik dan mental, inilah yang kita harapkan terjadi dimasa depan.

Dunia penuh warna, bertemu dengan makhluk-makhluk ajaib, bertemu dengan alien tidak pernah kita bayangkan bahkan dalam imajinasi dan mimpi-mimpi terliar kita.

Inilah seharusnya kisah penjelajahan galaksi, inilah seharusnya sebuah cerita futuristik.
.  .  .

Tuesday, December 8, 2015

Melawan Keterbatasan

By Ftrohx


Sejak trailer terbaru Batman vs Superman: Dawn of Justice keluar.

Begitu banyak perdebatan di laman social media saya. Banyak yang kecewa karena tidak seperti yang mereka harapkan. Mungkin mereka memang benar, harusnya tidak seperti ini.

Dahulu saya juga sempat berpikir seperti itu. Harusnya Superman -Man of Steel nggak melibatkan Jenderal Zod. Asli Zod menurut saya adalah salah satu karakter antagonis terburuk dalam sejarah Hollywood.

Ok, saya paham mereka mencoba melakukan re-boot seperti Batman Begins.

Dimana di filmnya Om Nolan itu, mereka langsung mengeluarkan Ras Al-Ghul musuh terberat Batman di episode pertama. Jelas Batman Begins sukses dengan itu, namun sayangnya sangat-sangat disayangkan mereka menggunakan formula itu Superman yang jelas tidak berhasil.



Asli saya berharap lebih pada Man of Steel episode 1 dimana trailer pertamanya bicara tentang filosofi, bahwa "Belum saatnya dunia tahu, belum seorang manusia Super muncul di bumi, belum saatnya."


Saya berpikir ini akan jadi perjalanan spiritual Clark Kent yang panjang dan sendirian dari Kansas hingga ke Alaska lalu ke Kutub Utara. Bagaimana seorang Clark Kent menjadi Superman, from Zero to Hero. Namun ternyata hancur semuanya dengan trailer ketiga dimana kita melihat Jenderal Zod berteriak-teriak ala Koboi Gila itu.

Ya sudahlah, nama juga film, ini cuma sebuah film.

Ok, mungkin mereka memang memiliki keterbatasan, namanya juga manusia, manusiawi jika nggak bisa melakukan segala hal dengan sempurna.

Iya, tapi untuk seorang imajinatif seperti gw (Wah, betapa percaya dirinya) rasanya di luar sana ada versi lain dari Superman yang ini, selalu ada versi lain selalu dunia paralel yang menyajikan hal yang berbeda dari dunia nyata yang kita lihat sekarang.

Mungkin di dunia paralel kita bisa menonton Man of Steel yang lebih bagus, yang lebih drama seperti cerita Mr. Holmes-nya Ian 'Magneto' McKellen.

Mungkin juga di luar sana ada versi Man of Steel dimana Lex Luthornya diperankan oleh Vin Diesel dan bukannya Jesse Eisenberg. Dan tentu saja mereka tidak tayang tahun 2016 melainkan 2007 yang lalu. What the?

Tapi itulah "its just a movie don't take its so seriously."

Sebagai seorang penulis kadang kita pengen banget bikin sesuatu yang GRANDE tapi masalahnya kita memiliki keterbatasan.

Keterbatasan ruang dan waktu, keterbatasan materi, keterbatasan pendanaan, keterbatasan ilmu pengetahuan, masalah dikejar deadline, masalah artisnya yang belum siap, lalu masalah miscasting, masalah aktornya sudah dikontrak oleh TV lain dan seterusnya.

Dan gw maklum ketika sebuah karya ternyata tidak sesuai dengan yang kita inginkan, bahwa sebagai penulis sendiri -kadang apa yang kita buat terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. "Oh, gw pengen buat komik dengan pertarungan ala Kenshin Himura dan cewek ala Blood+ yang sayangnya gw nggak bisa gambar, bahkan menggambarkannya dengan tulisan pun sangat sulit."

Kadang gw ingin membuat satu cerita tentang persidangan yang elok dan dramatis yang sayangnya gw nggak pernah berada di ruangan pengadilan, dan sekalipun gw menonton siaran langsung persidangan yang gw tonton di TV adalah persidangan yang membosankan.

Lalu saat kita menulis tentang hacker kemampuan kita terbatas, kita nggak tahu apa itu bahasa pemprograman dan kode-kode yang beredar di sana. Dalam kasus ini bagaimana kita bisa membuat cerita ketika kita nggak ngerti apa dan bagaimana bahasanya. Mungkin kita bisa berkhayal tapi khayalan kita jelas terbatas dan kadang bertentang dengan logika aslinya. 

Iya, itulah yang gw alami.

Gw mencoba memakluminya, bahwa setiap penulis memiliki batasan. Nggak peduli apakah dia itu Dan Brown, atau John Grisham, atau J K Rowling ataupun Christopher Nolan.

Semua penulis memiliki batasan, mereka memiliki celah dan kelemahan. Dan itupula yang kita sebut manusiawi, yang syukurnya masih memberi kita harapan untuk berbuat lebih baik lagi daripada yang sudah ada sebelumnya.

Ok, kembali lagi ke masalah diatas melawan keterbatasan.

Gw mencoba menempatkan diri gw jika gw adalah orang yang bekerja di sana, sebagai tim strategi Batman vs Superman: Dawn of Justice.

Kita ingin membuat film ini jadi franchise yang berkelanjutan, franchise yang memberi keuntungan dengan pasti.

Jelas bahwa kita ingin membuat Justice League series, dan untuk membuka cerita itu kita butuh konflik yang kuat.

Kemudian kita mendapati ide itu dari Dark Knight Return karya Frank Miller.

Pertanyaan apakah kita akan membuat seserius ini, pertarungan antara Batman versus Superman?

Pertarungan hidup dan mati, pertarungan penuh dendam. Namun kita berdebat dengan anggota (Tim Strategik) yang lain.

Kita semua sudah tahu ceritanya dari Dark Knight Return, Superman dikalahkan dengan Kriptonite, sudah selesai itu membosankan kita butuh hal yang lain.

Ok, di satu sisi pendapat itu benar, tapi di sisi lain pendapat itu salah. Kemudian anggota tim itu ngotot, bagaimana jika kita masukan Lex Luthor di sana?

Fnck gw bilang, kan sudah ada Bruce Wayne aka Batman kenapa mesti ada Luthor, terus gimana kita bisa membedakan Luthor dengan Bruce Wayne?

Dan si anggota itu bilang, kita buat Luthor jadi karakter yang komikal seperti Gene Hackman.

Nggak, kita nggak bisa seperti itu, karakter itu sudah gak relevan di zaman sekarang.

Kalau begitu kita pakai mode baru, kita pakai Jesse Eisenberg, dia mewakili anakmuda dan dia jenius. Karakter komikal sekaligus high machiavellians psychopath.

Sialnya gw bilang durasi film cuma dua jam, bagaimana kita menggambarkan konflik panjang antara Batman versus Superman, kemudian ditambah dengan Lex Luthor dan monsternya, dan Wonder Women.

Itu sangat tidak mungkin, sekalipun mungkin jika dipaksakan maka hasilnya tidak akan signifikan.

Tapi iya bisnis mesti berjalan dan kita mesti ngejar deadline. Iya dia benar, kita mesti mengejar deadline, dan projek pun berjalan seperti itu, meski dengan setengah hati gw tetap mengerjakannya, dan iya ini tetap keren kok pikir gw meski ada banyak kekurangan.

Sayangnya, gw bukan Zack Synder, dan jika gw Zack Synder dan tetap menjalankan ide itu. Pastinya Batman vs Superman: Dawn of Justice gw bikin jadi dua part, seperti Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno dan Legend End, atau seperti Perahu Kertas part 1 dan 2, atau seperti Comic 8 part 1 dan 2, dan seterusnya.

Bicara tentang membuat sebuah cerita fiksi, ini seperti bermain di atas papan catur yang terbatas enam belas bidak di atas papan delapan kali delapan kotak.

Kadang bidak yang kita punya tinggal beberapa karakter yang pas-pasan, kadang kita kehabisan langkah, dan kadang kita nggak memiliki jalan lain untuk bermain di atas papan kotak-kotak itu. Tapi kita harus tetap bermain, harus tetap melawan keterbatasan itu.
.  .  .

Ilustrasi: telegraph.co.uk

Mengalahkan Superman

By Ftrohx


"Tell me, do you bleed?" begitu kata si Ben Affleck. "You Will,"

Sebenarnya ini bullshit menurut gw, Batman itu bukanlah lawan untuk Superman. Batman hanya bisa menang dari Superman, jika dan hanya jika dia punya kepingan batu Kripton.

Dan jelas faktanya bahwa Batman bukanlah lawan untuk Superman.

Ok, karena itu gw nulis ini, di bawah ini adalah para Superhero Amerika +plus dari negara-negara lain yang seharusnya bertarung melawan Superman.


Pheonix Jean-Grey


Ok, sebelumnya gw ngebayangin Superman versus seluruh anggota X-Men,

Mulai dari Wolverine, Cyclops, Colossus, Icemen, Storm, QuickSilver, Magneto, dan seterusnya. Mereka bertarung habis-habisan tapi tetap mereka nggak bisa membuat Superman berdarah.

Kecuali satu orang Phoenix JeanGrey.

Phoenix adalah mutan terkuat dalam dunia X-Men, jauh lebih kuat daripada Professor X ataupun Magneto. 

Phoenix versi anime bisa mengalahkan Juggernot hanya dengan sekali kibasan sama, sedangkan versi live action yang diperankan Famke Jansen, Phoenix memiliki kekuatan telekinesis hingga level molekul, dimana dia bisa menghancurkan orang menjadi debu hanya dengan satu kedipan mata.

Dengan kekuatan seperti itu, rasanya dia lebih dari cukup untuk membuat Superman berdarah.


Megatron dan Optimus Prime


Selain genk-nya X-Men, gw juga suka berkhayal, bagaimana jika Genk Transformers bertarung melawan Superman

Ok, jelas memang sulit untuk mengalahkan Superman sekalipun Genk Transformers terbuat dari Baja yang lebih kuat daripada Titanium.

Namun meski begitu gw yakin salah satu serangan dari mereka bisa membuat Superman berdarah, entah tembakan meriamnya Megatron atau Kapak Lasernya Optimus, apalagi jika dibantu sama Terminator T-800

Memang pukulan Terminator tidak bisa melukai Superman, tapi baterai-nya yaitu Nuklir yang ada di dada mereka gw rasa cukup untuk membuat Superman berdarah.


Thor dari Avengers



Kita sudah lihat pertarungan Thor mulai dari film pertamanya kemudian Avengers, kemudian film kedua, dan Avengers Age of Ultrons.

Tapi kenyataannya Thor belum mengeluarkan kekuatan yang sesungguhnya. Kekuatan palu dan petir yang dia gunakan selama ini sebenarnya nggak lebih dari 5% kekuatan aslinya.

Dia serial animasinya Thor bisa menggunakan seluruh kekuatan petir yang ada di seluruh langit dan menyatukan kekuatan petir itu dengan palu,Kekuatan aslinya yang dapat menghancurkan apapun, mulai dari mulai dari Benteng Terbang-nya Shield hingga pesawat Star-Trek

Gw lupa apa nama jurus itu, tapi yang pasti kekuatan sebesar itu lebih dari cukup untuk membuat Man of Steel berdarah


Hancock - Will Smith



Bicara tentang Hancock, ok dia bisa terbang, dia punya kecepatan tinggi, dia punya kekuatan super.

Dia adalah mitologi, banyak yang menyebutnya sebagai Dewa, tapi dia memiliki kelemahan yaitu jika dia dekat dengan sesamanya dengan bangsa Super-nya juga maka kekuatannya akan melemah.

Jujur gw nggak tahu sebenarnya siapa yang lebih kuat, apakah Superman berkulit putih Clark Kent atau Manusia super berkulit Hancock.

Tapi setidaknya mereka pasti akan bertarung dengan cukup seru.


Gandalf the White Wizard


Gw punya pertanyaan simple apakah Gandalf bisa membuat Superman berdarah.

Ok, Gandalf berhasil mengalahkan Balrock si Iblis Api Raksasa yang menguasai seluruh negeri bawah tanah bekas para Dwarf.

Gandalf yang berhasil selamat dan berubah menjadi White Wizard, apakah kekuatan Supranaturalnya bisa membuat Superman berdarah.

Asli gw penasaran dengan kekuatan Gandalf apakah dia punya trik-trik lain, misalkan serangan petir putih dari Tongkatnya atau Sabetan pedangnya yang berubah menjadi cahaya.

Gw rasa Gandalf bisa lebih dari itu.


The Great Wizard Dumbledoor



The Great Wizard of Hogwarth Dumbledoor, Sang Kepala Sekolah Sihir di Inggris yang memegang The Elder Woond.

Dumbledoor bisa dengan segala ilmu sihirnya bisa membuat Superman berdarah.

Mungkin tidak, kalau begitu kita tambahkan Harry Potter dengan Pedang Grifindoor-nya.

Jika masih tetap tidak berdarah maka kita tambahkan Voldermort. Iya, gw rasa kombinasi mereka bertiga bisa membuat Superman setidaknya ngos-ngosan.


Pendekar Tanpa Nama

Menurut gw ini satu-satunya Superhero asal Indonesia yang bisa membuat seorang Superman berdarah.

Pendekar Tanpa Nama dari novel Nagabumi karya Seno Gumilar Adji

Pendekar Tanpa Nama ini memiliki tenaga dalam yang sangat tinggi yang konon bisa menghancurkan apapun.

Dia juga memiliki kemampuan untuk meniru jurus lawan, kemampuan meng-copy yang jauh lebih bagus daripada Sharingan-nya Kakashi Hatake.

Iya, gw penasaran seperti apa kiranya pertarungan mereka.


Naruto dan Sasuke


Sebenarnya gw ingin Son Goku yang bertarung melawan Superman, tapi setelah apa yang kita lihat di Dragon Ball versi Hollywood itu.

Gw berpikir ulang lagi rasanya nggak mungkin Son Goku (versi Hollywood) bertarung dengan Superman.

Karena itu gw memikirkan hal yang bagaimana jika Naruto dan Sasuke yang bertarung melawan Superman,

Naruto mode Sennin dan Sasuke dengan Mata Rinnegan melawan Superman.

Mode Sennin membuat tubuh Naruto menjadi jauh lebih kuat, sangat kuat bahkan senjata apapun tidak dapat melukainya (kecuali Bom Nuklir)

Sedangkan Sasuke dengan mode Rinnegan, dia bisa melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain, dia bahkan bisa teleportasi dari satu titik ke titik lain yang dilihatnya.

Asli gw pengen lihat mereka bertarung, dan yang paling bikin gw penasaran adalah apakah Rasengan dan Chidori bisa membuat Superman berdarah


Neo dari The Matrix


Diantara semua yang gw sebut di atas, sebenarnya pertarungan inilah yang pengen gw lihat di Hollywood Neo vs Superman.

Siapa yang lebih kuat, Neo manusia biasa yang bergerak melawan sistem versus Superman ras Alien Humanoid yang jelas memiliki kekuatan jauh lebih kuat dari apapun yang ada dipermukaan bumi.

Ini baru yang dinamakan Man versus Gods.

Gw bisa membayangkan betapa dramatisnya pertarungan ini, dengan Neo yang hancur dan babak belur dalam pertarungan.

Namun Superman tidak pernah tahu apa yang bisa dilakukan Neo setelahnya.

Dia tidak bahwa tiapkali mati, maka Neo akan bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih daripada apa yang membuatnya mati.


Saturday, November 14, 2015

The Demolished Man

Review by Ftrohx


Ada nggak sih novel yang bisa masuk nominasi Edgar Award, Gold Dagger, dan Hugo Award sekaligus?

Rasanya mustahil kecuali jika elo sendiri yang memulainya pertama kali. Dan iya, di dunia ini ada orang yang cukup bangsat untuk menggunakan prinsip itu, jika lo nggak cukup kuat untuk mengalahkan orang lain (mengalahkan para legenda misalnya), jika lo nggak cukup hebat dalam satu hal, maka buatlah hal yang lain, buatlah jalan lo sendiri. Dan novel ini "The Demolished Man" membuat jalannya sendiri.

Dari judulnya "The Demolished Man" gw sempat keliru dengan "Demolition Man" filmnya Sylvester Stalone. Karena itu sempat gw pikir "Ah, Demolished Man yang itu. Ah, biasa gw sudah tahu isi ceritanya." Tapi, nyatanya gw salah, Demolished Man ini bukan Demolition Man yang itu.



Setting ceritanya memang sama-sama di masa depan, tapi tidak dengan plotnya. Demolished Man 1953 bercerita tentang masa depan umat manusia, dimana kemampuan otak manusia sudah berkembang begitu pesat sehingga kekuataan pikiran seperti Telepati adalah hal yang biasa. Ini seperti masa depan impiannya Professor X atau masa depan dari program Minority Report-nya Tom Cruise, dan kenyataannya Minority Report memang terinspirasi oleh novel ini.

Ok, ketika banyak orang, terutama para petugas hukum (dengan tatanan sosial yang sudah rapih tentunya) memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain termasuk memori, maka hukum akan dijalankan tanpa ada orang yang berbohong, dan ketika ada orang yang berniat atau telah melakukan tindakan kriminal, maka hanya dengan membaca memorinya kita bisa menjatuhkan hukum.

Dunia dimana tidak ada orang bisa berbohong, dunia dimana banyak orang yang memiliki kemampuan membaca pikiran, bagaimana cara elo untuk bisa lolos dari hukum? Jelas sesuatu yang nyaris mustahil bagi elo untuk melakukan tindak kejahatan. Namun pertanyaannya, elo ingin melakukan tindak kejahatan, elo ingin melawan sistem, dan bagaimana elo melawan sesuatu yang mustahil untuk lo kalahkan?

Tentu secara insting -jauh di alam bawah sadarnya manusia ingin melawan, dan ada satu orang di dunia ini yang melawan sistem itu, dan dia berhasil mengalahkannya. Orang itu bernama Ben Reich, atau gw menyebutnya Ben si Kira, Ben si Light Yagami sebelum Tsugumi Ohba menulis Death Note (atau lebih tepatnya sebelum Ohba lahir, Amerika sudah punya Light Yagami) Ben si pemuda yang melakukan hal mustahil dalam dunia Alfred Bester, yaitu melakukan tindak kejahatan pembunuhan kelas 1, yang tidak pernah terjadi dalam dunia Esper selama kurun waktu 70 tahun terakhir.

Ben Reich, orang ini benar-benar bangsat, keparat, gila. Dengan begitu berani dia melakukan pembunuhan berencana di dunia dimana banyak orang memiliki kemampuan membaca memori dan telepati.

Oh iya, sebelum membahas Demolished Man lebih lanjut, gw mesti membahas Inverted Detective Story dan bagaimana bisa cerita ini disebut IDS. Iya, sejak bab-bab awal kita sudah tahu siapa pelakunya, namun pertanyaannya bagaimana si pelaku melakukan aksinya, bagaimana pelaku bisa lolos dari hukum, dan bagaimana seorang detektif memburu pelaku kejahatan yang mustahil. Iya, inilah dunia Inverted Detective Story, kita sudah tahu siapa pelaku tapi bagaimana kita menemukan bukti-bukti untuk menjerat si pelaku.

Bicara tentang EDM, eh sorry salah IDS maksud gw. Pertama kali gw kenal genre ini dari film Perfect Number karya Keigo Higashino, filmnya benar-benar Egh bikin gregetan. Kita sudah tahu siapa pelaku, kita sudah tahu bagaimana dia membunuh korban, tapi permasalahannya adalah bagi pelaku struggle -berusaha untuk lolos dari kejaran hukum. Bagaimana pelaku bisa lolos dari para penyelidik yang menyelidiki dirinya. Dan iya, itu benar-benar menegangkan dan keren, meski pada akhirnya triknya itu benar-benar sederhana, tepat DI DEPAN MATA ELO tapi elo nggak bisa melihat itu.

Ok, jika dibandingkan dengan Perfect Number, jelas Demolished Man sangat jauh berbeda meski masih bermain di area yang sama IDS.

Perfect Number mengambil cerita kehidupan yang sederhana, tentang guru matematik dan tetangganya yang merupakan penjaga toko makanan. Kehidupan kelas menengah di perkotaan, hanya saja yang membuatnya agak rumit adalah masalah cinta buta si guru matematik terhadap tetangga-nya dan si guru rela melakukan apapun untuk melindungi si wanita penjaga toko tersebut. Termasuk membuat manipulasi TKP pembunuhan.

Sedangkan Demolished Man tema-nya sangat Grande, sama Grande-nya dengan Inception-nya Christopher Nolan atau bisa jadi Nolan terinspirasi dari kisah ini Demolished Man? Siapa yang tahu?

DM bercerita tentang Ben Reich di pewaris perusahaan Multinasional -Monarch Utilities and Research, perusahaan global yang sangat besar yang sayangnya sedang berada di ujung kebangkrutan akibat kalah saing dengan perusahaan rivalnya D'Courtney Cartel.

Ini seperti versi terbalik dari Robert Fichers, bagaimana jika Fischers yang justru dalam masalah dan keputusasaan, dan pada zaman itu (thn 1950an) belum ada ide tentang Extraction ataupun Inception. Satu-satunya solusi klasik adalah lo mengeksekusi saingan lo. Tentu saja itu melanggar hukum, pertanyaan selanjutnya setelah korban meninggal bagaimana lo bisa lolos dari hukum, bagaimana lo bisa lolos dari begitu banyak orang yang punya kemampuan membaca pikiran dan telepati.

Dan ternyata kuncinya sederhana, ok gw mulai berspoiler. Ketika seorang pencuri mimpi membuat totem sebagai tongkat penunjuk untuk membedakan antara dunia mimpi dan dunia nyata.

Begitupula dengan yang dilakukan Ben Reich, simple untuk menghindari signal informasi otak lo diekstraksi lo mesti membuat Rhyme (puisi) yang berulang-ulang untuk mengacaukan signal otaknya sendiri, dalam hal ini terlalu banyak informasi di alam sadar sehingga menutupi apa yang bergerak di bawah alam sadarnya. Ok, agak ribet penjelasan, tapi intinya ini adalah sebuah trik kecil yang dalam prakteknya jelas sangat sulit untuk dilakukan, kecuali jika lo memiliki kekuatan mental seperti Raskolnikov atau Light Yagami atau iya Ben Reich sendiri.

Ok, kita sudah tahu siapa penjahatnya, pertanyaannya siapa jagoannya. Jika Light Yagami memiliki L. Lawliet sebagai lawannya atau jika Raskolnikov punya Detektif Porfiry yang memburunya, maka di sini di DM ada Lincoln Powell yang menyelidiki Sang Penjahat Monarch Reich. Lincoln Powell, haduh namanya nggak banget, nama yang cukup buruk dan kurang komersil menurut gw. Iya, meski begitu dia adalah detektif no. 1 di planet DM. Selalu saja kenapa kita bicara tentang detektif dengan huruf awal L. ? Kenapa L. ? Itu yang masih jadi misteri yang belum gw pecahkan.

Sedikit sinopsis tentang novel ini. Bab-bab awal dibuka dengan cerita latar belakang dari Sang Pembunuh Ben Reich, siapa dia, apa pekerjaannya, siapa keluarganya, bagaimana dunianya, serta siapa rivalnya. Namun yang mengejutkan gw, yang jarang gw temukan di novel detektif lain adalah persiapan Ben Reich untuk membunuh rivalnya D'Courtney. Dia melakukan persiapan seperti Dom Cobb melakukan persiapan (dan simulasi) untuk melakukan Inception pada Robert Ficher. Lalu kemudian di bagian tengah pembunuhan terjadi, di sini penulis nggak memberikan detail lengkap, sengaja dia menyisakan beberapa misteri untuk Inverted Detective Story.  Kemudian di sepertiga akhir buku barulah Sang Detektif Lincoln Powell habis-habisan memburu bukti untuk menangkap Ben Reich.

Ada dua point penting yang bikin gw gregetan dengan novel ini. Pertama, Dr. Augustus Tate dia adalah Esper tingkat tinggi yang membantu Ben Reich untuk melakukan aksi pembunuhannya. Dengan Augustus, Ben Reich membuat semacam perisai anti-ekstrasi pikiran terhadap para Esper lain termasuk dari Lincoln Powell. Ok, jika Ben Reich mengingatkan gw dengan Raskolnikov di C n P-nya Doestoyevsky, maka Dr. Augustus ini mengingat gw dengan Prof. James Moriarty di cerita Sherlock Holmes. Jelas jika elo bisa menggabungkan dua tokoh ini dalam satu cerita lo menciptakan sebuah novel yang benar-benar BANGSAT.

Kedua adalah solusi untuk memecahkan kasus yang mustahil ini yaitu "Mass Cathexis Measure". Ok, Lincoln Powell itu karakter yang asli nyebelin sama kayak GUE hahaha, dia melakukan apa yang dia larang sendiri. Mass Cathexis Measure adalah sesuatu yang nggak boleh dilakukan, tapi itu yang dia (Powell) lakukan untuk mengekstrak informasi dari otak Ben Reich.

MCM secara teknik menciptakan dunia ilusi dengan mengumpulkan energi telepati ke satu titik atau lebih tepatnya satu orang (seperti Genkidama-nya Son Goku) namun ini bukan bola energi ini adalah teknik ilusi, seperti Izanami dari Itachi Uchiha. Jadi Powell membuat semacam dunia ilusi Loop tersendiri, dunia yang memutarbalikan logika dengan begitu menakutkan, sehingga orang yang masuk di dalamnya hanya bisa lolos dari dunia tersebut hanya jika dia menyerah dan menerima kenyataan bahwa dia adalah orang yang bersalah. Ok, penjelasan gw agak ribet, tapi memang novel ini cukup BANGSAT ribet untuk ukuran novel buatan tahun 1950an. Iya, bahkan jikalaupun dibikin film di era sekarang gw rasa masih sangat greget.

Ok, konlusi gw untuk novel ini dari skala 5, gw kasih dia point 4.5 bintang. 
.  .  .

Ilustrasi, sumber Goodreads.com

Tuesday, November 3, 2015

Jika James Bond dibuat di Indonesia (2)

By Ftrohx


Menurut gw James Bond bukan sekedar film Action Thriller, karena jika bicara Action Thriller banyak kok film lain di luar sana, yang aksinya, adegan laganya, plotnya jauh lebih bagus daripada Bond.

Tapi apa sih yang bikin Bond itu begitu greget dimata masyarakat? Jelas bukan plotnya, plot itu nomor sekian bagi mereka. Atau istilah Tsugaeda mereka lebih memilih dinamka antar karakter dibanding dengan plot.

Tentu saja yang membuat Bond menjadi seorang Bond bukanlah MI6, bukan badan Intelijen Inggris bukan, gadgetnya ataupun aksi tembak-tembakannya. Yang membuat Bond menjadi Bond (selain pemeran James Bondnya sendiri) adalah... Para Cewek James Bond.

Kembali bagaimana jika Bond dibuat di Indonesia, yang jadi pertanyaan bukan sekedar siapa yang jadi Bond-nya saja, tapi siapa yang jadi para cewek Bond-nya?


Ok, gw punya daftarnya, ada Tara Basro, BCL, Dian Sastro, Nikita Mirzani, Happy Salma, Wulan Guritno, Tamara Blezinsky, Mariana Renata, Chelsea Islan dan Raline Shah.

Pertama Tara Basro, tentu saja. Tara Basro menurut gw adalah cewek Bond tanpa James Bond.

Dari aktingnya, dari karakter-karakter yang dia perankan, gw melihat rasanya dia memang pengen banget jadi cewek Bond. Iya, mungkin itu memang sudah jadi Sex Appeal dia kali. Iya, rasanya Tara memang layak n memenuhi kualifikasi untuk diapa-apain sama siapapun nanti pemeran James Bond versi Indonesia-nya, Hihihi....#peace

Kedua Bunga Citra Lestari, dia mature, dia cukup sexy, dan dia punya aura sendiri yang sering membuat gw penasaran.

Dan tiapkali melihat BCL entah kenapa gw jadi ingat salah satu cewek James Bond di film Tomorrow Never Die, si cewek Ibu-ibu yang membantu James Bond yang sayang keesokan paginya dia ditemukan meninggal.

Lalu Dian Sastro, tentu saja, dia benar-benar memenuhi syaraf sebagai cewek cantik, mature, bohai, sexy, pintar, apalagi yang kurang? Hm, mungkin izin dari suami kali untuk berperan sebagai cewek Bond ! Hahaha...

Nikita Mirzani, cewek ini cukup kontroversial, tapi melihat pengalamannya di beberapa film Comic 8, terus beberapa nama lainnya, gw rasanya sah-sah aja dia bermain di film Bond versi Indonesia, yang pasti Nikita berani melakukan adegan-adegan yang cewek lain nggak berani, Wkwkwk...

Happy Salma, lo tahu apa yang ada dipikiran gw tiapkali ngebayangin Happy Salma, gw pengen megang... dan memeluk dia dari belakangan, depan, atas, bawah, samping kiri dan kanan. Huh, sayang aja dia sudah punya suami T__T hikhik... iya mungkin gw konservatif, selera gw mirip dengan anak-anakmuda di film 5 cm.

Oh iya, gw masih belum jawab kenapa gw pilih Happy Salma, jawaban gw iya lo pasti tahu lah, nggak perlu gw jabarin.

Wulan Guritno, mungkin untuk kasusnya Wulan alasan gw dia memiliki karakter yang hampir sama dengan Dian Sastro, oh iya tiap kali gw nonton videoklip "Pecahkan teka-teki malam" Eros yang jadi soundtrack Gie, gw selalu ngelihat adegan Wulan muda yang berada ciuman dengan Nicholas Saputra. Iya, itu waktu dia masih muda, Wulan sekarang sudah cukup mature, dan menurut gw Bond cocok dengan yang mature seperti ini.

Oh my God, Tamara Blezinsky, entah kenapa Tante Tamara selalu mengingatkan gw sama Famke Janssen aka Jean Grey di X-Men. Oh iya Famke Janssen juga bermain dalam film Bond Golden Eyes sebagai Xenia Onatroff, dan iya dia merah dan sangat panas. Begitupula dengan Tante Tamara, dia itu hot apalagi kalau pakai baju merah.

Huh, gw narik nafas dulu, Huh, tarik nafas panjang hembuskan, tarik nafas keluarkan perlahan. Huh, Mariana Renata, dia adalah artis Indonesia dengan paras berkelas Hollywood, asli harusnya dia sudah berada di Hollywood sekarang melampaui Agnes Mo ataupun Cinta Laura, Mariana Renata tiapkali gw lihat wajahnya gw langsung terbayang dengan wajah Olga Kurylenko si cewek cantik dengan paras bule habis yang pernah main di film Oblivion bareng sama Tom Cruise, Hitman 47, dan lain sebagainya. Oh iya Olga Kurylenko juga pernah main di James Bond bareng Daniel Craig di judul Quantum Solace dimana dia menjadi cewek latin itu.

Iya, Mariana Renata adalah... bukan sebelas-duabelas tapi dia memang kembaran asli dari Olga Kurylenko menurut gw.

Chelsea Islan, mengucapkan namanya otak gw kembali memutar lagu "Writing on the Wall" dari Sam Smith, How do I life? How do i breath? When you're not here I'm suffocated. Jika bicara tentang artis yang paling nggak cocok berkarier di Indonesia, gw pasti akan langsung menyebut namanya. Chelsea Islan dia terlalu bule terlalu cantik untuk jadi orang Indonesia, dan iya dia terlalu berani. Dia berani melakukan hal-hal yang artis cewek lain nggak berani lakukan. Itu bisa dilihat dari track record-nya dari film-film yang dia mainkan sebelumya, selain bermain adegan-adegan serius, menjadi karakter galak, Chelsea juga berani beradegan ciuman. Sesuatu yang Aaaaaaaaa... apalagi pas press-conference tentang video yang katanya nakde itu beredar di internet. Gw melihat betapa miripnya kegarangan Chelsea Islan dengan Lea Seydoux si cewek Bond di film terbaru James Spectre.

"I want to feel love, run through my blood. Tell me is this where I give it all up? For you I have to risk it all"

Raline Shah, berbeda dengan artis-artis yang gw sebut sebelumnya. Raline Shah adalah karakter yang ambisius, namun dia bisa menyembunyikan ambisinya, dia bisa terlihat tenang di segala situasi dan selalu bisa tersenyum riang dihadapan kamera apapun keadaan dibaliknya.

Mungkin karena Raline sendiri memiliki latar belakangan. Hmm, keluarganya yang bangsawan di Medan, dan dia juga pernah mengikuti ajang Putri Indonesia. Sehingga dia memiliki manner, kemampuan menjaga sikap yang baik, kemampuan untuk menjadi humble, dan tenang meski di dalam dirinya bergejolak api yang membakar segalanya. Beuh, kok gw jadi berpuisi hanya dengan membayangkan Raline? Iya, begitulah menurut gw sih, Sah-sah aja jika suatu saat nanti Raline menjadi bintang di Hollywood meski dia nggak jadi cewek James Bond, hahaha... sebenarnya gw rada nggak tega juga jika dia menjadi cewek James Bond, mending jadi cewek gw, bakakakkk... #becanda euy.

Oh iya, ada beberapa nama lain belum gw sebut, Laudya Cintya Bella dan Dewi Sandra. Karier mereka sebagai bintang film di Indonesia sedang menanjak sekarang. Apakah mereka bisa jadi cewek Bond? Hm, mungkin bisa jika James Bond-nya dibuat versi Syar'i di Indonesia, wkwkwk...
.  .  .

Ilustrasi, dari ladepeche.fr

Jika James Bond dibuat di Indonesia (1)

by Ftrohx


Ok, sebelum masuk ke pembahasan, kita mulai dari siapa sih cast Indonesia yang cocok jadi James Bond.

Menurut survei, ada beberapa nama; Abimana, Joe Taslim, Ario Bayu, Vino Bastian, dan Herjunot Ali. Jajaran artis pria teratas plus Ariel Noah (yang jadi pilihan gw sendiri.)

Pertama tentang Abimana, ok perannya bagus di Serigala Terakhir juga di film 3 Alif Lam Mim. Wajahnya, mentalnya, dia cocok untuk bermain film action. Tapi karena belakangan dia sering bermain di film religius menurut gw jelas kita mis-cast.


Kedua Joe Taslim, Bang Bram bilang Joe Taslim cocok loh. Ok, dia memang sangat berbakat, dia menjadi antagonis sekaligus protagonis, dan dia punya pengalaman bermain action di Hollywood. Dia flamboyan, eksklusif, tapi untuk Bond, Bang Joe menurut gw lebih cocok jadi rivalnya daripada jadi protagonisnya.

Lalu tentang Vino, ok dia memang 'Bad Boy', dia punya pengalaman di bidang action thriller, dan dia biasa bermain sebagai pemeran utama. Tapi menurut gw, Vino itu seperti Tiram, dia memang terlihat keras diluar 'Bad Boy', tapi di dalamnya adalah memiliki kelembutan ala Mr Nice Guy. Iya, menurut gw dia lebih cocok jadi karakter detektif seperti L. Lawliet daripada Bond.

Kemudian Herjunot Ali, Ok dibeberapa filmnya belakangan ini, dia bermain dengan adegan ciuman dengan lawan jenis. Pevita, Raline, dan seterusnya. Ok, ada banyak daftar cewek cantik di sana, dan perannya pun belakangan selalu flamboyan, Ferre (Supernova) Zabir (Van DerWijck) dan seterusnya. Ok, dia punya pengalaman dan dia sudah punya image publik, tapi itu saja nggak cukup untuk jadi Bond.

Bond itu nggak dibuat-buat, Bond itu takdir, sesuatu yang tertulis di dalam DNA-nya. Jika bicara tentang Junot, menurut gw dia kasusnya mirip dengan VIno, ada Mr Nice Guy di dirinya, Mr Nice Guy yang coba dia sembunyikan.

Lalu Ario Bayu, ok membayangkan Ario Bayu otak gw langsung memutar lagu "Writing on the Wall" dari Sam Smith. Di banding beberapa nama yang gw sebut sebelumnya, menurut gw Ario Bayu itu aktor yang mukanya paling Indonesia banget.

Tapi lebih dari itu dia punya ketangguhan, dia punya aura Bad Boys, dia punya pengalaman sebagai pemeran utama, dia punya pengalaman di film action serta pengalaman berperan sebagai karakter yang Grande aka Soekarno di film sebelumnya.

Bicara tentang image, iya film pertamanya saja sudah cukup greget dan berhasil membuatnya menjadi karakter Bad Boys yaitu "Catatan Harian Si Boy" lalu beberapa film selanjutnya. Dia membangun image sebagai karakter "Ladies Killer." Lalu di Soekarno, dia menjadi karakter abu-abu yang memilih pilihan-pilihan baik diantara yang terburuk, dan tentu saja dia berpoligami.

Apa yang kurang dari Ario Bayu? Dan jika orang-orang bertanya siapa aktor Indonesia yang cocok sebagai Bond? Maka gw bilang dia adalah Ario Bayu. Tapi itu hanya sebuah pilihan, sebenarnya ada sedikit keraguan gw terhadap Ario Bayu, aktingnya memang bagus, tapi Soekarno tidak begitu sukses. Mungkin sesuatu yang kurang dari Ario adalah faktor keberuntungan, faktor lain diluar dirinya, sesuatu yang tidak dia miliki. Dan menurut gw ada satu nama yang memiliki apa yang tidak dia miliki itu, satu nama artis Indonesia yaitu Ariel Noah.

Ok, jika harus memilih dan memberi rekomendasi, maka dua nama itu yang sangat gw rekomendasikan, Ario Bayu dan Ariel Noah.

Tentang Ario ada pasti sudah tahu kualifikasinya, tapi tentang Ariel, kenapa Ariel?

Ok, bicara tentang Ariel, gw pikir bahwa masih banyak hal yang belum kita eksplorasi tentang dia. Ada sesuatu yang magis menurut gw tentang Ariel, dan jika kita bisa keluarkan hal itu, itu bisa jadi sesuatu "BOOMM!" besar.

Contoh saat di film Laskar Pelangi -Sang Pemimpi, di saat kita melihat Arai dewasa, betapa mengejutkannya bahwa itu adalah Ariel. Meski dia cuma berkata "Hoi Boi, apakabar Boi?" tapi kita akan selalu mengenang itu.

Dan tentu saja, Ariel sukses membangun image-nya, bukan bukan, bukan image.

Gw ingat teori dari George Smiley bahwa pekerjaan Intelijen adalah membangun legenda, iya dia benar, membangun legenda jauh-jauh lebih baik daripada sekedar membangun image. Entah, apakah legenda itu benar atau bohong, yang kita tahu pasti bahwa legenda akan terus tertanam dan hidup di masyarakat.

Iya, kita tahu semua legendanya, Ariel seorang artis yang berkencan dengan banyak wanita cantik, ada belasan nama dalam daftarnya, yang lain bilang puluhan, dan semua yang ada di sana ada nama-nama artis perempuan paling top paling cantik yang ada di Indonesia.

Image bisa luntur, tapi legenda itu akan dikenang banyak orang, meski seburuk apapun atau sekonyol apapun legenda itu. Tapi dalam kasus Ariel dia tidak konyol dia keren euy, Hahaha... semua cowok pastinya ingin seperti dia.

Oh iya, jangan lupakan Nicholas Saputra dan Reza Rahardian, kalian pasti protes jika dua nama ini nggak gw masukan dalam daftar. Nicholas Saputra, dia lebih cocok jadi Rangga daripada James Bond, sedangkan Reza Rahardian, gw nggak pernah kepikiran kalau dia berperan sebagai James Bond,

Nb: kenapa dua nama ini nyaris gw lupakan, mungkin karena gw bukan fans-nya mereka, Hahaha...
.  .  .

Ilustrasi, dari exclaim.ca

Saturday, October 24, 2015

Perspektif

By Ftrohx


Bicara tentang perspektif, gw selalu ingat dengan Ratatoulie, adegan-adegan akhir dimana Igor si kritikus makanan datang ke restoran dan meminta dimasakan makanan.

Si pelayan bertanya apa yang ingin dia pesan, tapi si Igor bilang. "Berikan saya perspektif, perspektif," -"Apa itu perspektif? Saya tidak mengerti?" ucap si pelayan. -"Masaklah apapun makan akan saya berikan perspektif," ujar Igor dengan sangat marah.

Mengingat Ratatoulie gw ingat dengan si tikus kecil yang beradu mental melawan seorang kritikus makanan itu -Igor, dan mengingat Igor gw ingat gambar yang dipasang di sebuah laman artikel di blog-nya Fandi Sido, artikel yang bicara tentang kritik terhadap sebuah karya literature.



Mereka bilang bahwa tiap orang memiliki perspektif yang berbeda, sesuatu yang relatif katanya tergantung melihat dari pandangan mata siapa, tergantung juga dengan pengetahuan dan pengalaman dari orang yang melihat objek itu.

Semakin banyak pengalaman akan sesuatu maka kita biasanya akan kritis terhadap sesuatu itu. Semakin banyak kita makan-makanan Itali misalnya, semakin kita tahu tentang Spagetti atau Pizza maka ketika ada orang baru yang memasak Spagetti atau Pizza, secara insting kadang kita ingin mengkiritisinya. Pizza-nya kurang keju atau sauce tomat-nya terlalu asam atau rotinya kurang mengembang dan seterusnya.

Bicara tentang Perspektif, gw menulis ini karena gw melihat trailer Death Note yang baru beserta dengan kritiknya. Banyak orang yang langsung mengkritiknya bahkan sebelum dia menonton serial.

Ok, nggak banyak yang bisa diharapkan dari trailer, tapi setidaknya trailer menjadi petunjuk sebagus apa filmnya akan berjalan.

Tapi dalam situasi gw, sering gw nonton trailer-trailer film yang sangat bagus, terutama trailer-trailer film Hollywood. Namun kemudian, ketika gw nonton filmnya secara utuh, mereka berada dibawah ekspektasi gw, atau bisa gw bilang kenyataannya -filmnya tidak sehebat trailernya.

Apalagi ketika trailernya aja jelek, dalam hal ini kita membicarakan tentang Death Note 2015

Sering gw bicara di Sosmed "Sudahlah, Death Note sudah tamat -nggak usah di remake lagi, sudahlah hasilnya pasti akan mengecewakan para penggemar yang sudah menonton sebelumnya." Tapi mereka beralasan. "Kali ini Life-Action akan sesuai dengan naskah asli dari Tsugumi Ohba."

Lah tetap saja menurut gw, kita semua sudah tahu jalannya cerita untuk apalagi diceritakan ulang, apa nilai plus yang bisa ditambahkan. Kenyataannya, iya ketika kita melihat trailernya kita nggak melihat ada nilai plus dari Death Note 2015. 

Ok, ini sih bukan serial Death Note, ini anak-anak Cosplayer yang bermain drama tentang Death Note.

Ok, terutama tentang L. Lawliet -menurut gw jelas dari penampilannya dia sangat tidak cocok apalagi senyumnya yang begitulah, jelas dia lebih cocok bermain jadi Cosplayer-nya L. daripada berperan sebagai L. Lawliet.

L. itu seorang freak, seorang Nerd, seorang yang fokus dan berdedikasi pada pekerjaannya, atau mengutip kata Tsugaeda memiliki wajah dengan kantung mata yang seolah sudah bertahun-tahun melupakan tidur. Tapi bocah di Death Note 2015 ini, dia tidak seperti itu, fisiknya terlalu lemah dan mukanya terlalu cantik untuk jadi seorang detektif.

Ok, itu aja yang bisa gw lihat. Namun mereka beralasan, anak-anakmuda generasi sekarang banyak yang belum nonton Death Note karena itu harus dibuat Death Note yang mewakili generasi yang sekarang.

Tetap menurut gw sama aja, mungkin seperti kata pepatah film bagus akan tetap bagus apapun genre-nya, dan itu juga berlaku sebaliknya.
.  .  .

Ilustrasi, sumber youtube L 2015

Wednesday, October 21, 2015

Bengkel Heri

Cerpen by Ftroh


Heri adalah seorang montir profesional sebuah bengkel mobil mewah di daerah Cilandak. Dia memiliki wajah garang khas seorang montir berkulit coklat gelap membuat tiap orang yang pertama kali bertemu nya selalu mengira dia orang Ambon ataupun Papua padahal aslinya berasal dari Jawa Tengah. Kantung matanya suram menghitam dia masih sangat mengantuk karena kurang tidur.

“Kringgg!” suara telepon membangunkannya dari sofa lapuk.

Dia berdiri dan berjalan perlahan sambil berbicara dengan malas pada seseorang diujung telepon. “Iya, bentar” ujarnya lalu berjalan turun dari lantai dua ke arah gerbang depan.

Seorang teman yang sangat menyebalkan sudah berdiri di depan sana, Azra Lazuardi.


“Sial, gara-gara lo gw harus begadang,” ujar Heri dengan matanya yang berputar ke samping, dia baru menyadari bahwa Azra tidak sendirian, ada seorang gadis cantik yang menemaninya.

“Tapi beres bukan?” tanya Azra lagi.

“Tentu saja enggak, mobil lo itu sudah hancur total, baiknya lo cari yang baru,”

Azra hanya tertawa santai, seolah dia tidak kehilangan apa-apa. “Iya, iya nanti gw akan cari yang baru,”

“Oh, ini kenalkan temanku yang punya bengkel, Heri,” Azra menunjuk kearah gadis cantik yang berdiri di sampingnya yang mengenakan cardigan abu-abu gelap mahal seolah sekretaris dari sebuah perusahaan multinasional.

“Virli,” ujar si gadis cantik dengan ramah sambil menjabat tangan Heri.

Heri terkesima dan terdiam untuk beberapa detik.

“Sory, Azra berlebihan bukan aku yang punya bengkel ini,”

Sambil berjalan menuju mobil yang rusak parah, Heri bicara banyak tentang bengkelnya.

Berapa lama dia bekerja di sana, siapa saja yang pernah menjadi pelanggannya dan seterusnya. Sesuatu yang jelas tidak begitu diperhatikan oleh Virli. Si Gadis lebih terlihat penasaran dengan mobil Azra yang rusak akibat hujan peluru yang menimpa-nya semalam. 

“Wow, seni yang indah,” ujar Virli sambil memutari New VW bettle milik Azra yang terlihat masih utuh kecuali terdapat lubang-lubang peluru seperti aksesori, tempelan yang mewarnai lapisan cat mobil.

Tanpa perlu di analisa detailnya, mereka berdua bisa membayangkan, seberapa hebatnya penjahat yang menyerang Azra, dia menembakan peluru ke bagian depan mobil menembus mesin 4tak nya tanpa memotong selang bensin.

“Now this is something that you didn’t see everyday…”

Mereka tertawa ringan, sekaligus miris melihat blue VW new beetle milik Azra menjadi korban keganasan Sang Snifer di balik bayangan.

Azra sendiri masih terlihat sedih dengan peristiwa yang menimpa mobilnya.

Sambil berjalan memutari New Beetle, Azra dan Virli melihat ada 5 lubang di atas Kap berwarna biru dan 5 lubang lagi menebus kaca film selurus cahaya ke dalam jok mobil.

Dari apa yang terlihat dapat disimpulkan secara langsung bahwa arah tembakan sang snifer adalah diagonal dari arah depan mobil ke belakang. Peluru juga memecahkan lampu hingga menembus ke dalam pelek ban.

“Dari kerusakan nya kemungkinan SASR,” Virli berkata lagi.

“Apa ntuh SASR ?” tanya Heri

“SARS itu singkatan dari Special Application Snifer Rifle, Rifle khusus untuk menembak jarak jauh !” Jelas Azra. Sambil melihat Virli yang memutari  VW nya yang rusak “Aku, sempat melihat arah tembakan nya kemungkinan posisi snifer berada pada 800meter di sebuah Hotel di lingkaran MegaKuningan.”

“Jika benar dugaan kamu jaraknya sekitar 800meter, berarti snifer rifle itu berada dalam Jarak mati yaitu 800 sampai 1200 meter? Maksudku jarak optimum bagi SASR untuk menembak. Harusnya kamu tidak bisa lolos, tapi anehnya kenapa dia tidak membunuh kamu atau Rizal?”

“Ya semalaman aku memikirkan itu juga? Kenapa dia nggak menembak kepalaku aja padahal dia bisa menembaknya. Kamu bisa melihat dari sini akurasi tembakannya," Azra menunjuk ke lubang-lubang di mobilnya. "Dia bisa membuat lubang-lubang peluru tepat diatas kap mesin mobilku tanpa memotong selang bensin-nya, rasanya ini nyaris nggak mungkin terjadi, diantara puluhan ribu kemungkinan sebuah tembakan ke sebuah mobil.”

Iya, Virli bisa membayangkan, seandainya penembakan itu dalam situasi berbeda atau oleh penembak biasa harusnya mobil itu terbakar dan meledak karena peluru-peluru yang jatuh ke sana menciptakan percikan-percikan apa yang harusnya membakar selang bensin.

Tapi ini benar-benar tidak normal, peluru ditembakan ke titik-titik yang jauh dari selang bensin, sebuah tembakan yang mustahil, atau lebih tepatnya menyusahkan si Snifer sendiri. 

“Selain itu pertama kali aku menyadari kami diserang adalah ketika kaleng soda yang ku minum tiba-tiba ditembus oleh peluru nya.”

Heri menaikan alis tinggi-tinggi, seolah menyatakan nggak mungkin.

“Alasan paling simple adalah dia masih membutuhkan kamu untuk sebuah skenario atau dia ingin kamu menemukan dirinya? Psyco always want to be found.”

Azra masih berjalan memutari mobil dengan wajah yang makin serius memperhatikan setiap lubang peluru di Kap mobilnya. Logika nya merasakan hal yang janggal dia melihat dengan jelas bahwa caliber peluru yang menebus tubuh Rizal berbeda dengan caliber peluru-peluru yang melubangi mobil.

Hipotesis-nya, peluru yang melubangi VW new beetle nya adalah caliber .50 BMG yaitu tipe peluru standar yang digunakan dalam berbagai merk SASR. Tapi seandainya Rizal memang terkenal peluru caliber 50 BMG dipastikan kemungkinan dia selamat dan hidup sangat tipis kurang dari 5% jikalaupun dia selamat dengan lubang akibat 50 BMG ditubuhnya dipastikan dia tidak dapat mengerakan lengannya seumur hidup.

Tapi peluru yang menembus Rizal lebih kecil. Azra memeriksa kembali lubang di Jok belakang tempat Rizal tertembak. Lubang itu memang lebih kecil.

Heri mengambil sebuah wadah mangkok dan memperlihatkan peluru nya. Lima buah peluru tajam.

Tanpa basa-basi Virli mengenakan sarung tangan karet dan mengambil satu sample peluru. Dia mendekatkan peluru tersebut ke depan hidungnya. “Spritzer caliber 50 BMG standar untuk snifer rifle tapi ada yang aneh disini. Rasanya peluru ini jauh lebih berat mungkin dua atau tiga kali lebih berat dari normal nya. Aku rasa peluru ini memiliki campuran dari besi dengan titanium dan platinium.”

Dugaan Azra ternyata benar. “Peluru Anti-Terminator ya?”

“Sepertinya sih begitu,”

“Bentar-bentar bagaimana kamu bisa tahu tipe pelurunya hanya dengan menyentuhnya?” tanya Heri seperti orang yang panik.

Azra pun menepuk bahu temannya. “Virli memang begitu, dia itu jenius dan orang jenius selalu songong.”

“Huh,” Si gadis cantikpun melayangkan pukulan nakal ke pinggang Sang Informan.

Sementara, Heri sendiri terlihat menyernyitkan dahi dan menggeleng bingung, dengan begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang tanpa jawaban yang berputar di kepalanya.

“Oiya hampir lupa tadi ada satu peluru yang ukurannya berbeda,” Heri mengambil sebuah peluru dari wadah mangkok plastik “Ini ku temukan di Jok belakang.”

Azra juga mengenakan sarung tangan karet, lalu mengapit peluru tersebut dengan jari nya sambil memutarnya perlahan. Ternyata benar deduksi nya bahwa peluru yang menembus tubuh Rizal merupakan satu peluru yang berbeda dari yang menghujani new Beetle nya. Peluru ini lebih kecil dari caliber yang sebelumnya di genggam Virli.

Dia ingat ada dua caliber peluru yang begitu terkenal dalam dunia snifer yaitu Caliber .50 BMG (12mm) dan Caliber .338 Lapua Magnum (8,6mm). Caliber .50 BMG menjadi terkenal sejak dipecahkannya record dunia snifer pada tahun 2002 saat perang di Afganistan oleh seorang kopral asal Kanada bernama Rob Fuling dengan SASR McMilan Tac-50 menembak sasaran manusia terjauh dengan jarak sasaran 2430 meter.

Kemudian rekor tersebut dipecahkan oleh seorang snifer asal Inggris bernama Craig Harrison pada tahun 2009 dengan jarak jangkauan 2474 meter yang juga masih dalam misi di Afganistan menembak mati sasarannya dengan peluru caliber .338 Lapua magnum. Azra menduga bahwa peluru yang lebih kecil yang menembus tubuh Rizal kemungkinan varians dari caliber .338 Lapua Magnum.

“Coba kulihat,” Virli mengambil peluru ukuran sedang tersebut dari tangan Azra. “Ukuran nya sih caliber 30an hampir sama dengan punya ku ini .32 ACP”

“Serius?”

“Iya coba lihat ini,” Virli mengeluarkan Pistolnya Beretta 3032 Tomcat kemudian melepas magazine nya dan memperlihatkan peluru .32 ACP. Azra ingat penjelasan Virli jauh sebelum peristiwa ini terjadi tentang caliber 32 begitu terkenal sebagai standar peluru untuk pistol wanita, Beretta 3032 Tomcat memang pistol yang umumnya di pakai oleh polisi wanita ataupun para Agen rahasia wanita dalam film-film spionase Hollywood.

“Tapi .32 ACP kan FMJ sedangkan peluru ini tipe spritzer khusus untuk snifer.”

Heri yang tidak mengerti pembicaraan anakmuda di hadapannya itupun ikut menyelah “Sebentar, sprizter itu apa?”

“Spritzer itu istilah keren untuk peluru tajam yang biasa digunakan untuk snifer rifle sedangkan untuk caliber .32 ACP ini kebalikannya FMJ singkatan dari tipe peluru full metal jacket. Peluru tumpul yang biasa digunakan untuk menembak dengan Glock pada jarak menengah.”

Virli tersenyum seolah bangga karena berhasil menguji pengetahuan Azra tentang Ballistics profiling

“Kok kamu tahu banyak sih tentang Ballistics Profiling?”

“Enggak aku nggak terlalu tahu tentang Ballistics Profiling hanya saja aku baru tahu semuanya semalam.”

“Gimana caranya?”

Azra memperlihatkan smartphone nya “Dari sini internet, googling dan Wikipedia.”

Virli hanya menggelengkan kepalanya. Salut dalam hati bahwa sobat lamanya ini selalu bisa membuat keajaiban. Bahkan disaat-saat paling kritis sekalipun, Dia masih mampu untuk berpikir dingin dan mencari informasi yang relevan dengan kasus yang dihadapi.

“Apa mungkin pelakunya orang Pemerintah?” tanya Heri berspekulasi.

“Aku kira tidak,” tanggap Virli.

“Sama,” Azra mengangguk setuju. “Sang pelaku secerdas ini nggak mungkinlah orang dalam lingkar Pemerintahan. Aku rasa dia anakmuda dia suka seni dia gaul and modern. mungkin dia suka main game computer, suka baca manga dan bisa jadi merupakan mahasiswa yang sukses terbaik di akademik maupun di club campusnya.”

“If a person is a show-off it is only because he feels inferior, because he does not feel strong enough to compete with others on the useful side of life,” ucap Virli spontan.

Heri terlihat semakin binggung sedangkan Azra terdiam berpikir sejenak. Dengan wajah yang perlahan cerah dia berkata “Alferd Adler ya?” ujar Azra.

“Behind the superiority complex there’s always be inferiority complex.”

“Iya.” Virli mengangguk.

Si Montir kembali menggeleng tak mengerti. “Maksudnya?”

“Kebanyakaan orang yang awam mengira bahwa superiority complex itu orang genius yang bisa segalanya. Seperti kata Azra tadi; sang penjahat kita ini ingin menunjukan bahwa ‘dia’ bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Dari sini Aku menyimpulkan sang pelaku memiliki sindrom superiority complex. Kenyataannya nggak ada orang yang benar-benar sempurna. Superiority hanya image dibuatnya sendiri karena dia memiliki ketakutan yang sangat akan kecacatan dirinya atau dengan kata lain dibalik inferiority terdapat superiority begitu juga sebaliknya ada superiority didalam inferiority. Semua yang dilakukan hanya topeng untuk menutupi siapa sebenarnya dirinya,” ucap Virli sambil menatap kearah Azra.

“Kok melihat kearahku? Aku memang aneh tapi nggak mungkin berubah menjadi penjahat,” Azra tertawa.

“Iya, lo jadi penjahat di GTA,” ujar si Montir sambil mendengus.

Berbeda dengan orang lelaki di sana, raut wajah Virli tetap memandang peluru itu dengan begitu serius. “Ok, Cukup dengan quiz nya. Peluru ini bukan caliber 32 ACP ataupun caliber 338 lapua magnum. Ini 308 Winchester alias caliber 7,6mm hanya beda satu millimeter dengan lapua magnum. Kamu pasti pernah melihatnya di catalog atau pernah mendengar infonya 308 Winchester dengan Wildcat Cartridge merupakan peluru yang biasa digunakan untuk berburu di Australia.”

Si Montir melihat ke arah Azra.

“Dua peluru dengan caliber berbeda jadi ada dua pelaku yang berbeda? dan Azra Bukan nya beberapa bulan lalu lo berada di Sydney?” ujar Heri.

Azra menaikan alis. “Bentar maksudnya aku yang…”

“Bukan dia lah pelakunya,” Virli memotong pembicaraan. “Aku kenal baik dengan dia kecuali…” Virli melihat ke arah Azra. “Jika kamu punya kepribadian ganda? Sedangkan Snifer rifle yang digunakan kemungkinan besar Cuma satu tetapi dengan caliber peluru yang berbeda. Seperti yang kubilang tadi Wildcat Cartridge maksudku selongsong peluru yang dibuat khusus menyesuaikan dengan ukuran cartridge pada senapannya. Pelurunya tetap 308 winchester tapi dengan ukuran selongsong 50 BMG. Sehingga dapat digunakan pada snifer rifle ukuran 50 BMG.”

“Benar-benar luar biasa Tuan Putri,” ujar Sang Informan sambil memberi salut.

Heri membulatkan mata, dia masih bingung, dalam hati bertanya-tanya sendiri bagaimana bisa gadis secantik ini tahu banyak tentang pistol dan peluru, benda-benda berbahaya yang rasanya nggak mungkin dimiliki oleh gadis secantik dia.

“Jadi apa yang akan kalian lakukan?” tanya Heri lagi.

“Kami akan menelusuri orang-orang yang hobi menembak dengan Wildcat Cartridge terutama yang ada di Jakarta?”

“Bagaimana caranya terlalu banyak orang yang hobi menembak di Jakarta?”

Virli mengembang senyum. “Tenang aja, aku tahu nama-namanya, aku kan juga ikut klub menembak di Senayan, aku kenal orang-orang yang bisa membantuku dari klub tersebut.”
.  .  .


Nb: Ini cerpen lama, saya buat sekitar 4 tahun yang lalu.

Waktu saya masih lugu dan belum tahu apa-apa tentang dunia menulis (meski sekarangpun masih belum tahu banyak)

Monday, October 19, 2015

Apa itu artis International?

By Ftrohx


Apa itu artis International? Apa definisinya? Apa ukurannya? Apa standarnya sampai seorang artis layak disebut Go International? Kemudian apa Go International itu penting? Semua begitu rancu terutama jika bicara dari sudut pandang orang Indonesia?

Gw bicara tentang hal ini karena di bulan ini ada yang heboh, pertama Frankfurt Book Festival dimana Indonesia menjadi tamu kehormatan dan banyak penulis Indonesia yang hadir di sana.

Kedua tentang Agnes Monica yang kembali ke Jakarta.

Agnes Monica terkenal dimedia dengan kehebohannya pernyataannya bahwa dia ingin jadi artis Indonesia pertama yang Go International.

Padahal kita tahu, sebelumnya jelas sudah ada penyanyi Indonesia yang menembus ranah International yaitu Anggun C Sasmi yang menembus pasar musik Prancis, kemudian ada Sandi Sandoro di Jerman, dan musisi lainnya lagi yang menembus pasar di negara lain melalui jalur indies.

Tapi untuk Agnes, definisi Go International adalah menembus pasar Amerika, menembus sesuatu yang major dan prestige di sana. Kenapa Agnes berpikir seperti itu, karena jelas dia adalah generasi 90an/2000an yang tumbuh bersama dengan MTV Indonesia. Untuk anak-anakmuda yang tumbuh di generasinya Go International adalah menembus pasar Amerika.

Ok, kenyataannya ada kok, beberapa artis Indonesia lain yang sudah Go International sesuai dengan definisi itu -menebus pasar Amerika, seperti Joe Taslim, Iko Uwais, Ray Sahetapi dan teman-temannya yang lain. Tapi kenapa image/brand Go International itu justru lebih melekat pada Agnes?

Pertama karena image yang dibangun oleh media, dan kedua jelas karena masalah pro dan kontra-nya.

Kenapa bisa terjadi Pro dan Kontra, ini tentu saja karena sikap Agnes sendiri. Berbeda dengan artis-artis lain yang saya sebut namanya di atas. Mereka menembus pasar luar negeri namun mereka tidak dibesar-besar oleh media seperti apa yang terjadi dengan Agnes.

Kedua, mereka meski sudah menembus pasar luar negeri mereka tetap terlihat ramah dan membumi, tetap terlihat sebagai orang Indonesia. Sedangkan Agnes dia dibangun oleh generasi MTV yang terobsesi dengan mereka yang jelas dalam berbahasa iya dia MTV banget. Sementara teman-teman alumni The Raid justru terlihat sebagai orang biasa.

Ketiga keangkuhan di depan kamera dan paparazi. Berbeda dengan artis-artis lain yang lebih ramah pada media, Agnes justru terlihat menjaga jarak atau lebih tepatnya membuat tembok pada media dan serbuan wartawan. Paradoks dengan ego-nya sendiri yang ingin disorot media sebanyak-banyaknya.

Ini dikritik oleh banyak teman-teman media terutama MalesBangetDotCom yang terang-terangan mengkritik dia dengan cukup sarkas.

Ok, keangkuhan di depan para wartawan bukan hanya dilakukan oleh Agnes, Dian Sastro pun juga melakukannya.

Di banyak kesempatan dia bukan hanya menghindari sorotan kamera dan pertanyaan para wartawan, tetapi dia juga menganggap mereka semua tidak ada. Atau apa istilah, dia seolah berada di dimensi yang lain yang berbeda dengan orang-orang biasa, padahal kenyataannya dia tetap masih menginjak bumi.

Bukan hanya para wartawan yang mengkritik, para artis lain pun juga banyak yang mengkritik. Dia memiliki kelompoknya sendiri, dunianya sendiri, meski kenyataanya dia masih berada di ranah yang sama.

Tapi untuk kasusnya Dian Sastro, ego-nya masih dapat diterima banyak orang dibanding dengan Agnes Mo. Mungkin karena Dian nggak menyatakan secara langsung ke media-media tentang impiannya untuk Go International atau mungkin Dian juga menyadari batasan dirinya atau iya mungkin dia lebih realistis dengan karier dan keluarganya.
.  .  .

Saturday, September 26, 2015

Semuanya Saling Terkait

By Ftrohx


Gw kembali menonton film Social Network tadi sore, film tentang bagaimana Mark Zuckerberg membangun Facebook, bagaimana dia putus dengan kekasihnya serta konfilk dengan sahabat-sahabatnya.

Menonton bagian awalnya gw menemukan tulisan "Kirkland 2003" saat Mark masuk ke gedung asramahnya. Ok, tahun 2003, apa yang terjadi dengan gw ditahun itu.

Iya, gw masih SMA, masih nggak tahu kemana masa depan akan membawa gw dan orang-orang disekitar gw. Kita masih berpikir tentang bersenang-senang dan nggak pernah serius dengan banyak hal.

Oh iya, Gw ingat seorang yang pamer buku tahunan SMA diangkatannya, angkatan tahun 2003. Iya, di zaman itu buku tahun benar-benar BOOMING, benar-benar prestige. Buku tahunan atau dalam bahasa Inggris-nya Facebook. Nyaris semua SMA negeri di Jakarta punya Facebook alias Buku Tahunan. Dan beda dengan negara-negara lain dimana buku tahunan siswa berkesan datar, monokrom, hitam-putih.

Di Indonesia, terutama Jakarta buku tahunan anak SMA itu berwarna seperti majalah. Bukan hanya memapar kelas dalam bentuk list sederhana, kami di sini memiliki tema masing-masing untuk setiap kelasnya. Berwarna-warni, bergaya, seperti sebuah majalah fashion yang mencolok secara visual, bahkan mereka juga menggunakan para desainer visual profesional untuk mengurusi buku tahunan siswa. Iya, seperti SMA 70, dan konon memang trend buku tahunan dimulai oleh SMA 70 dan menyebar kemudian ke SMA-SMA lain di Jakarta.

Iya, itu di zamannya, awal-awal tahun 2000an.

Kemudian banyak orang yang berpikir, bagaimana jika buku tahunan dibuat versi CD atau DVD atau dibuat online saja sekalian? Iya, masa itu internet mulai Booming dan buku tahunan versi online memang ide yang sangat-sangat bagus. Banyak orang yang punya ide seperti itu pada masa itu. Namun ide hanyalah ide jika tak dapat diwujudkan.

Orang-orang ini punya ide brilliant, tapi kebanyakan dari mereka nggak punya algoritmanya untuk ke sana.

Iya, gw sendiri dulu gw juga sempat kepikiran, bagaimana jika buku tahunan dibuat versi online-nya saja, dibuat misalnya di situs SMA 90 sehingga ketika kita sedang butuh informasi, butuh sebuah nama, kita nggak perlu susah-susah nyari buku tahunan dari angkatan di tahun sebelum-sebelumnya.

Bicara tentang Facebook, pertama kali gw kenal Facebook itu di tahun 2007, dulu Facebook nggak seperti sekarang, dulu Facebook seperti mesin games cinta dengan tampilan latar belakang silver dan monokrom seperti sebuah tembok.

Gw berpikir bahwa ide Facebook sama seperti Friendster hanya saja tampilan 'Arsitektur' Facebook jauh lebih bersih dan pada saat itu masih sangat eksklusif seperti Instagram yang dulu hanya bisa diakses melalui I-Phone, namun sekarang dengan browser Mozilla lo sudah bisa buka Instagram.

Ide yang sederhana tapi nggak semua orang punya algoritma untuk itu.

Gw jadi ingat sebuah novel action thriller berjudul Digitarium, idenya adalah membuat sebuah novel yang besar dan penuh aksi, namun justru mereka tidak sampai kesitu, memang novelnya penuh aksi tapi tidak menjadikan dia novel yang besar.

Bicara tentang ide lainnya, gw jadi ingat Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Iya, selain Facebook atau Buku Tahunan Siswa, kata 'Supernova' juga sangat terkenal di anak-anak SMP dan SMA seangkatan kami.

Kami mengenal Supernova dari buku Fisika SMP dan SMA, dia bab tentang Tata Surya; Planet-planet dan Matahari itu. Di laman itu mereka membahas tentang Supernova, sebuah ledakan besar yang terjadi dikala Matahari sudah tua dan tidak mampu menopang dirinya sendiri.

Kami akrab dengan istilah itu "Supernova" dan begitu mengejutkan ketika kami kelas 1 SMA dan muncul novel best seller berjudul Supernova. Rasanya aneh, kenapa sebelum-sebelumnya nggak ada orang yang kepikiran untuk membuat novel berjudul Supernova, kenapa di saat kami beranjak SMP dan SMA disaat kami belajar FIsika tentang Tata Surya, tentang Planet-planet dan Matahari tiba-tiba bersamaan dengan itu muncul novel berjudul Supernova. Sangat aneh seolah itu berkaitan dengan angkatan saya sekolah di awal tahun 2000an.

Sayangnya, ketika gw membuka isinya, semua tidak seperti yang gw harapkan.

Supernova buku dengan sampul warna hitam dan gambar Matahari biru itu, di dalam benak saya adalah buku Science Fiction seperti Star Wars atau mungkin Final Fantasy. Karena pada saat itu Final Fantasy IX lagi populer-populernya dikalangan anakmuda yang gaul. Yuna si Mahadewi dengan simbol air, dan Tidus si pemain bola yang punya kekuatan elemen petir. Sebuah cerita yang luar biasa. Apalagi disusul dengan hebohnya Hollywood yang bekerjasama dengan Jepang membuat Final Fantasy Spirit Within dengan Larc en Ciel yang mengisi soundtrack-nya. Iya, gw sempat berkhayal Supernova seperti itu, atau mungkin seperti Science Fiction modern seperti Divergen, Maze Runner, atau Hunger Games atau karya Post Apocalypse lainnya. Sayangnya tidak.

Untuk sebuah novel dengan judul yang Grande dan cover yang Spektakuler, dan muncul pada masa keemasan para pembaca Indonesia. Sangat disayangkan novel itu tidak seperti yang kami harapkan. Supernova adalah novel drama dengan bumbu rumusan fisika quantum dari seorang pria bernama Ruben (entah Ruben siapa? Karena dia nggak punya nama belakang) Dan cerita tentang perselingkuhan Rana dengan Ferre, yang begitu ironi dimana penulisnya benci dengan sinetron tapi dia justru membuat drama ala sinetron. Iya, begitulah.

Kadang gw berpikir, mungkin ada versi lain dari Supernova, bukan Supernova Dee Lestari, tapi Supernova versi seseorang di luar sana yang sesuai dengan ekspektasi gw. Iya, harusnya Indonesia dengan segala kekayaannya bisa melahirkan anakmuda yang bisa menulis jauh-jauh lebih baik daripada Twilight ataupun Hunger Games.

Mengingat kembali apa yang terjadi di tahun itu.

Gw ingat Ojek mulai menjamur, di sudut-sudut kota, di pertigaan atau perrempat, di depan gerbang sekolah semua ada tukang ojek. Namun pada saat itu nggak ada satu orang pun yang kepikiran bahwa di masa depan akan ada Ojek yang bisa dihubungi via Online. Nggak ada yang kepikiran bahwa Ojek bisa dimanajemen dalam satu perusahaan, bisa menjadi begitu fenomenal.

Iya, nggak kepikiran. Dulu yang gw pikirkan tentang masa depan adalah dunia yang bebas polusi, bebas dari bahan bakar fosil, dan seterusnya. Yang gw pikirkan tentang masa depan adalah mobil terbang dan seterusnya. Sayangnya, itu tidak pernah terjadi di dunia nyata. Yang ada sekarang adalah kemacetan makin parah, dan muncul Ojek Online.
.  .  .

Friday, September 11, 2015

Bicara tentang Edward Nygma

by Ftrohx


Gw membayangkan semua musuh Batman, adalah semua yang ada diatas meja seorang seniman.

Ada setumpuk deck kartu yang berserakan, lalu ada kartu joker yang sangat mencolok di sana. Ada boneka penguin kecil yang digunakan sebagai pemberat kertas.

Kemudian ada balsem urat Bane, boneka kucing hitam dengan pita merahnya, novel Alice in Wonderland dan sebuah buku teka-teki silang. Di sana juga ada kertas bergambar sulur, sebuah topi jerami usang, sekotak balok es kecil, sekotak tanah lihat playdoh, dan sebuah koin bergambar wajah di kedua sisinya.

Idenya simple, sesuatu yang biasa kita lihat sehari-hari dibuat menjadi simbol dari para karakter penjahat super. 

Membuka lembar-lembaran lama di internet, gw melihat bahwa semua musuh Batman (diawal-awal kemunculannya pada thn 1940an) semuanya persis sama. Mau itu karakter Joker, Penguin, ataupun Riddler. Pekerjaan mereka sama yaitu merampok sebuah bank kecil, lalu kebiasaan mereka juga sama meneror warga sipil, dan kemudian mereka tertawa dengan sama-nya dikala mereka berhasil menjebak Batman,

Yang membedakan mereka hanyalah kostum dan make-up yang mereka pakai saat melakukan aksi kejahatan. Iya, se-simple itu.

Namun dalam perkembangannya, mereka menjadi tidak sama lagi, mereka tidak sesederhana yang dulu. Kini mereka semua di upgrade sesuai dengan kebutuhan zaman. Mereka semakin rumit, semakin kompleks dengan ciri khas mereka masing-masing.

Dan salah satu favorit gw dari semua penjahat-penjahat itu adalah The Riddlers atau Si Tanda Tanya berbaju hijau itu.

Menurut wikipedia, dia diciptakan pada tahun 1948 oleh Bill Finger dan Dick Sprang, pertama kali muncul pada DC Comics edisi ke 140. Namun sekarang, Riddler berubah dari seorang badut konyol berpakaian hijau yang suka tebak-tebakan menjadi karakter pembunuhan berantai yang jauh lebih pintar daripada Hannibal ataupun Bone Collector.

Jika kembali ke masa itu, bisa dibilang Riddler ibarat Zodiac Killer sebelum Zodiac muncul dikehidupan nyata orang Amerika. Kadang gw berpikir Riddler bisa jadi inspirasinya, seorang pembunuhan yang begitu arogan dan pintar hingga berani meninggalkan petunjuk yang rumit yang menantang para penyelidik kepolisian untuk memecahkannya.


Riddler versi Batman Animated Series



Bisa dibilang Riddler ini adalah versi favorit gw. Disini Riddler berbeda dengan versi Jim Carey di Batman Forever yang suka ngelawak tapi nggak lucu.

Riddler bukanlah badut, dia seorang intelek sekaligus pembunuh berdarah dingin. Dia terobsesi untuk membongkar rahasia-rahasia Batman, termasuk menantang intelektualitas sang Dark Knight.

Riddler suka mengajukan pertanyaan filosofi ke Batman terutama tentang "Apa itu realita? Apa nyata dan apa yang tidak nyata?" Seolah dia menyatakan bahwa selama ini Batman tidaklah nyata melainkan hanya sebuah karakter tontonan anak-anak.

Versi Animated Series nyaris tanpa lelucon. Bahkan penulis skenario-nya sendiri bilang  "his character often made story plots too long, too complex or too bizarre," Dan dia sebisa mungkin tidak menggunakan karakter Riddler apalagi saat itu target market dari Batman Animated series adalah untuk kalangan remaja.

Hal yang paling gw ingat dari Riddler Animated series adalah disaat dia menjebak Batman masuk ke dalam dunia digital, di sini Batman seperti karakter video games dimana dia harus menang dari satu level ke level selanjutnya hingga bertemu Riddler si Boss utama, dan gw ingat waktu itu Riddler menantang Batman untuk memecahkan sebuah Rubic Raksasa.

Iya, mungkin gara-gara Riddler Rubic menjadi populer dan terkenal di era itu.


Riddler versi Batman Forever


Ok, premisnya dia adalah seorang jenius yang kecanduan akan informasi, kecanduan akan energi dari otak manusia.

Sayangnya premis itu tidak dieksekusi dengan bagus, dan Edward Nygma alias Riddler justru menjadi badut yang memiliki kelakuan seperti Joker di film Batman pertamanya Tim Burton.

Untuk ukuran gw pada saat itu masih anak-anak gw sempat berpikir, iya film ini lumayan bagus, banyak warna-warna yang ngejreng, banyak permainan tata cahaya ala panggung teater, soundtrack Kiss From a Rose dari Seal-nya KEREN, dan seterusnya.

Tapi ketika gw mencoba mengingat Riddler apa yang keren dari dia? Apa yang dia lakukan pada Batman? Rasanya nggak ada yang signifikan. Riddler mengirimi pesan ke Bruce Wayne, pesan-pesan berbentuk puisi aneh dari potongan huruf dan kertas acak.

Kemudian dia merampok bank, lalu dia menjadi pengusaha produk televisi 3-D, visual reality atau semacam produk TiVo gitulah. Yang ternyata merupakan alat berbahaya yang mengambil informasi sekaligus energi dari otak penontonnya. Lalu dia menculik pacarnya Batman membuat jebakan dan skenario yang konyol lainnya. Gw agak lupa pokoknya semacam itulah.

Yang pasti Riddler versi Jim Carey ini membuat kesan buruk gw pada karakter Batman selanjutnya.


Riddler versi The Batman


Di sini Riddler kembali ke jalan yang benar, dia nggak lagi menjadi pelawak yang garing. Di sini menjadi Rock-star dalam masalah teka-teki dan intelektualitas.

Secara penampilan Riddler diubah cukup ekstrim menjadi mirip Marilyn Manson. Berambut gondrong dan berpakaian ala Rock-star. Sikapnya pun berubah menjadi karakter yang dingin dan tidak aktraktif.

Sementara untuk masalah plot, Riddler kali ini adalah seorang Professor di bidang neurologi yang menciptakan sebuah alat untuk meningkatkan daya kerja otak manusia.

Sayangnya alat tersebut malah menyebabkan bencana pada eksperimen awalnya. Membuat otak pemakainya meledak. Kemudian seorang pengusaha kaya-raya meminta penemuan tersebut yang sayangnya dia tolak.

Lalu terjadi sabotase, dan seterusnya dan seterusnya yang menyulitkan Edward Nygma, belakangan diketahui bahwa sabotase itu dilakukan oleh pengusaha yang menginginkan penemuannya tersebut. Nygma pun berusaha untuk membunuh si pengusaha tersebut yang sayangnya dihalangi oleh Batman.

Di versi ini The Riddler bukan hanya memiliki kecerdikan diatas rata-rata musuh-musuhnya Batman, namun dia juga memiliki kekuatan telekinesis, telepati, dan semacamnya yang biasanya dimiliki oleh orang berkuatan otak super.


Riddler versi Arkham Series



Di sini Riddler adalah seorang hacker dengan wajah kasar penjahat biasa, dan berpakaian ala turis di pantai.

Riddler versi Arkham ini banyak dikritik orang karena perannya yang tak sesuai, terlalu minor, terlalu kecil, dan tidak begitu memiliki dampak apa-apa terhadap kehidupan Batman. Iya, tentu saja karena karakter penjahat utamanya adalah Joker. Di serial ini tidak ada yang lebih dominan, dan tidak ada yang lebih jenius daripada Joker.

Tapi meski begitu Riddler versi Arkham memiliki sejarah sendiri, di Arkham Origins diketahui bahwa Riddler adalah anggota unit Cyber Crime dari Gotham City Police Departement yang terobsesi dengan teka-teki. Lalu muncullah Batman makhluk bertopeng paling misterius di Gotham. Membongkar identitas Batman menjadi tantangan tersendiri bagi Riddler yang sangat menyukai teka-teki, lebih dari itu dia juga menantang intelektualitas Batman dengan jebakan-jebakan dan teka-teki.

Sedangkan di Arkham City, Riddler berperan sebagai karakter sejenis Jigsaw versi Gotham, karakter yang menantang Batman untuk memecahkan teka-teki yang jika dia tidak berhasil maka nyawa orang-orang yang disandera akan mati.


Riddler versi Gotham series


Inilah serial Batman yang selama ini saya cari, serial yang membawa Edward Nygma aka Riddle-Man ke jalan yang benar. Setelah selama ini Riddler menjadi karakter minor yang kalah populer dibanding dengan Joker.

Di sinilah Riddler ditempat dengan sangat sesuai, sang master kriminal yang menjadi lawan terkuat Batman, sang ahli teka-teki yang sangat cerdas yang membuat Batman mendapatkan julukan sebagai The World Greatest Detective

Seperti yang saya bilang diatas bahwa saya benci dengan Riddler versi Jim Carey, Riddler di versi Batman Forever itu lebih mirip badut-badut bawahannya Joker dibanding dengan seorang Riddler. Riddler seharusnya adalah karakter yang dingin namun juga agresif. Dia memang tidak kuat secara fisik namun secara kecerdasaan dia bisa mengalahkan siapapun kecuali Sang Dark Knight. Dan di Gotham series syukurnya mereka berhasil menerjemahkan Riddler itu.

Edward Nygma adalah seorang pemuda cerdas yang bekerja di tim forensik Gotham Police Departement, dia sangat cerdas dan terobsesi dengan teka-teki. Kasus-kasus kriminal adalah permainan teka-teki baginya, dan semakin rumit sebuah kasus maka semakin antusias dia mengerjakannya.

Sayangnya, meski sebagus apapun hasil pekerjaannnya, tetap dia tidak dihargai oleh rekan-rekan di kepolisian, apalagi oleh atasannya yang selalu mengabaikan dirinya. Meski semua orang tahu dia adalah orang hebat, namun semua orang tetap mengucilkannya dengan alasan dia adalah karakter yang culun.

Beda dengan Nygma versi-versi sebelumnya yang tidak jelas bagaimana latar belakangnya dia menjadi Riddler, di sini di versi Gotham mereka membuatnya dengan cukup detail.

Edward Nygma memiliki trauma tersendiri, trauma yang membuat dirinya berkomunikasi dengan cara berteka-teki, semuanya diputar seperti kubus rubic acak. Hingga akhrinya dia masuk ke kepolisian dan permasalahan komunikasi itu terus terbawa.

Di kantor pun dia memiliki kisah lain yaitu jatuh cinta dengan seorang staff di bagian kearsipan GPD. Dia jatuh cinta yang sayangnya terus ditolak dan ditolak, si cewek sendiri pun belakang memiliki pacar seorang perwira tampan nan angkuh. Si Perwira yang suka menyakiti si cewek.

Kemarahan dan kebencian terus tumbuh di hatinya, hingga pada suatu kesempatan Edward Nygma meledakan semuanya dengan membunuh si Perwira tampan yang merupakan pacar dari cewek yang dicintainya. Semua kemarahan itu terlampiaskan dan dari situlah muncul Persona lain dari dirinya, Persona seorang Riddler penjahat paling jenius yang ada di Gotham City.

.  .  .