Friday, April 14, 2017

Belajar menulis dari Sherlock

Episode Satu di Season Pertama
By Ftrohx


Bukan hanya saya, tapi majalah Empire juga menulis bahwa Sherlock BBC One Season 1 adalah yang terbaik dari semua episode Sherlock BBC yang ada pada saat ini. Season 1 benar-benar original, tidak ada tambahan penyedap rasa, tidak ada penyakit mental, ataupun teori konspirasi dan spionase yang absurd. Murni cerita seorang Detektif Independen yang mengejar pembunuh berantai.


Yups, beginilah harusnya Sherlock Holmes dibuat.

Saya menonton episode ini berulang-ulang kali. Dan saya melihat sang penulis Steve Moffat dan Mark Gatiss benar-benar mengerahkan segenap jiwa untuk episode pertama ini. Especially di bagian Sherlock dan si Sopir Taksi berada di perpustakaan kampus. Si Sopir Taksi mengeluarkan pil beracunnya dan Sherlock harus memilih mana pil yang membunuh dan mana yang tidak membunuh. Apapun yang dipilih oleh Sherlock yang tidak dipilih akan diminum oleh si Sopir Taksi.

Lebih dari itu, yang sangat brilliant adalah percakapannya.

Selama saya menonton Sherlock, dan melihat dia berhadapan dengan musuh-musuhnya. Hanya di episode ini dia terlihat begitu tertekan dan tidak tahu apa solusinya. Seandainya tidak ada Watson di sana yang menembak si Sopir Taksi mungkin semesta Sherlock tidak akan sepanjang seperti sekarang, hahaha. Si Sopir Taksi ini benar-benar kuat secara mental. Dia dengan cepat bisa memilih kata-kata yang mematikan. Pertama mulai dari pembukaan, ketika Sherlock bilang bahwa si Sopir Taksi akan tertangkap, si Sopir itu malah bilang. "Anda sebut itu resiko," dia lalu mengeluarkan pil beracunnya. "Inilah yang namanya resiko."

Bangsat!!

Dialog-dialognya benar-benar dibuat sangat presisi, ketika Sherlock bertindak A, maka si Sopir Taksi langsung meng-counternya dengan bertindak B, ketika Sherlock bertindak C, maka si Sopir langsung menyerang balik dengan tindakan D, dan seterusnya. Plot seperti ini nggak bisa dibuat sembarangan melainkan melalui trial and error serta revisi dan revisi berkelanjutannya.

Kemudian bagian favorit saya adalah saat Sherlock bilang. "Ini masalah peluang, kesempatan." Ketika kamu diberikan dua buah pilihan antara pil beracun dan pil yang (katanya) tidak beracun. Ini adalah soal matematika diskrit, dan lebih spesifik lagi di bidang perhitungan peluang. Tapi si Sopir Taksi bilang. "This is not a Chance Mr. Holmes, this is a Chess!" ujarnya dengan tatapan tajam dan wajah yang sangat menantang. Luar biasa!

Adegan ini adalah signature-nya. Scene yang tak tergantikan dari seluruh serial Sherlock BBC One menurut saya. Dan jikalau ada orang yang memakai dialog ini di film atau karya yang lain, maka kita semua akan langsung tahu sumbernya. Ini dari Sherlock BBC One episode pertama. "Ini bukan tentang peluang, ini catur!" itu nonjok banget Sherlock yang berdisiplin tinggi pada Matematika Diskrit. Dia berhasil menghantam dan menghantam mental Sang Detektif. Mungkin jika itu orang lain, serangan-serangan itu sudah membuatnya luluh-lantah. Sungguh saya benar-benar suka dengan si Sopir Taksi ini, malahan saya lebih suka dia daripada Andrew Scott si Jim Moriarty.

Sayangnya, karakter seperti si Sopir Taksi ini tidak muncul lagi di episode-episode Sherlock selanjutnya.

Ok, saya coba analisa. Apa yang bikin episode perdana ini begitu, apa kata yang tepat… Uhg, Dazzling!

Pertama pengenalan karakter. Meski jelas metode pengenalan karakter Sherlock dan John Watson ini plek-ketuplek copy-paste dari Sherlock di buku Study in Scarlet Sir Arthur Conan Doyle. Tapi Steve Moffat dan Mark Gatiss membuatnya dengan versi yang lebih baik, muda dan sangat atraktif. Apalagi dengan si tampan Benedict Cumberbatch yang bikin cewek-cewek menjerit tiap kali lihat posternya, hahaha.

Kedua jelas openingnya yang langsung masuk kasus. Saya suka cerita Detektif dengan bukaan seperti ini, mereka menggambarkan dulu siapa saja para korban, mereka memperlihatkan emosinya, dan detik-detik terakhir dimana mereka akan meninggal, asli dramatis.

Ketiga jenis kasusnya sendiri. Bagaimana kamu membuat pembunuhan berantai, namun bukan pembunuhan berantai biasa. Ok, bicara tentang film dengan tema serial killer, sudah banyak buangettt di luar sana. Jadi di sini kamu harus berinovasi, harus berpikir keras dan buat sesuatu yang beda. Saya sendiri juga pernah punya ide gila untuk kasus pembunuhan berantai. "Bagaimana jika ada pembunuhan berantai namun tanpa ada korban yang tewas terbunuh?"

Tapi di sini duet Steve Moffat dan Mark Gatiss bikin "Bagaimana jika itu bukan pembunuhan berantai, bagaimana jika itu bunuh diri berantai? Itu jauh lebih menghentak bukan?" Dan mereka berhasil. Asli brilliant, nyaris nggak terpikirkan orang lain. Bunuh diri berantai atau lebih tepatnya si pembunuh memaksa para korbannya untuk bunuh diri dengan menelan pil beracun.

Keempat antagonis yang mantap. Si Sopir Taksi yang menghajar mental sang Detektif. Ok, ini bukan cerita baru, gagasan tentang sopir taksi sekaligus pembunuh berantai sudah ada jauh sebelumnya. Saya lupa di film yang mana, tapi gagasan ini sudah sering muncul. Supir taksi bisa muncul dan pergi dimanapun dan kapanpun. Dia bisa memburu mangsanya di tengah keramaian tanpa diduga oleh orang lain. Memburu orang-orang asing secara random yang tak ada kaitan antara satu dengan lainnya. Nyaris tanpa motif dan tanpa ada garis penghubung, si Culprit ini akan sangat-sangat sulit untuk ditemukan. Kecuali jika dia sendiri yang muncul di hadapan Sang Detektif. Dan di sini… sialnya, dengan begitu angkuhnya dia muncul di hadapan Holmes.

Kelima duel antara sang jagoan dengan sang penjahat. Dalam film ini, duel itu adalah petarungan mental. Seperti yang saya tulis di atas, pertarungan mental antara Sang Detektif dan si Pembunuh Berantai di sini sangat memorable. Meski terlihat cuma dua orang yang duduk membicarakan mana pil yang beracun dan tidak beracun. Tapi dialog ini dibuat dengan sangat presisi. Seperti permainan catur. Dia membuat dialog ini dengan tiga babak: opening, middle games, dan end games. Penjelasan untuk kasus ini bisa panjang sebenarnya. Saya nggak ingin bicara lebih jauh mengenai detail, tapi jika anda menontonnya anda pasti paham apa maksud saya.

Dan penutupnya. Apa istilahnya… saya agak lupa? Meski kasus sudah berakhir namun terungkap kasus yang lain. Satu misteri lagi, sebuah bonus yaitu siapa sponsor dari si Sopir Taksi itu. Dan Sherlock berhasil mendapatkan namanya, nama yang tidak boleh disebut di dunia kriminal London, Moriarty.

Beuh! Seandainya waktu bisa di reset dan cerita bisa diedit lagi dari awal.

Saya nggak akan buat Andrew Scott sebagai James Moriarty. Sebab diluar sana masih banyak aktor dengan aura MEMATIKAN yang jauh lebih layak jadi James Moriarty. Misalkan saja Mads Miklesen si Hannibal Lecter, atau Hugo Weaving si Agent Smint, atau bikin Grande sekalian pakai John Wick Keanu Revees, dan seterusnya. Masih banyak yang lebih baik dari Andrew Scott yang saya yakin bisa menghantam Benedict Strange Sherlock Turing Cumberbatch.

Hahaha...

Ok, saya sudah banyak meracau, jadi rasanya sampai di sini dulu. Thanks you tuk teman-teman yang sudah mampir. Chao.
.  .  .

5 comments:

  1. Steve Moffat dan Mark Gattis memang mantap meracik cerita. Menulis dengan sumber berupa novel sekelas sherlock holmes bisa menjadi bumerang kalau tidak sesuai harapan. Jalan cerita dibuat agak mirip di novel, tapi improvisasinya sangat baik. Bahkan bagian cerita yang tidak keluar dari novelnya bisa dibuat muncul di series berikutnya, seperti sherlock yg tidak tahu solar system (S1E3), cara menangkap pelaku dengan borgol (S3E2).

    Yang saya suka improvisasi dari S1E1 :

    1. Membalikkan kata Rache ke Rachel di kasus pembunuhannya.
    2.Menggabungkan Gregson dan Lestrade menjadi satu karakter.
    3.Yang paling mengejutkan bagaimana sang pelaku mendatangi sendiri sherlock dan mempraktekan cara membunuhnya langsung di depannya. Walaupun kita bakal tahu pelakunya pasti supir taxi, tapi siapa sangka bakal mendatangi sherlock sendiri, haha.

    Yang tidak saya suka yaitu bagaimana terlalu cepat moriarty di perkenalkan, walaupun cara pengaitannya cukup baik.

    Soalnya memang benar, episode ini benar2 original bercerita tentang bagaimana detektif dalam memecahkan kasusnya. Kelemahan Sherlock bbc series ini karena kebanyakan berfokus kepada Villainnya, terutama Moriarty.‎

    Semoga aja akan muncul S5 dengan episode-episode seperti ini. Kematian Marry Watson mungkin dibuat untuk memunculkan kembali duet Sherlock Watson seperti sedia kala.‎

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow, ada Geniones.
      Sudah lama anda gak main ke sini, hahaha.

      Delete
    2. Saya setuju dengan Geniones "Kelemahan Sherlock bbc series ini karena kebanyakan berfokus kepada Villainnya, terutama Moriarty.‎"

      Dan ini "Yang tidak saya suka yaitu bagaimana terlalu cepat moriarty di perkenalkan"

      Delete
  2. Penginnya Jason Statham yg jd Moriarty..

    BBC SH season satu emang biadab bgt keren nya.. Saya langsung terpana dan terpesona dg acting, Gaya, dialog, Music dan alur nya.
    Asli high class bgt and definetly memorable tiada tara..

    By Gogo
    *akun nya pinjem istri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woah, Jason Statham, nggak kepikiran saya.
      "BBC SH season satu emang biadab bgt kerennya," pemilihan kata yang langka nih.

      Btw saya kirain siapa, Gogo juga, hahaha
      Thanks you sudah mampir.

      Delete