Tuesday, December 8, 2015

Melawan Keterbatasan

By Ftrohx


Sejak trailer terbaru Batman vs Superman: Dawn of Justice keluar.

Begitu banyak perdebatan di laman social media saya. Banyak yang kecewa karena tidak seperti yang mereka harapkan. Mungkin mereka memang benar, harusnya tidak seperti ini.

Dahulu saya juga sempat berpikir seperti itu. Harusnya Superman -Man of Steel nggak melibatkan Jenderal Zod. Asli Zod menurut saya adalah salah satu karakter antagonis terburuk dalam sejarah Hollywood.

Ok, saya paham mereka mencoba melakukan re-boot seperti Batman Begins.

Dimana di filmnya Om Nolan itu, mereka langsung mengeluarkan Ras Al-Ghul musuh terberat Batman di episode pertama. Jelas Batman Begins sukses dengan itu, namun sayangnya sangat-sangat disayangkan mereka menggunakan formula itu Superman yang jelas tidak berhasil.



Asli saya berharap lebih pada Man of Steel episode 1 dimana trailer pertamanya bicara tentang filosofi, bahwa "Belum saatnya dunia tahu, belum seorang manusia Super muncul di bumi, belum saatnya."


Saya berpikir ini akan jadi perjalanan spiritual Clark Kent yang panjang dan sendirian dari Kansas hingga ke Alaska lalu ke Kutub Utara. Bagaimana seorang Clark Kent menjadi Superman, from Zero to Hero. Namun ternyata hancur semuanya dengan trailer ketiga dimana kita melihat Jenderal Zod berteriak-teriak ala Koboi Gila itu.

Ya sudahlah, nama juga film, ini cuma sebuah film.

Ok, mungkin mereka memang memiliki keterbatasan, namanya juga manusia, manusiawi jika nggak bisa melakukan segala hal dengan sempurna.

Iya, tapi untuk seorang imajinatif seperti gw (Wah, betapa percaya dirinya) rasanya di luar sana ada versi lain dari Superman yang ini, selalu ada versi lain selalu dunia paralel yang menyajikan hal yang berbeda dari dunia nyata yang kita lihat sekarang.

Mungkin di dunia paralel kita bisa menonton Man of Steel yang lebih bagus, yang lebih drama seperti cerita Mr. Holmes-nya Ian 'Magneto' McKellen.

Mungkin juga di luar sana ada versi Man of Steel dimana Lex Luthornya diperankan oleh Vin Diesel dan bukannya Jesse Eisenberg. Dan tentu saja mereka tidak tayang tahun 2016 melainkan 2007 yang lalu. What the?

Tapi itulah "its just a movie don't take its so seriously."

Sebagai seorang penulis kadang kita pengen banget bikin sesuatu yang GRANDE tapi masalahnya kita memiliki keterbatasan.

Keterbatasan ruang dan waktu, keterbatasan materi, keterbatasan pendanaan, keterbatasan ilmu pengetahuan, masalah dikejar deadline, masalah artisnya yang belum siap, lalu masalah miscasting, masalah aktornya sudah dikontrak oleh TV lain dan seterusnya.

Dan gw maklum ketika sebuah karya ternyata tidak sesuai dengan yang kita inginkan, bahwa sebagai penulis sendiri -kadang apa yang kita buat terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. "Oh, gw pengen buat komik dengan pertarungan ala Kenshin Himura dan cewek ala Blood+ yang sayangnya gw nggak bisa gambar, bahkan menggambarkannya dengan tulisan pun sangat sulit."

Kadang gw ingin membuat satu cerita tentang persidangan yang elok dan dramatis yang sayangnya gw nggak pernah berada di ruangan pengadilan, dan sekalipun gw menonton siaran langsung persidangan yang gw tonton di TV adalah persidangan yang membosankan.

Lalu saat kita menulis tentang hacker kemampuan kita terbatas, kita nggak tahu apa itu bahasa pemprograman dan kode-kode yang beredar di sana. Dalam kasus ini bagaimana kita bisa membuat cerita ketika kita nggak ngerti apa dan bagaimana bahasanya. Mungkin kita bisa berkhayal tapi khayalan kita jelas terbatas dan kadang bertentang dengan logika aslinya. 

Iya, itulah yang gw alami.

Gw mencoba memakluminya, bahwa setiap penulis memiliki batasan. Nggak peduli apakah dia itu Dan Brown, atau John Grisham, atau J K Rowling ataupun Christopher Nolan.

Semua penulis memiliki batasan, mereka memiliki celah dan kelemahan. Dan itupula yang kita sebut manusiawi, yang syukurnya masih memberi kita harapan untuk berbuat lebih baik lagi daripada yang sudah ada sebelumnya.

Ok, kembali lagi ke masalah diatas melawan keterbatasan.

Gw mencoba menempatkan diri gw jika gw adalah orang yang bekerja di sana, sebagai tim strategi Batman vs Superman: Dawn of Justice.

Kita ingin membuat film ini jadi franchise yang berkelanjutan, franchise yang memberi keuntungan dengan pasti.

Jelas bahwa kita ingin membuat Justice League series, dan untuk membuka cerita itu kita butuh konflik yang kuat.

Kemudian kita mendapati ide itu dari Dark Knight Return karya Frank Miller.

Pertanyaan apakah kita akan membuat seserius ini, pertarungan antara Batman versus Superman?

Pertarungan hidup dan mati, pertarungan penuh dendam. Namun kita berdebat dengan anggota (Tim Strategik) yang lain.

Kita semua sudah tahu ceritanya dari Dark Knight Return, Superman dikalahkan dengan Kriptonite, sudah selesai itu membosankan kita butuh hal yang lain.

Ok, di satu sisi pendapat itu benar, tapi di sisi lain pendapat itu salah. Kemudian anggota tim itu ngotot, bagaimana jika kita masukan Lex Luthor di sana?

Fnck gw bilang, kan sudah ada Bruce Wayne aka Batman kenapa mesti ada Luthor, terus gimana kita bisa membedakan Luthor dengan Bruce Wayne?

Dan si anggota itu bilang, kita buat Luthor jadi karakter yang komikal seperti Gene Hackman.

Nggak, kita nggak bisa seperti itu, karakter itu sudah gak relevan di zaman sekarang.

Kalau begitu kita pakai mode baru, kita pakai Jesse Eisenberg, dia mewakili anakmuda dan dia jenius. Karakter komikal sekaligus high machiavellians psychopath.

Sialnya gw bilang durasi film cuma dua jam, bagaimana kita menggambarkan konflik panjang antara Batman versus Superman, kemudian ditambah dengan Lex Luthor dan monsternya, dan Wonder Women.

Itu sangat tidak mungkin, sekalipun mungkin jika dipaksakan maka hasilnya tidak akan signifikan.

Tapi iya bisnis mesti berjalan dan kita mesti ngejar deadline. Iya dia benar, kita mesti mengejar deadline, dan projek pun berjalan seperti itu, meski dengan setengah hati gw tetap mengerjakannya, dan iya ini tetap keren kok pikir gw meski ada banyak kekurangan.

Sayangnya, gw bukan Zack Synder, dan jika gw Zack Synder dan tetap menjalankan ide itu. Pastinya Batman vs Superman: Dawn of Justice gw bikin jadi dua part, seperti Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno dan Legend End, atau seperti Perahu Kertas part 1 dan 2, atau seperti Comic 8 part 1 dan 2, dan seterusnya.

Bicara tentang membuat sebuah cerita fiksi, ini seperti bermain di atas papan catur yang terbatas enam belas bidak di atas papan delapan kali delapan kotak.

Kadang bidak yang kita punya tinggal beberapa karakter yang pas-pasan, kadang kita kehabisan langkah, dan kadang kita nggak memiliki jalan lain untuk bermain di atas papan kotak-kotak itu. Tapi kita harus tetap bermain, harus tetap melawan keterbatasan itu.
.  .  .

Ilustrasi: telegraph.co.uk

No comments:

Post a Comment