Saturday, September 26, 2015

Semuanya Saling Terkait

By Ftrohx


Gw kembali menonton film Social Network tadi sore, film tentang bagaimana Mark Zuckerberg membangun Facebook, bagaimana dia putus dengan kekasihnya serta konfilk dengan sahabat-sahabatnya.

Menonton bagian awalnya gw menemukan tulisan "Kirkland 2003" saat Mark masuk ke gedung asramahnya. Ok, tahun 2003, apa yang terjadi dengan gw ditahun itu.

Iya, gw masih SMA, masih nggak tahu kemana masa depan akan membawa gw dan orang-orang disekitar gw. Kita masih berpikir tentang bersenang-senang dan nggak pernah serius dengan banyak hal.

Oh iya, Gw ingat seorang yang pamer buku tahunan SMA diangkatannya, angkatan tahun 2003. Iya, di zaman itu buku tahun benar-benar BOOMING, benar-benar prestige. Buku tahunan atau dalam bahasa Inggris-nya Facebook. Nyaris semua SMA negeri di Jakarta punya Facebook alias Buku Tahunan. Dan beda dengan negara-negara lain dimana buku tahunan siswa berkesan datar, monokrom, hitam-putih.

Di Indonesia, terutama Jakarta buku tahunan anak SMA itu berwarna seperti majalah. Bukan hanya memapar kelas dalam bentuk list sederhana, kami di sini memiliki tema masing-masing untuk setiap kelasnya. Berwarna-warni, bergaya, seperti sebuah majalah fashion yang mencolok secara visual, bahkan mereka juga menggunakan para desainer visual profesional untuk mengurusi buku tahunan siswa. Iya, seperti SMA 70, dan konon memang trend buku tahunan dimulai oleh SMA 70 dan menyebar kemudian ke SMA-SMA lain di Jakarta.

Iya, itu di zamannya, awal-awal tahun 2000an.

Kemudian banyak orang yang berpikir, bagaimana jika buku tahunan dibuat versi CD atau DVD atau dibuat online saja sekalian? Iya, masa itu internet mulai Booming dan buku tahunan versi online memang ide yang sangat-sangat bagus. Banyak orang yang punya ide seperti itu pada masa itu. Namun ide hanyalah ide jika tak dapat diwujudkan.

Orang-orang ini punya ide brilliant, tapi kebanyakan dari mereka nggak punya algoritmanya untuk ke sana.

Iya, gw sendiri dulu gw juga sempat kepikiran, bagaimana jika buku tahunan dibuat versi online-nya saja, dibuat misalnya di situs SMA 90 sehingga ketika kita sedang butuh informasi, butuh sebuah nama, kita nggak perlu susah-susah nyari buku tahunan dari angkatan di tahun sebelum-sebelumnya.

Bicara tentang Facebook, pertama kali gw kenal Facebook itu di tahun 2007, dulu Facebook nggak seperti sekarang, dulu Facebook seperti mesin games cinta dengan tampilan latar belakang silver dan monokrom seperti sebuah tembok.

Gw berpikir bahwa ide Facebook sama seperti Friendster hanya saja tampilan 'Arsitektur' Facebook jauh lebih bersih dan pada saat itu masih sangat eksklusif seperti Instagram yang dulu hanya bisa diakses melalui I-Phone, namun sekarang dengan browser Mozilla lo sudah bisa buka Instagram.

Ide yang sederhana tapi nggak semua orang punya algoritma untuk itu.

Gw jadi ingat sebuah novel action thriller berjudul Digitarium, idenya adalah membuat sebuah novel yang besar dan penuh aksi, namun justru mereka tidak sampai kesitu, memang novelnya penuh aksi tapi tidak menjadikan dia novel yang besar.

Bicara tentang ide lainnya, gw jadi ingat Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Iya, selain Facebook atau Buku Tahunan Siswa, kata 'Supernova' juga sangat terkenal di anak-anak SMP dan SMA seangkatan kami.

Kami mengenal Supernova dari buku Fisika SMP dan SMA, dia bab tentang Tata Surya; Planet-planet dan Matahari itu. Di laman itu mereka membahas tentang Supernova, sebuah ledakan besar yang terjadi dikala Matahari sudah tua dan tidak mampu menopang dirinya sendiri.

Kami akrab dengan istilah itu "Supernova" dan begitu mengejutkan ketika kami kelas 1 SMA dan muncul novel best seller berjudul Supernova. Rasanya aneh, kenapa sebelum-sebelumnya nggak ada orang yang kepikiran untuk membuat novel berjudul Supernova, kenapa di saat kami beranjak SMP dan SMA disaat kami belajar FIsika tentang Tata Surya, tentang Planet-planet dan Matahari tiba-tiba bersamaan dengan itu muncul novel berjudul Supernova. Sangat aneh seolah itu berkaitan dengan angkatan saya sekolah di awal tahun 2000an.

Sayangnya, ketika gw membuka isinya, semua tidak seperti yang gw harapkan.

Supernova buku dengan sampul warna hitam dan gambar Matahari biru itu, di dalam benak saya adalah buku Science Fiction seperti Star Wars atau mungkin Final Fantasy. Karena pada saat itu Final Fantasy IX lagi populer-populernya dikalangan anakmuda yang gaul. Yuna si Mahadewi dengan simbol air, dan Tidus si pemain bola yang punya kekuatan elemen petir. Sebuah cerita yang luar biasa. Apalagi disusul dengan hebohnya Hollywood yang bekerjasama dengan Jepang membuat Final Fantasy Spirit Within dengan Larc en Ciel yang mengisi soundtrack-nya. Iya, gw sempat berkhayal Supernova seperti itu, atau mungkin seperti Science Fiction modern seperti Divergen, Maze Runner, atau Hunger Games atau karya Post Apocalypse lainnya. Sayangnya tidak.

Untuk sebuah novel dengan judul yang Grande dan cover yang Spektakuler, dan muncul pada masa keemasan para pembaca Indonesia. Sangat disayangkan novel itu tidak seperti yang kami harapkan. Supernova adalah novel drama dengan bumbu rumusan fisika quantum dari seorang pria bernama Ruben (entah Ruben siapa? Karena dia nggak punya nama belakang) Dan cerita tentang perselingkuhan Rana dengan Ferre, yang begitu ironi dimana penulisnya benci dengan sinetron tapi dia justru membuat drama ala sinetron. Iya, begitulah.

Kadang gw berpikir, mungkin ada versi lain dari Supernova, bukan Supernova Dee Lestari, tapi Supernova versi seseorang di luar sana yang sesuai dengan ekspektasi gw. Iya, harusnya Indonesia dengan segala kekayaannya bisa melahirkan anakmuda yang bisa menulis jauh-jauh lebih baik daripada Twilight ataupun Hunger Games.

Mengingat kembali apa yang terjadi di tahun itu.

Gw ingat Ojek mulai menjamur, di sudut-sudut kota, di pertigaan atau perrempat, di depan gerbang sekolah semua ada tukang ojek. Namun pada saat itu nggak ada satu orang pun yang kepikiran bahwa di masa depan akan ada Ojek yang bisa dihubungi via Online. Nggak ada yang kepikiran bahwa Ojek bisa dimanajemen dalam satu perusahaan, bisa menjadi begitu fenomenal.

Iya, nggak kepikiran. Dulu yang gw pikirkan tentang masa depan adalah dunia yang bebas polusi, bebas dari bahan bakar fosil, dan seterusnya. Yang gw pikirkan tentang masa depan adalah mobil terbang dan seterusnya. Sayangnya, itu tidak pernah terjadi di dunia nyata. Yang ada sekarang adalah kemacetan makin parah, dan muncul Ojek Online.
.  .  .

No comments:

Post a Comment