Friday, September 11, 2015

Detektif tanpa novel detektif

by Ftrohx


Studi kasus, gw kenal dua orang penulis si A dan si B yang membaca begitu banyak novel detektif sangat banyak, ratusan judul novel detektif bahkan yang nggak diketahui ataupun sudah dilupakan banyak orang. Iya, mereka hebat dalam bacaan.

Tapi di sisi lain,  gw kenal satu orang penulis, sebut saja dia  Fn. Dia membaca sedikit novel detektif, dan novel detektif yang dia baca pun bukan novel detektif yang gemilang. Tapi apa yang dia tulis dalam blognya puluhan kali lebih banyak daripada apa yang ditulis si A dan si B.

Si Fn ini hebat, dia menjadi detektif tanpa membaca novel detektif, menjadi penulis fiksi yang lebih banyak menulis daripada membaca cerita fiksi. Tapi meski jarang membaca karya-karya si Fn. ini tetap bagus, dia menunjukan determinasinya di atas penulis-penulis lain.

Selain Fn. saya kenal dengan J. dia seolah penulis wanita, she's kind of monster, dia bisa menulis cerita-bersambung sepanjang 20ribu kata hanya dalam satu malam. Iya, gara-gara si J. saya belajar banyak tentang dunia menulis, dia memiliki determinasi dan potensi yang sangat hebat. Mungkin jauh lebih hebat daripada para penulis tua yang ada sekarang.

Namun kelemahan J. dibanding dengan si Fn. adalah masalah inovasi, Fn jauh lebih inovatif daripada si J. Iya, tiap orang punya batasan.

Ok, apa sih rahasia si Fn.? Gw pun membaca blog lama si Fn. dia penganut ajaran Mind Palace, benar-benar murni Mind Palace, bukan sekedar teori tapi masuk diranah praktek nyata.

Dia menyaring semua informasi yang ingin dia saring, dia bahkan nggak memiliki televisi di rumahnya. Sedangkan untuk informasi dalam bentuk huruf, kata perkata, kalimat, update status social media, dan seterusnya. Dia juga sangat menyaring, dia hanya membuka sesuatu (halaman web) dikala dia perlu sesuatu. Dia mengeliminasi semua hal yang mengganggunya dikala bekerja.

Dan karena pekerjaan penulis adalah 7 hari 24 jam maka selama itu, dia harus bisa menyari semua informasi, dan memenuhi memori dengan informasi-informasi penting yang saling terkait satu dengan yang lainnya. "Aku adalah raja dari istana pikiranku. Aku mengatur semuanya."

Istana pikiran hanya sebuah istilah yang mungkin bisa memotivasi saya dan kalian soal bagaimana kata-kata bisa dipilih dan yang lainnya diabaikan." - begitu katanya.

Fn. adalah karakter yang fokus dengan apa yang dia kerjakan, dia menatapkan target kapan sebuah pekerjaan dimulai dan kapan harus selesai. Fn. juga kadang melakukan kesalahan-kesalahan manusiawi, namun kesalahan-kesalahan itu tertutupi dengan jumlah karya yang dia buat. Iya, itu benar-benar keren. Dan Fn. menjadi motivasi gw kenapa gw harus mengisi blog setiap bulannya.

Membuka lembar-lembaran lama, gw mempelajari lagi kenapa Fn. bisa sehebat itu. Iya, dia membaca apa yang jarang dibaca orang, dia membaca dengan gaya yang berbeda sehingga memiliki pemikiran yang berbeda, pemikiran yang unik menghasilkan tulisan yang unik. Gw pernah melihat dia membuat cerpen dengan judul-judul yang nggak kepikiran orang yaitu dari nama font huruf yang ada di Office Word. Asli itu benar-benar nggak kepikiran dan ceritanya pun juga cerita kriminal.

Selain it Fn juga menulis beberapa artikel dalam bahasa English, sesuatu yang sampai sekarang belum pernah gw lakukan.  Iya, konsistensi dan determinasinya dalam menulis, memotivasi saya untuk menulis dan terus menulis sampai saat ini.

Ok, kembali lagi ke judul awal. Bicara tentang menjadi detektif tanpa novel detektif.

Iya, saya jadi teringat dengan seorang teman SMA saya, adik kelas saya tepatnya. Dia menjadi seorang polisi dan sekarang sudah berpangkat Briptu. Dia bilang. "Gw nggak suka baca buku, karena itu gw memilih menjadi polisi," Sebagai Brigadir Satu selain tugas patroli di jalan, dia juga sering mendapati tugas pengintainya dan penyelidikan bandar. Petualangan ala detektif di TIVI-TIVI begitu ujarnya.

Teman gw ini nggak tahu apa itu istilah surveillance, apa itu analisa forensik, police procedural ataupun masalah locked room. Yang dia tahu hanyalah dia harus mengerjakan tugas yang diberikan. Mengintai si bandar dari jauh lalu kemudian di saat transaksi dilakukan dia dan timnya melakukan penyergapan. "Lagipula siapa yang butuh buku untuk menangkap seorang bandar," begitu katanya.
.  .  .

No comments:

Post a Comment