Monday, June 15, 2015

Terlalu banyak sociopath

by Ftrohx


Dulu jaman 90an dan awal 2000an, orang-orang heboh dengan istilah psikopat. Istilah yang ditujukan tuk orang-orang yang punya kelainan jiwa, dimana mereka memendam begitu banyak dendam dan kemarahan sendiri, kemudian meledakkannya pada waktu-waktu yang tak dapat diprediksi.

Psikopat, mereka selalu bilang, orang itu menyendiri, jarang bergaul, dia lebih banyak di kamar, karena itu dia melakukan hal-hal yang orang lain tidak lakukan.

Para psikopat ini, mereka terobsesi akan sesuatu, dan ketika mereka sudah menempatkan sebuah obsesi, maka bagaimana pun caranya, obsesi itu akan mereka kejar. Misalkan si psikopat suka atau jatuh cinta pada cewek tertentu, maka dia akan mengejar itu cewek habis-habisan. dan kadang melibatkan tindak kekerasan.

Tapi, itu hanya psikopat, mereka memang berbahaya karena tindakan yang sulit diprediksi, dan obsesi yang terlalu berlebihan akan sesuatu. Namun yang jauh lebih berbahaya menurut gw adalah sociopath.

Sociopath, orang-orang hidup seperti orang biasa pada umumnya, mereka berbaur dengan masyarakat, akrab dengan lingkungan, murah tersenyum, mudah menyapa, mereka melakukan hal-hal layak orang Indonesia yang teladan, peduli terhadap sesama, melakukan hal-hal baik, meski terkadang ikutan menggosip dengan ibu-ibu atau tetangga sebelah, tapi mereka tetap terlihat seperti orang baik. Mereka butuh itu tentu saja, untuk menyokong eksistensi mereka, karena mereka adalah Sociopath, seperti nama mereka sendiri 'Socio' mereka makhluk sosial.

Tapi justru dibalik cat putih dari tembok rumah mereka, sesungguhnya mereka adalah makhluk paling bangsat yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Seperti halnya psikopat, sociopat juga tidak memiliki rasa bersalah atas tindakan-tindakan kekerasan yang dia lakukan, kekejaman dan kesadisan ada candu bagi mereka, seperti nikotin atau kafein bagi orang normal, mereka harus melakukan tindak kekerasan, dan tindak kekerasan itu baik bagi mereka, karena mereka menikmatinya.

Mereka tidak bisa keluar rumah sebelum menyiksa korban mereka, dalam hal ini adalah anak-anak kecil yang lemah. Kasus ini bukan terjadi sekali, tapi sudah berkali-kali terus dan terus terekspose media. Sayangnya, terlalu banyak berita serupa membuat kita mudah untuk lupa.

Sebenarnya gw ingin buat judulnya "Keluarga Bangsat"

Ok, kita semua tahu bahwa kasus pembunuhan Angeline di Bali itu membuat kita semua geram. Tapi satu hal yang harus kita sadari bahwa kasus Angeline hanya satu dari ribuan kasus kekerasaan dan pembunuhan pada anak yang terjadi di Indonesia.

Sebenarnya nggak usah jauh-jauh ke Bali dan Angeline, di Jakarta sendiri banyak kasus yang seperti itu. Banyak orang gila namun merasa dirinya seolah waras.

Sebelum kasus Angeline, kita mendengar kasus yayasan piatu asuhan S. dimana pengelolanya justru menjadi anak-anak itu sebagai aset saja, sapi perah atau ayam potong untuk mereka. Anak-anak itu dibuat kelaparan dan hidup susah sementara mereka makan dengan enak dari hasil sumbangan orang-orang kepada yayasan mereka.

Tapi, kasus kematian Angeline, lebih parah lagi.

Keluarga angkatnya, melakukan konfrensi pers, bilang bahwa anak angkat mereka hilang, kabur dari rumah, dan bla bla bla... Seperti cerita fiksi yang sering kita baca di karya-karya Agatha Christie atau Cuckoos Calling-nya J K Rowling. Mereka yang melaporkan kehilangan justru merekalah pelaku.

Bangsat, mereka pikir mereka siapa? Bikin drama seperti itu? Keigo Higashino mungkin berhasil, tapi orang-orang ini.

Saya teringat dengan satu artikel dari penulis gramed, dia menulis bahwa faktanya di sekitar kita lebih banyak orang sakit jiwa yang merasa dirinya tidak sakit jiwa atau tidak mau disebut sakit jiwa.

Mereka menganggap diri mereka waras padahal tidak. Orang-orang ini melakukan tindak kekejaman dan menikmatinya.

Ada perbedaan jelas antara pelampiasan kemarahan dengan menikmati tindakan kekerasan dan kebanyakan justru yang saya lihat di sekeliling saya, para pelakunya adalah wanita. Ibu-ibu yang mengambil peran jahat seperti di sinetron.

Hal ini beneran ada dan fenomenanya ada diantara 1 dari 10 rumah tangga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Awalnya mereka hanya terlihat mengoceh atau mengomeli anak-anaknya, tapi kemudian masalahnya menjadi serius ketika setiap pagi dan sore anaknya selalu diomeli. Lalu intensitasnya pun bertambah dari sekedar mengomeli kemudian melakukan tindak kekerasan. Lebih parah lagi jika anak mereka bukan anak kandung.

Menurut saya, Sociopath jauh lebih berbahaya, bukan hanya karena mereka adalah orang-orang yang manipulatif dan mampu membangun opini publik, tapi juga karena mereka bisa memutar balikan fakta dengan membuat pembenaran atas tindakan yang mereka lakukan, apalagi kalau sudah bawa-bawa pengacara.

Oh iya, satu catatan lagi. Bicara tentang psikopat dan sociopath saya teringat dengan percakapan dengan senior saya, dia bilang perbedaan antara psikopat dan sociopath bukan pada introvert vs ekstrovet, perbedaannya yang riil adalah psikopat melakukan pembunuhan karena dia tidak sadar melakukan pembunuhan, dia mengalami kegilaan, sedangkan sociopat dia melakukan pembunuhan justru karena dia waras dan menikmatinya. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang sociopath mendapat hukuman yang nyata, hukuman yang seberat-beratnya.
.  .  .

1 comment: