Tuesday, December 22, 2015

Star Wars: The Force Awaken

Review by Ftrohx


Gw berharap lebih tapi sayangnya film ini dibawah ekspektasi gw.

Ada beberapa hal yang mengecewakan tentunya. Beberapa point yang tadinya sangat-sangat gw harapkan dari trailer yang gw tonton.


Ada ribuan Stormtroopers berbaris, ribuan orang menghadap kearah Sang Jenderal pada pidato besarnya. Dari adegan di trailer ini gw berharap lebih.

Apalagi dibanding dengan Star Wars prequel di tahun 2000an itu. Star Wars: Phantom Manace dimana terjadi pertempuran yang cukup besar antara para pasukan robot versus alien berwajah bebek itu.

Kemudian begitupula di Attack of the Clone, mereka buat pertempuran besar-besar antara para droid melawan para pasukan Republic yang dibuat dari Kloning seorang tentara bayaran.

Meski prequel itu dibuat dengan teknologi CGI yang tidak sehebat sekarang, tapi pertempuran-pertempuran mereka sangat membekas di diri gw dan pastinya para penonton Star Wars di era itu.

Tapi di Force Awaken, sayang sekali, sayang sekali pertempuran darat seperti itu tidak ada.



Gw berusaha untuk nggak spoiler tapi tulisan ini pasti akan ngeluarin banyak SPOILER, jadi iya terserah ente mau lanjut ke bawah atau nggak.

Ok, gw mencoba berpikir positif, mungkin mereka ingin mengembalikan Star Wars ke masa kejayaan dulu, ke versi cerita aslinya Star Wars Trilogy: New Hope, Empire Strike Back, dan Return of the Jedi.

Mungkin mereka ingin kembali ke sana jadi mereka mengurangi pertempuran-pertempuran kolosal seperti di Star Wars tahun 2000an.

Seperti orang-orang yang sudah pada komen di Sosmed dan media-media lainnya, bahwa "Star Wars kali ini kok rada-rada mirip dengan Star Wars: New Hope ya?" Dan baru menontonnya tadi malam, rasa gw sangat setuju dengan pendapat mereka.


Iya, begitu banyak kemiripan, apalagi dengan adegan dimana mereka membandingkan Planet markas musuh mereka dengan Death Star yang dulu itu, hanya saja kali ini lawan mereka memiliki senjata yang jauh-jauh lebih besar.

Dan kembali persis sama dengan New Hope, sesuatu yang sangat-sangat besar itu dihancurkan oleh hanya beberapa pasukan kecil.

Mungkin ini resikonya ketika lo memiliki senjata yang sangat-sangat namun lo tidak menjaga keamanannya.

Atau seperti kritik daripada anak-anak malesbangetdotcom bahwa Stormtroopers kali ini nggak lebih dari para pasukan minion yang jadi musuhnya Power Ranger.

Mereka berkostum keren tapi gampang dikalahin. Beda sama pasukan di Attack of the Clone yang memang memiliki aura yang kuat sebagai pasukan pemusnah planet. 


Kritik yang lain juga hampir sama, kok pasukan pesawat tempurnya dikit banget, adegan tempurnya juga kurang, jauh lebih baik pertempuran pesawat di Independence Day daripada di sini, asli apalagi mereka membuat sequelnya.

Begitupula jika dibanding dengan pertempuran pesawat di film Star Wars sebelumnya Revenge of the Sith, pertempuran pesawat mereka jauh-jauh lebih baik, apalagi melibatkan armanda yang sangat besar.

Tapi kembali  gw mencoba berpikir positif, mungkin mereka sengaja membuat seperti ini, sengaja menahannya untuk sesuatu yang lebih besar lain di film selanjutnya.


Lalu apa sih membuat gw penasaran untuk menonton film ini secepatnya di bioskop? Tentu saja tidak lain adalah Iko Uwais dan Tim The Raid-nya.

Yang sayangnya dengan sangat-sangat disayangkan cuma muncul sekilas dan menghilang begitu aja.

Tadinya gw berharap lebih, tadinya gw pikir Iko akan muncul sebagai anak buahnya Kylo Ren seperti yang difoto ini.



Kylo Ren dan Genk-nya berpose angkuh layaknya Samurai yang siap bertarung atau Genk anakmuda di film Crow Zero yang siap membantai musuh-musuh dari sekolah lain.

Begitu dramatis, begitu anime banget, sayang Iko bukan anggota Kylo Ren, dan dengan sangat-sangat disayangkan dia muncul di layar kurang dari 30 detik.


Ok, gw coba berpikir ulang lagi, apa sih yang sebenarnya ingin disampaikan oleh J. J. Abrahm melalui film ini. Apa sih yang sebenarnya dia pikirkan?

Kenapa filmnya harus seperti ini? Kenapa dia nggak membuat sesuatu yang spekta, pertempuran kolosal, perangan dengan ribuan orang yang terlibat dan tumpah darah di atas tanah.

Kenapa dia justru membuatnya seperti ini?

Dan melihat kedua karakter utamanya Finn dan Rey, melihat adegan pertempuran akhirnya,

Perlahan gw mencoba memahami apa yang ingin dia sampaikan, bahwa terkadang disaat-saat tersulit, tidak akan ada yang menyelamatkan kita selain diri kita sendiri.


Tidak ada Neo Keanu Revees The Matrix, tidak ada Henry Cavill dari Man of Steel, tidak ada Robert Downey Jr. dan Genk The Avengers-nya, tidak ada Thor yang besar dan tampan, tidak ada si pria metroseksual Kapten Amerika.

Tidak ada Tom Cruise dari IMF, tidak Brad Pitt, Bruce Willis, tidak ada Ewan McGregor, tidak ada Leonardo DiCaprio Inception, tidak ada Christian Bale Bruce Wayne atau Liam Nesson Ras AlGhul. 

Tidak ada pahlawan, tidak Superhero, tidak ada jagoan, yang ada hanya diri lo sendiri, dan lo harus bertarung melawan keputusasaan lo sendiri.


Melawan ketakutan akan kematian dan kehidupan.

Lo harus bertarung melawan orang yang kekuatannya hampir setara dengan mimpi buruk lo "Sang Darth Vader."

Huh, entah kenapa ini mengingat gw dengan projek gw sendiri bersama Putra Perdana, tentang si Fachrie itu dan seterusnya. Haduh, kok gw jadi spoiler projek sendiri.

"Intinya Lo harus BERTARUNG sendiri!" itu pesan yang sangat-sangat tebal yang ditulis J J Abrahm dipuncak filmnya.


Huh, pada awalnya gw berharap akan adanya karakter JAGOAN seperti Iko Uwais, seperti Ewan McGregor ataupun Liam Neeson.

Tapi kenyataannya sampai bab-bab akhir film ini tidak ada karakter jagoannya, ini membuat gw yang nonton sendiri nyaris putusasa, berteriak-teriak sendiri "Mana karakternya jagoannya?"

Dan tidak ada siapapun, kecuali hanya dua orang bocah protagonis di atas itu, yaitu Finn dan Rey.

Hanya mereka yang berada di sana dan harus bertarung melawan Kylo Ren.


Konklusi, film ini gw kasih point 77 skala 100

Bukan film Star Wars yang terbaik, jauh lebih keren Shot Movie-nya Wars of Old Republic yang keluar di youtube thn 2014 kemarin.

Tapi secara ajaib Force Awaken, entah bagaimana berhasil membuat gw melupakan waktu.

Nggak nyangka gw, 2 jam 30 menit rasanya begitu singkat di dalam bioskop. Rasanya begitu RINGAN seolah gw pergi ke sebuah pantai yang belum pernah gw temui.

Gw temui bukan gw datangi. "Ah, itu spoiler!?"
.  .  .

Ilustrasi, sumber youtube.com / trailer Star Wars: Force Awaken

Nb: Oh iya satu lagi, syukurnya Iko Uwais meski hanya sekilas muncul di film tapi mereka memasukan Iko dan teman-teman dalam daftar credit title. Bisa dibilang ini adalah sebuah sejarah baru, dan gw yakin dengan namanya yang masuk di sini, Iko akan dapat projek-projek bagus lainnya di sana.


Friday, December 18, 2015

Asimov, Herbert, and Lucas

By Ftrohx


Ok, judulnya artikel diatas sebenarnya gw ingin tulis Galatic Empire: Asimov vs Dune vs George Lucas.


Isaac Asimov

Asimov sebenarnya nggak asing untuk gw sejak nonton film I-Robot, namun belakangan gw baru baca lagi tentang dia sejak Irfan Nurhadi heboh dengan reviewnya, iya tentu saja gw nggak mau kalah.

Asimov kita mengenalnya sebagai yang terkuat dari tiga Gods Fathers of American Sci Fi (Isaac Asimov, Robert Heilen, dan Arthur C. Clarke)

Asimov itu jenius, sangat jenius karena mampu nulis banyak novel dengan jutaan ribu kata sendirian.

Dia membuat dunia masa depannya sendiri, khayalannya melalang buana jauh hingga kejutaan tahun mendatang. Dimana manusia telah menaklukan seluruh galaksi Bimasakti.

Dia menciptakan alurnya dengan begitu detail dari mulai masa manusia menciptakan Robot yang bisa berpikir seperti manusia hingga ke Galatic Empire dimana jumlah manusia sudah lebih dari Quadrillion (itu nol dibelakangnya sangat banyak)

Dia jenius dia membuatnya dengan sangat detail, masalah economic, masalah sosial, anthropologi, sejarah, peperangan, konflik politik dan seterusnya.

Sayangnya, dengan sangat-sangat disayangkan, seperti yang kita ketahui dia berasal dari generasi pasca-Perang Dunia I Generasi dimana masalah Ras (High Races) adalah sesuatu yang penting. Sebenarnya kasus ini juga terjadi pada dua Gods Father yang lain Robert Heilen dan Arthur C. Clarke.

Dimana mereka menciptakan galaksi yang begitu luas, begitu besar, namun mono-culture. Jumlah mereka Quadrillion namun pemerintah Galatic Empire (yang kemudian diteruskan oleh Foundation dan Second Foundation) membuat kerajaan galaksi begitu boring dan monoton karena kita tahu budayanya cuma copas dari kebudayaan minus masalah religiusnya.

Masalah lainnya adalah masalah penamaan, entah kenapa Asimov terlalu kaku untuk hal ini, dia terlalu Amerika (lebih tepatnya mentok di Amerika thn 1960an) benar-benar mentok. Seolah dia nggak kenal, nama dari bahasa-bahasa lain selain Amerika (atau Romawi atau latin dan semacamnya)

Bayangkan, elo lahir di galaksi dengan jutaan planet dan quadrillion manusia, namun semuanya mono-culture dan mentok di budaya Amerika (tahun 1960an) yang nggak bisa menerima orang kulit berwarna (hitam, sawo, kuning, dst.) Haduh, jelas gw nggak mau tinggal di alam semesta semacam itu.

Oh iya, satu lagi di Galatic Empire versi Asimov, tidak ada alien atau ras lain selain manusia. Ada sih beberapa anomali, mereka adalah manusia -mutan atau makhluk misterius bernama Gaia (sudah mentok disituh.)


Frank Herbert

Huh, gw bersyukur di alam semesta Goodreads ada orang ini, setidaknya dia mengimbangi tiga Gods Father Sci Fi Amerika tersebut.

Frank Herbert menciptakan sebuah novel berjudul Dune. Ok, Dune apa itu? Siapa Dune?

Gw pertama kali mendengar nama Dune justru dari novel Metropolis-nya Windry Ramadhina. Dune si pembunuh bayaran yang bekerja untuk keluarga Johan Al. Iya, si Dune itu.

Dan sangat mengejutkan gw ketika gw meriset Asimov di Goodreads ada link ke laman novel Dune.

Beuh, ini dia yang harusnya gw baca dari dulu.

Dune bercerita tentang sebuah planet padang pasir bernama Dune. Sebuah planet dimana tinggal berbagai Klan dan Faksi berkuasa.

Jika dibanding dengan Asimov yang Diktaktor, Dune dia lebih ke arah Oligarki. Banyak kerajaan-kerajaan kecil dengan budaya dan bahasanya sendiri. Namun mereka punya satu musuh yang sama seorang Tirani bernama Kaisar Saddam iV

Kembali jika Asimov mentok dibudaya Barat dan Latin, Dune dia sedikit jauh melihat ke Timur (dalam hal ini budaya TImur Tengah)

Selain itu jika dibandingkan dengan Asimov yang benar-benar terlalu politik, terlalu kaku kayak pelajaran Tata Negara di SMA. Dune dia lebih bermain dengan mitologi dengan ancient prophecy dengan legenda, fantasy, dan Messiah yang bercampur dengan tema futuristik.

Sejak ribuan tahun yang lalu diramalkan bahwa akan lahir seorang manusia yang mampu menyelamatkan kelangsungan hidup seluruh umat manusia dari politik Galaksi yang stagnan, dan orang itu ada Leto Atredis.

Npvel series Dune terus berlanjut dari 1965 hingga terakhir di tahun 2007 dimana novel tersebut dikerjakan oleh anak dari Frank Herbert yaitu Brian Herbert.

Untuk tahun 1960an menurut gw Dune adalah sebuah dobrakan, dia mendobrak bahwa diluar sana dunia itu jauh lebih luas, dunia bukan hanya Yunani, Romawi, dan Amerika.

Ada orang-orang lain lagi diluar sana, ada Asia Timur, Asia Tengah, dan seterusnya. Mereka memiliki kebudayaan-kebudayaan yang lain, bahasa-bahasa yang lain, dan tradisi-tradisi yang lain. Yang berbeda dan menarik untuk dipelajari.

Dune bisa dibaling menjadi fondasi untuk sebuah karya Galatic selanjutnya yaitu Star Wars.

Oh iya satu tema yang gila-gilaan yang juga dibawa oleh Dune adalah perang besar antara Umat Manusia versus Bangsa Mesin. Perang yang sangat kolosal yang mengubah segalanya dan menciptakan peradaban baru yaitu dunia Dune.


George Lucas

Gw selalu bertanya apa yang akan terjadi di masa depan, apakah manusia bisa menjadi lebih baik, apakah manusia bisa menjadi lebih pintar, apakah manusia bisa berevolusi menjadi makhluk yang lebih kuat.

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi keresahan yang ditulis oleh Frank Herbert dalam Dune karena itu dia menciptakan Bene Gesserit, Mentats, dan Navigator. Tapi untuk George Lucas orang-orang dengan kemampuan di atas manusia normal ini disebut para ksatria Jedi dan Ordo Sith.

Manusia berevolusi, mereka memiliki kecerdasaan lebih bahkan dari komputer sekalipun. Mereka memiliki kekuatan yang melampaui keterbatasan fisiknya, kekuatan yang hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih kini menjadi kekuatan yang umum dilihat seperti telekinesis, telepati, dan seterusnya.

Asli, Star Wars adalah versi advance dari Galactic Empire-nya Asimov dan kekaisaran Dune dari Frank Herbert.

Star Wars memiliki semuanya, kekaisaran Galaksi yang tirani dengan mono-culture nya dengan para ksatria ajaib ala Planet Dune.

Lebih dari itu Star Wars memiliki Darth Vader dengan si Ksatria berjubah hitam yang mewarisi budaya kelam para Jenderal Samurai dari zaman Musashi dan Shogun Edogawa. Juga Kaisar Galaksi dengan jubah hitam dan tudung kepalanya gelap serta jurus petir seperti Zeus dari legenda Yunani.

Dan tentu saja, mereka punya keluarga Skywalker, Yoda, Han Solo, Princess Leia, Queen Amigdala, dan seterusnya.

Star Wars memang pernah dikritik masalah rasial untuk bagian awal, namun makin ke sini kritik itu semakin tidak ada.

Star Wars sekarang jauh lebih universal, jauh menyerap begitu banyak budaya. Mungkin karena memang target pasar bukan hanya Amerika dan Eropa tapi juga Asia dan seluruh penjuru dunia.

Beda dengan Foundations - Asimov yang kaku, Star Wars sebaliknya penuh dengan keajaiban, dan inilah yang orang cari sebuah keajaiban. Orang-orang yang melakukan hal-hal yang mustahil yang melawan keterbatasan fisik dan mental, inilah yang kita harapkan terjadi dimasa depan.

Dunia penuh warna, bertemu dengan makhluk-makhluk ajaib, bertemu dengan alien tidak pernah kita bayangkan bahkan dalam imajinasi dan mimpi-mimpi terliar kita.

Inilah seharusnya kisah penjelajahan galaksi, inilah seharusnya sebuah cerita futuristik.
.  .  .

Tuesday, December 8, 2015

Melawan Keterbatasan

By Ftrohx


Sejak trailer terbaru Batman vs Superman: Dawn of Justice keluar.

Begitu banyak perdebatan di laman social media saya. Banyak yang kecewa karena tidak seperti yang mereka harapkan. Mungkin mereka memang benar, harusnya tidak seperti ini.

Dahulu saya juga sempat berpikir seperti itu. Harusnya Superman -Man of Steel nggak melibatkan Jenderal Zod. Asli Zod menurut saya adalah salah satu karakter antagonis terburuk dalam sejarah Hollywood.

Ok, saya paham mereka mencoba melakukan re-boot seperti Batman Begins.

Dimana di filmnya Om Nolan itu, mereka langsung mengeluarkan Ras Al-Ghul musuh terberat Batman di episode pertama. Jelas Batman Begins sukses dengan itu, namun sayangnya sangat-sangat disayangkan mereka menggunakan formula itu Superman yang jelas tidak berhasil.



Asli saya berharap lebih pada Man of Steel episode 1 dimana trailer pertamanya bicara tentang filosofi, bahwa "Belum saatnya dunia tahu, belum seorang manusia Super muncul di bumi, belum saatnya."


Saya berpikir ini akan jadi perjalanan spiritual Clark Kent yang panjang dan sendirian dari Kansas hingga ke Alaska lalu ke Kutub Utara. Bagaimana seorang Clark Kent menjadi Superman, from Zero to Hero. Namun ternyata hancur semuanya dengan trailer ketiga dimana kita melihat Jenderal Zod berteriak-teriak ala Koboi Gila itu.

Ya sudahlah, nama juga film, ini cuma sebuah film.

Ok, mungkin mereka memang memiliki keterbatasan, namanya juga manusia, manusiawi jika nggak bisa melakukan segala hal dengan sempurna.

Iya, tapi untuk seorang imajinatif seperti gw (Wah, betapa percaya dirinya) rasanya di luar sana ada versi lain dari Superman yang ini, selalu ada versi lain selalu dunia paralel yang menyajikan hal yang berbeda dari dunia nyata yang kita lihat sekarang.

Mungkin di dunia paralel kita bisa menonton Man of Steel yang lebih bagus, yang lebih drama seperti cerita Mr. Holmes-nya Ian 'Magneto' McKellen.

Mungkin juga di luar sana ada versi Man of Steel dimana Lex Luthornya diperankan oleh Vin Diesel dan bukannya Jesse Eisenberg. Dan tentu saja mereka tidak tayang tahun 2016 melainkan 2007 yang lalu. What the?

Tapi itulah "its just a movie don't take its so seriously."

Sebagai seorang penulis kadang kita pengen banget bikin sesuatu yang GRANDE tapi masalahnya kita memiliki keterbatasan.

Keterbatasan ruang dan waktu, keterbatasan materi, keterbatasan pendanaan, keterbatasan ilmu pengetahuan, masalah dikejar deadline, masalah artisnya yang belum siap, lalu masalah miscasting, masalah aktornya sudah dikontrak oleh TV lain dan seterusnya.

Dan gw maklum ketika sebuah karya ternyata tidak sesuai dengan yang kita inginkan, bahwa sebagai penulis sendiri -kadang apa yang kita buat terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. "Oh, gw pengen buat komik dengan pertarungan ala Kenshin Himura dan cewek ala Blood+ yang sayangnya gw nggak bisa gambar, bahkan menggambarkannya dengan tulisan pun sangat sulit."

Kadang gw ingin membuat satu cerita tentang persidangan yang elok dan dramatis yang sayangnya gw nggak pernah berada di ruangan pengadilan, dan sekalipun gw menonton siaran langsung persidangan yang gw tonton di TV adalah persidangan yang membosankan.

Lalu saat kita menulis tentang hacker kemampuan kita terbatas, kita nggak tahu apa itu bahasa pemprograman dan kode-kode yang beredar di sana. Dalam kasus ini bagaimana kita bisa membuat cerita ketika kita nggak ngerti apa dan bagaimana bahasanya. Mungkin kita bisa berkhayal tapi khayalan kita jelas terbatas dan kadang bertentang dengan logika aslinya. 

Iya, itulah yang gw alami.

Gw mencoba memakluminya, bahwa setiap penulis memiliki batasan. Nggak peduli apakah dia itu Dan Brown, atau John Grisham, atau J K Rowling ataupun Christopher Nolan.

Semua penulis memiliki batasan, mereka memiliki celah dan kelemahan. Dan itupula yang kita sebut manusiawi, yang syukurnya masih memberi kita harapan untuk berbuat lebih baik lagi daripada yang sudah ada sebelumnya.

Ok, kembali lagi ke masalah diatas melawan keterbatasan.

Gw mencoba menempatkan diri gw jika gw adalah orang yang bekerja di sana, sebagai tim strategi Batman vs Superman: Dawn of Justice.

Kita ingin membuat film ini jadi franchise yang berkelanjutan, franchise yang memberi keuntungan dengan pasti.

Jelas bahwa kita ingin membuat Justice League series, dan untuk membuka cerita itu kita butuh konflik yang kuat.

Kemudian kita mendapati ide itu dari Dark Knight Return karya Frank Miller.

Pertanyaan apakah kita akan membuat seserius ini, pertarungan antara Batman versus Superman?

Pertarungan hidup dan mati, pertarungan penuh dendam. Namun kita berdebat dengan anggota (Tim Strategik) yang lain.

Kita semua sudah tahu ceritanya dari Dark Knight Return, Superman dikalahkan dengan Kriptonite, sudah selesai itu membosankan kita butuh hal yang lain.

Ok, di satu sisi pendapat itu benar, tapi di sisi lain pendapat itu salah. Kemudian anggota tim itu ngotot, bagaimana jika kita masukan Lex Luthor di sana?

Fnck gw bilang, kan sudah ada Bruce Wayne aka Batman kenapa mesti ada Luthor, terus gimana kita bisa membedakan Luthor dengan Bruce Wayne?

Dan si anggota itu bilang, kita buat Luthor jadi karakter yang komikal seperti Gene Hackman.

Nggak, kita nggak bisa seperti itu, karakter itu sudah gak relevan di zaman sekarang.

Kalau begitu kita pakai mode baru, kita pakai Jesse Eisenberg, dia mewakili anakmuda dan dia jenius. Karakter komikal sekaligus high machiavellians psychopath.

Sialnya gw bilang durasi film cuma dua jam, bagaimana kita menggambarkan konflik panjang antara Batman versus Superman, kemudian ditambah dengan Lex Luthor dan monsternya, dan Wonder Women.

Itu sangat tidak mungkin, sekalipun mungkin jika dipaksakan maka hasilnya tidak akan signifikan.

Tapi iya bisnis mesti berjalan dan kita mesti ngejar deadline. Iya dia benar, kita mesti mengejar deadline, dan projek pun berjalan seperti itu, meski dengan setengah hati gw tetap mengerjakannya, dan iya ini tetap keren kok pikir gw meski ada banyak kekurangan.

Sayangnya, gw bukan Zack Synder, dan jika gw Zack Synder dan tetap menjalankan ide itu. Pastinya Batman vs Superman: Dawn of Justice gw bikin jadi dua part, seperti Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno dan Legend End, atau seperti Perahu Kertas part 1 dan 2, atau seperti Comic 8 part 1 dan 2, dan seterusnya.

Bicara tentang membuat sebuah cerita fiksi, ini seperti bermain di atas papan catur yang terbatas enam belas bidak di atas papan delapan kali delapan kotak.

Kadang bidak yang kita punya tinggal beberapa karakter yang pas-pasan, kadang kita kehabisan langkah, dan kadang kita nggak memiliki jalan lain untuk bermain di atas papan kotak-kotak itu. Tapi kita harus tetap bermain, harus tetap melawan keterbatasan itu.
.  .  .

Ilustrasi: telegraph.co.uk

Mengalahkan Superman

By Ftrohx


"Tell me, do you bleed?" begitu kata si Ben Affleck. "You Will,"

Sebenarnya ini bullshit menurut gw, Batman itu bukanlah lawan untuk Superman. Batman hanya bisa menang dari Superman, jika dan hanya jika dia punya kepingan batu Kripton.

Dan jelas faktanya bahwa Batman bukanlah lawan untuk Superman.

Ok, karena itu gw nulis ini, di bawah ini adalah para Superhero Amerika +plus dari negara-negara lain yang seharusnya bertarung melawan Superman.


Pheonix Jean-Grey


Ok, sebelumnya gw ngebayangin Superman versus seluruh anggota X-Men,

Mulai dari Wolverine, Cyclops, Colossus, Icemen, Storm, QuickSilver, Magneto, dan seterusnya. Mereka bertarung habis-habisan tapi tetap mereka nggak bisa membuat Superman berdarah.

Kecuali satu orang Phoenix JeanGrey.

Phoenix adalah mutan terkuat dalam dunia X-Men, jauh lebih kuat daripada Professor X ataupun Magneto. 

Phoenix versi anime bisa mengalahkan Juggernot hanya dengan sekali kibasan sama, sedangkan versi live action yang diperankan Famke Jansen, Phoenix memiliki kekuatan telekinesis hingga level molekul, dimana dia bisa menghancurkan orang menjadi debu hanya dengan satu kedipan mata.

Dengan kekuatan seperti itu, rasanya dia lebih dari cukup untuk membuat Superman berdarah.


Megatron dan Optimus Prime


Selain genk-nya X-Men, gw juga suka berkhayal, bagaimana jika Genk Transformers bertarung melawan Superman

Ok, jelas memang sulit untuk mengalahkan Superman sekalipun Genk Transformers terbuat dari Baja yang lebih kuat daripada Titanium.

Namun meski begitu gw yakin salah satu serangan dari mereka bisa membuat Superman berdarah, entah tembakan meriamnya Megatron atau Kapak Lasernya Optimus, apalagi jika dibantu sama Terminator T-800

Memang pukulan Terminator tidak bisa melukai Superman, tapi baterai-nya yaitu Nuklir yang ada di dada mereka gw rasa cukup untuk membuat Superman berdarah.


Thor dari Avengers



Kita sudah lihat pertarungan Thor mulai dari film pertamanya kemudian Avengers, kemudian film kedua, dan Avengers Age of Ultrons.

Tapi kenyataannya Thor belum mengeluarkan kekuatan yang sesungguhnya. Kekuatan palu dan petir yang dia gunakan selama ini sebenarnya nggak lebih dari 5% kekuatan aslinya.

Dia serial animasinya Thor bisa menggunakan seluruh kekuatan petir yang ada di seluruh langit dan menyatukan kekuatan petir itu dengan palu,Kekuatan aslinya yang dapat menghancurkan apapun, mulai dari mulai dari Benteng Terbang-nya Shield hingga pesawat Star-Trek

Gw lupa apa nama jurus itu, tapi yang pasti kekuatan sebesar itu lebih dari cukup untuk membuat Man of Steel berdarah


Hancock - Will Smith



Bicara tentang Hancock, ok dia bisa terbang, dia punya kecepatan tinggi, dia punya kekuatan super.

Dia adalah mitologi, banyak yang menyebutnya sebagai Dewa, tapi dia memiliki kelemahan yaitu jika dia dekat dengan sesamanya dengan bangsa Super-nya juga maka kekuatannya akan melemah.

Jujur gw nggak tahu sebenarnya siapa yang lebih kuat, apakah Superman berkulit putih Clark Kent atau Manusia super berkulit Hancock.

Tapi setidaknya mereka pasti akan bertarung dengan cukup seru.


Gandalf the White Wizard


Gw punya pertanyaan simple apakah Gandalf bisa membuat Superman berdarah.

Ok, Gandalf berhasil mengalahkan Balrock si Iblis Api Raksasa yang menguasai seluruh negeri bawah tanah bekas para Dwarf.

Gandalf yang berhasil selamat dan berubah menjadi White Wizard, apakah kekuatan Supranaturalnya bisa membuat Superman berdarah.

Asli gw penasaran dengan kekuatan Gandalf apakah dia punya trik-trik lain, misalkan serangan petir putih dari Tongkatnya atau Sabetan pedangnya yang berubah menjadi cahaya.

Gw rasa Gandalf bisa lebih dari itu.


The Great Wizard Dumbledoor



The Great Wizard of Hogwarth Dumbledoor, Sang Kepala Sekolah Sihir di Inggris yang memegang The Elder Woond.

Dumbledoor bisa dengan segala ilmu sihirnya bisa membuat Superman berdarah.

Mungkin tidak, kalau begitu kita tambahkan Harry Potter dengan Pedang Grifindoor-nya.

Jika masih tetap tidak berdarah maka kita tambahkan Voldermort. Iya, gw rasa kombinasi mereka bertiga bisa membuat Superman setidaknya ngos-ngosan.


Pendekar Tanpa Nama

Menurut gw ini satu-satunya Superhero asal Indonesia yang bisa membuat seorang Superman berdarah.

Pendekar Tanpa Nama dari novel Nagabumi karya Seno Gumilar Adji

Pendekar Tanpa Nama ini memiliki tenaga dalam yang sangat tinggi yang konon bisa menghancurkan apapun.

Dia juga memiliki kemampuan untuk meniru jurus lawan, kemampuan meng-copy yang jauh lebih bagus daripada Sharingan-nya Kakashi Hatake.

Iya, gw penasaran seperti apa kiranya pertarungan mereka.


Naruto dan Sasuke


Sebenarnya gw ingin Son Goku yang bertarung melawan Superman, tapi setelah apa yang kita lihat di Dragon Ball versi Hollywood itu.

Gw berpikir ulang lagi rasanya nggak mungkin Son Goku (versi Hollywood) bertarung dengan Superman.

Karena itu gw memikirkan hal yang bagaimana jika Naruto dan Sasuke yang bertarung melawan Superman,

Naruto mode Sennin dan Sasuke dengan Mata Rinnegan melawan Superman.

Mode Sennin membuat tubuh Naruto menjadi jauh lebih kuat, sangat kuat bahkan senjata apapun tidak dapat melukainya (kecuali Bom Nuklir)

Sedangkan Sasuke dengan mode Rinnegan, dia bisa melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain, dia bahkan bisa teleportasi dari satu titik ke titik lain yang dilihatnya.

Asli gw pengen lihat mereka bertarung, dan yang paling bikin gw penasaran adalah apakah Rasengan dan Chidori bisa membuat Superman berdarah


Neo dari The Matrix


Diantara semua yang gw sebut di atas, sebenarnya pertarungan inilah yang pengen gw lihat di Hollywood Neo vs Superman.

Siapa yang lebih kuat, Neo manusia biasa yang bergerak melawan sistem versus Superman ras Alien Humanoid yang jelas memiliki kekuatan jauh lebih kuat dari apapun yang ada dipermukaan bumi.

Ini baru yang dinamakan Man versus Gods.

Gw bisa membayangkan betapa dramatisnya pertarungan ini, dengan Neo yang hancur dan babak belur dalam pertarungan.

Namun Superman tidak pernah tahu apa yang bisa dilakukan Neo setelahnya.

Dia tidak bahwa tiapkali mati, maka Neo akan bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih daripada apa yang membuatnya mati.