Thursday, January 26, 2017

Dibalik Sherlock SS 04 Final Problem

By Ftrohx


Ide dasar episode ini sebenarnya sangat menarik. "Bagaimana jika kasus pertama Sherlock Holmes adalah kasus puncak dari seluruh karir Detektif-nya." Kita semua tahu, bahwa Gloria Scott adalah kasus pembunuhan pertama yang dikerjakan oleh Sherlock Holmes. Kasus dimana terdapat sahabat lama Holmes (sebelum Watson) yaitu Victor Trevor. Darisini, Gatiss dan Tim penulisnya mencoba berimprovisasi.

Ide kasus pertama Holmes adalah kasus puncak Holmes adalah ide yang grande. Tapi bagaimana mengeksekusinya itu adalah sebuah masalah. Mereka kemudian menciptakan Eurus, sosok dari mimpi buruk yang terburuk. Entah legenda ini berasal darimana, seorang gadis kecil yang sangat jenius membunuh seluruh anggota keluarganya. Gatiss mengambil ide ini kemudian menggabungkannya dengan ide Gloria Scott.


"Bagaimana jika Sherlock Holmes kecil bermain bajak laut, siapakah nama panggilan dia," ujar si Kreatif Satu

"Sherlock adalah rambut kuning," ujar si Kreatif Dua. "Yellowbeard, kemudian bagaimana dengan teman kecilnya dikasih nama Redbeard."

"Hei, bentar nama Redbeard terdengar seperti nama anjing," ujar yang lain. 

"Ok kita kasih Sherlock Holmes punya hewan peliharaan yang diberi nama Redbeard."

"Ah, ini kurang rumit, bagaimana jika anjingnya itu hilang."

"Nah, ide bagus itu."

"Kita buat anjingnya itu hilang oleh adik perempuannya sendiri."

"Kita buat Holmes mengalami trauma di masa kecilnya karena anjing-nya dibunuh oleh adiknya."

Mark Gatiss memukul meja. "Ide bagus itu!"

"Tidak, tidak, kita buat dia lebih dari trauma," ujar produser yang lain.

"Lo nonton The Awakening nggak?" ujar si Kreatif Satu. "Filmnya Rebecca Hall, disituh dia mengalami trauma masa kecil. Trauma yang begitu dalam dan menyakitkan, hingga alam bawah sadarnya justru menciptakan memori yang lain atas masa lalunya."

"Maksud lo?"

"Iya, dia menciptakan memori yang lain. Dia terlahir di tempat lain di Afrika, dia keluarga yatim-piatu, dan seterusnya. Padahal nyata-nya dia terlahir di rumah besar itu yang konon sekarang berhantu."

"Brilliant!" seru Gatiss.

"Menciptakan memori lain?"

"Nah itu dia, bagaimana jika ini kita lakukan pada Holmes. Trauma kesedihan yang begitu berat karena kehilangan Redbeard justru membuatnya melupakan Redbeard pernah. Dan bahkan membuatnya lupa pada adiknya sendiri Eurus."

"Benar-benar lupa?"

"Iya, benar-benar dia hilang dari ingatannya sampai kemudian Eurus muncul kembali, Final Problem.  Seolah saat dia menyelidiki tentang Eurus, dia membuka lembaran baru. Padahal sebenarnya, dia justru membuka kotak pandora masa lalunya. Begitu filosofis bukan."

"Lalu tentang Eurus sendiri kita buat seperti apa dia?"

"Kamu nonton Into White Night Keigo Higashino?" ujar si Kreatif Dua.

"Keigo siapa?"

"Keigo Higashino penulis dari Jepang yang masuk nominasi Edgar Award. Film yang sangat bagus loh, bercerita tentang seorang wanita jenius namun dengan masalalu yang sangat buruk. Kejadian-kejadian tragis dimasalalunya membuat dia menjadi pembunuh berantai, monster yang para polisi sebut dengan Byakuyako. Kita semua tahu bahwa dia bersalah tapi kita semua tak pernah bisa membuktikan dia bersalah. Lalu saat para penyelidik semakin dekat dengan kebenaran, justru para penyelidik itu mati satu persatu."

"Wow, ada cerita kriminal seperti itu di Jepang. Tadi saya pikir orang Jepang cuma bikin film horor atau bokep!"

Mereka tertawa.

Namun tidak untuk Kreatif Dua tidak tertawa.

"Superiority Complex itu namanya," ujar Gatiss. 

"Karakter itu terlalu superior, bagaimana bisa Holmes mengalahkannya?"

"Kamu benar, tapi jangan salah coba kamu baca teori psikolog Alfred Adler. Behind the superiorty complex, there's always be inferiorty complex."

"Dia memang sangat kuat, dia memang sangat hebat, namun dibalik itu sebenarnya dia sangat rapuh."

"Kamu tahu setiap orang yang jenius itu punya permasalahan dengan pengendalian emosinya. Mereka seperti istana dari kartu. Satu kartu yang tepat kamu ambil, maka seluruh istana itu runtuh."

"Ok, saya setuju," Gatiss berujar mantap. "Jadi si Eurus ini rapuh, sangat rapuh sebenarnya. Dia butuh pertolongan dan hanya Holmes yang dapat menolongnya. Kalau begitu kita harus menciptakan alegori, metafora dari istana kartu-nya ini.

"Lo tahu, selain jadi Detektif Holmes memiliki cita-cita menjadi Bajak Laut loh."

"Wah, gw baru dengar. Kalau begitu Moriarty punya cita-cita masinis kereta api."

"Ide yang asik ntuh," sahut Kreatif Dua "Lagipula kakaknya Moriarty adalah kepala stasiun kereta api!"

Mereka tertawa.

"Tapi bagaimana dengan Eurus ini?"

"Bagaimana jika pilot pesawat terbang, kita bicara tentang transportasi bukan. Kita punya perahu, lalu kereta api, jadi kenapa tidak pesawat terbang."

"Nah itu dia. Kita buat alegori, bahwa dia adalah seorang pilot."

"Tidak, tidak, tidak. Dia inferiority complex kita buat dia jadi gadis kecil yang terjebak sendirian di dalam pesawat Boeing. Itu akan jadi sesuatu yang luar biasa mengerikan bukan."

"Lo benar, lo benar, ok ketik itu," sahut Gatiss. 

"Terus bagaimana kita memberikan kode itu ke Holmes?"

Kreatif Satu menggaruk dagu. Lalu berteriak. "Kita buat enskripsi, chiper, anak-anak Sherlockian pada suka chiper bukan."

"Ok gw setuju sama lo. Tapi bagaimana kita menyajikan chiper-nya?"

"Melalui lirik lagu, rhima."

"Lalu kuncinya gimana?"

"Tanggal-tanggal, bagaimana jika kita buat pembunuhan berantai dan tanggal-tanggalnya adalah kunci dari rhima tersebut."

"Kelamaan cuy, ini cuma film televisi dengan durasi 1 jam 20 menit."

"Ok, gimana kalau tanggal-tanggal di batu Nisan."

"Nggak, itu nggak mungkin, kecuali tanggal-tanggal itu palsu."

"Batu Nisan yang palsu! Hei, kalian tahu kasus Musgrave ritual, gimana jika kita buat seperti itu saja."

"Musgrave terlalu jauh," ujar si Kreatif Satu

"Itu kisah tentang kotak harta karun di ruang bawah tanah bukan."

"Nah, itu dia bagaimana jika Musgrave adalah rumah Holmes sebelum mereka pindah ke London."

"Bagaimana jika itu rumah masalalunya dan ada Eurus di sana!"

“Ok, ok gw setuju, sekarang kita ketik naskahnya,” ujar si Produser. 

“Sebentar,” potong Gatiss. “Twist utamanya apa? Kita mesti punya utama, lo ingat kan twist di Reichenbach Fall. Twist utamanya Moriarty bunuh diri.”

“Twist utamanya gadis kecil yang terjebak di dalam pesawat itu adalah Eurus.”

“Hei bro, kurang greget itu. Gw yakin banyak orang yang nggak peduli dengan itu.”

“Oh iya, tadi apa yang kita catat di awal. Redbeard itu anak anjing atau apa?”

“Bangsat, itu dia cuy Redbeard. Twist utamanya dia, bagaimana jika Redbeard adalah Victor Trevor sahabat baik Sherlock Holmes dari Gloria Scott.”

“Tidak cuy, Victor Trevor itu mahasiswa nggak mungkin dia main bajaklaut-bajaklautan.”

“Eh inikan Sherlock versi kita, bukan versi Arthur Conan Doyle. Jadi gimana jika Trevor adalah teman TK-nya Holmes, bukan teman kuliahnya.”

“Loe brilliant bangsat!”

“Iya, itu yang bikin dia sangat-sangat trauma. Lo ingat hantu anak kecil di film The Awakening, ternyata dia adalah adik dari si perempuan itu Rebecca Hall. Karena begitu traumatis dia sampai lupa kalau dia punya adik laki-laki. Holmes kita buat seperti itu. Saking trauma-nya kita buat dia bahkan lupa dengan adik perempuannya serta teman kecilnya si Victor Trevor.”

“Wow, luar biasa!”

Rapat selesai dan plot utama cerita dari Sherlock season 4 pun disepakati.

Akhirnya Final Problem jadi seperti yang anda tonton kemarin. Minus aksi Eurus yang hanya sebagai host acara kuis di Sherinford. Jangan salahkan saya, salahkan staff tolol lainnya yang punya ide kuis SAW plus Who Want To Be Millionare yang disewa sama si Producer BBC One. Hahaha..
.  .  .
 

4 comments:

  1. " "Wow, ada cerita kriminal seperti itu di Jepang. Tadi saya pikir orang Jepang cuma bikin film horor atau bokep!"

    Mereka tertawa. "

    wkwkwk ngakak gua, dan sedikit tersinggung byk karya2 favorite gua dari jepang.

    " "Wah, gw baru dengar. Kalau begitu Moriarty punya cita-cita masinis kereta api." "

    wah gua juga baru bener dan gk pernah denger apalagi dia punya kakak

    “Loe brilliant bangsat!”
    buat lo yg nulis ini, lo keren bangsat wkwkw sumpah kreatif bgt

    ReplyDelete
  2. Wah, thanks ya untuk komen,

    Saya jarang dapet komen yang seperti ini, hahaha..

    ReplyDelete
  3. Kereeeeeeenn !!!
    Apa itu seriusan percakapan antara Mark Gattis , Stefan Mofat and Tim ? Wkwkwk
    A
    Jangan-jangan Anda pasang CCTV di kantor mereka hahahaha

    ReplyDelete
  4. @ Lesty, hihihi.. bukan, tulisan di atas itu cuma karangan saya aja, tadinya mau nulis review biasa. Tapi saya pikir ulang mending dibuat bentuk cerpen aja review-nya. Haha..

    ReplyDelete