Tuesday, September 12, 2017

Review Perfect Blue (1997)

By Ftrohx


Peringatan, tulisan ini mengandung spoiler.



Bisa dibilang ini bukan film atau cerita thriller pertama yang mengambil setting di dunia entertaiment. Ada banyak yang terkenal sebelumnya; Black Dahlia, ada X.O. dari Jeffrey Deaver, ada Cuckoos Calling untuk yang era milenial, dan lain sebagainya. Seorang supermodel meninggal secara misterius, pembunuhan seorang artis, Musisi yang menghilang, masalah idol group, dan seterusnya. Tapi sungguh, tak ada yang se-rumit ini dalam menyampaikan ide tentang dunia entertaiment, seperti Perfect Blue.

Ini film lama sebenarnya, tahun 1997, saya sendiri mendengar judulnya di tahun 2005an. Tapi belum sempat mencari filmnya pada saat itu. Sampai sore kemarin saya menemukan film ini ada di Youtube. Film ini merupakan adaptasi dari novel Perfect Blue: Complete Metamorphosis, novel best seller di sana yang pada zamannya setara dengan Silent of The Lambs dari Thomas Harris. Di sutradari oleh Satoshi Kun dengan screen writer Sadayuki Murai. Film mendapat resepsi yang bagus dari penonton dan para kritikus film. IMDB memberinya poin 77 dari skala 100, dan Rotten Tomatos memberinya poin 68.



Plot

Cerita dimulai dari Mima Kirigoe, center dari idol group CHAM yang oleh menajemen tidak menguntungkan dan dipaksa mengundurkan diri. Ok, kasus ini sering terjadi di Idol Group, dan kamu pasti mengerti apa yang saya maksud. Aktris yang sudah tidak begitu prodiktif, maka mereka dikeluarkan atau dipaksa graduate oleh manajemen. Karena industri memang basisnya kapitalisasi, jika tidak menguntungkan untuk apa dipertahankan.

Lalu Mima dimasukan ke dalam sebuah projek film berjudul Double Bind. Iya, kasus ini nyata, Idol Group berpindah ke serial TV, film, ataupun sinetron. Jangankan di Jepang, di Indonesiapun banyak contohnya.

Di awal-awal mereka memang tampil begitu cemerlang, di awal-awal mereka begitu dipuja, lalu sampai pada waktunya. Orang-orang boring melihat mereka tampil begitu-begitu saja tanpa inovasi yang berarti. Mereka mengambil remote dan mengganti channel, disitulah kisah para Idol mulai jauh. Paradoksnya, meski begitu dipuja, Mima hanya tinggal di flat kecil dengan ruangan seadanya. Begitu sampai rumah, hilang sudah keMahaDewian.

Keluar dari Cham, dia memulai lagi semua dari awal. Dia kembali belajar dan menapaki karir di entertaiment. Sialnya, dia masuk ke produksi film yang salah. Double Bind adalah projek filmnya, bercerita tentang seorang wanita yang punya saudara perempuan seorang model. Sayang, berbeda dengan si kakak yang model, dia hanya wanita biasa yang mendapat pekerjaan sebagai penari striptis, lebih buruk lagi dia diperkosa ramai-ramai. Meski itu cuma peran di film, namun itu mengubah segalanya. Manajernya kecewa, begitupula dengan para fansnya yang mengungkap kekecewaan itu di internet. Dan dirinya sendiri mengalami gangguan psikologis, dimana dia sulit membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata. Lebih buruk lagi, Mima tidak tahu apakah peran yang dia jalani itu benar ataukah jangan-jangan film itu memang kisah hidupnya sendiri, seorang penari striptis yang diperkosa ramai-ramai kemudian berkhayal dia hidup sebagai orang lain yaitu seorang Pop Idol.

Cerita bertambah pelik dengan banyaknya orang yang mati terbunuh di sekelilingnya.


Yang saya temukan.

Ada 4 ide besar yang saya temukan di film ini.

Pertama, ide tentang Pop Idol, tema ini sangat menjual menurut saya. Semua orang, terutama di era milenial suka mengikuti berita-berita tentang Pop Idol, tentang musisi yang tampil keren di atas panggung, bahkan penulis sendiri sering melakukan hal itu di Instagram, mengamati akun-akun para artis dan seterusnya. Ditambah media-media pun terus menggoreng berita tentang mereka, hingga masuk ke alam bawah sadar (kita) para pembaca. Mereka yang begitu dipuja, bahkan sampai mereka (artis) sendiri tak sadar dirinya sebesar itu dilayarkan kaca. Paradoks dengan kondisi sesungguhnya di mana dia hanya tinggal di apartemen kecil nan sederhana. Itulah Mima, si tokoh protagonis yang menjadi pusat cerita di film ini.

Kedua, setting waktu yang tepat. Perfect Blue, mengambil timeline di tahun 1997, tahun di mana internet mulai booming di kota-kota besar, seperti New York, London, dan Tokyo. Terutama Tokyo, karena set lokasinya memang di situ. Zaman itu benar-benar melankolis menurut saya, era di mana internet hanya milik orang-orang yang berpunya dan nggak ada alay di internet di era itu, hahaha. Internet masih high class, seperti yang diceritakan oleh Dee Lestari dalam novel Supernova: KPBJ. Dan itu sangat keren, internet yang misterius yang apapun bisa terjadi di sana, seolah dia adalah jendela tuk dimensi lain yang ada di muka bumi.

Di sana terdapat sebuah weblog bernama Mima's Room yaitu laman yang menyajikan keseharian hidup Mima Kirigoe. Seperti Facebook, Twitter, atau Instagram di sana Mima update status, dia bercerita kemana dia pergi, siapa yang dia temui, apa yang dia beli, jalan mana yang dia lalui, dan seterusnya. Sangat detail.

Padahal Mima yang asli nggak mengelola akun itu, dia bahkan nggak punya waktu untuk mengetik sesuatu di layar komputer. Mima sendiri bertanya-tanya apakah dia memiliki seorang stalker yang selalu menguntitnya kemana-mana. Atau apakah yang menulis itu adalah Mima sendiri, namun dia lupa dia telah menulisnya. Atau jangan-jangan Mima memiliki gangguan psikologis hingga dia lupa apa yang telah dia lakukan sendiri. Intrik antara jiwanya yang satu dengan jiwanya yang lain.

Melihat Mima's Room, kok saya jadi ingat akun instagram-nya Chelsea Islan. Dia begitu luar biasa di sana, nggak ada foto-foto yang jeleknya, selalu hanya foto yang sangat STUNNING yang dia upload di sana. Saya membayangkan akun itu dikelola oleh manajemennya dan bukan oleh Chelsea Islan sendiri.  Dan hal-hal seperti itu juga banyak terjadi di akun-akun sosial media artis lain, terutama para aktris yang tampil supercantik.

Ketiga, Parodi cerita kriminal dan plot di dalam plot. Sesungguhnya, keseluruhan cerita Perfect Blue adalah kisah seorang Pop Idol yang graduate dan mendadak mendapat pekerjaan sebagai bintang film kriminal yaitu Double Bind. Cerita Double Bind sendiri adalah kisah seorang gadis muda yang kurang beruntung, dia ingin menjadi seorang top model, namun dia jatuh ke lembah protitusi, kemudian si gadis ini menjadi seorang pembunuh berantai. Polisi bersusah payah untuk menemukannya, hingga kemudian mereka menemukan Mima yang ternyata adalah gadis yang memiliki Disosiative Identity Disorder. Si gadis ini berkhayal bahwa apa yang selama ini dia lakukan, pembunuhan-pembunuhan itu, kisah kelamnya di dunia protitusi adalah bagian dari sebuah film yang dia mainkan. Huhuhu, rumit bukan. Ala-ala INCEPTION, ada mimpi di dalam mimpi hingga berlapis-lapis, begitu juga dengan film ini.

Dan satu lagi yang saya suka adalah… saat si penulis memberi hints, alasan kenapa dia membuat film seperti itu (Perfect Blue) karena cerita kriminal sekarang makin membosankan, kita sudah bisa menebak apa yang terjadi. Terjadi sebuah pembunuhan, polisi datang ke TKP, mereka menyelidiki sambil bicara hipotesa dengan sangat dramatis, mewawancari orang-orang, lalu bertemu red herring, hingga kemudian mereka menemukan si pelaku pembunuhan sesungguhnya. Polanya seperti itu dan itu sangat membosankan, begitu kata remaja yang ada di toko buku yang bicara tentang Double Bind. Itu kenapa Satoshi Kun dan Sadayuki Murai membuat Perfect Blue, cerita kriminal biasa berada di dalam film (film di dalam film maksud saya), lalu cerita tentang Mima dan manajer yang psikopat berada di atasnya. Gabungkan keduanya, jadilah masterpiece, The Perfect Blue Satoshi Kun. Satu spoiler lagi, saya suka saat pembukaan Double Bind, di mana si Profiler bilang, pelaku mengambil kulit para korban agar dia dapat bermetamorphosis, hahaha. Jelas banget, kata-kata itu nyindir Silence of the Lamb Thomas Harris.

Keempat, inilah bikin film ini sangat GREGET, Fair-Play Mystery. Seperti semua cerita detektif atau fiksi kriminal yang legendaris, dia punya sistem fair-play. Atau sistem menebak penjahat dengan adil. Petunjuk disebar oleh si penulis, terutama di bab-bab awal film. Jadi ketika kamu sampai di bagian akhir film, kamu akan berkata. “Oh iya… Oh ternyata begitu… wah sial… petunjuknya ada di depan mata… tapi aku nggak sadar” dan seterusnya. Sungguh, dia punya plot twist yang bagus, plot twist yang bukan sekedar mengejutkan penonton, tapi juga membuat penonton terhenyak. “Wah, jadi semuanya mengarah ke situ!” Dan adegan-adegan di film ini dibuat dengan sangat presisi, hingga tiap potongan gambar menjadi petunjuk untuk apa yang terjadi di bab akhir. Ah, sial, sial, saya terlalu banyak spoiler di sini. Hahaha.


Konklusi

Sungguh, belakangan ini saya jarang nonton film kriminal misteri yang keren. Kebanyakan ya, plotnya begitu-begitu aja, mediocre, cuma kuat di action dengan ledakan dan ledakan. Saya sendiri bertanya-tanya kapan terakhir kali saya nonton film dengan plot di dalam plot selain film INCEPTION dan THE PRESTIGE. Meskipun film lama, tapi sungguh PERFECT BLUE membuat saya seolah bernostalgia dengan film-filmnya Om Christopher Nolan. Jadi, film ini saya kasih rating 81 dar skala 100. Pokoknya, highly recommended buat kamu.
.  .  .

14 comments:

  1. Anime berbobot yg belum masuk antrian nonton..
    baca reviewnya jadi teringat Jinroh The Wolf Brigade..

    the miracle Internet 97, saya lagi terkagum kagum dg Tamagochi ><

    ReplyDelete
  2. masih belum mengerti filmnya. jadi yang masuk RS itu mima atau rumi? terus mima itu beneran asli kah? tolong penjelasannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yups, itu beneran asli.

      Rumi sih yang berada di rumah sakit.

      Delete
    2. Tapi bro dari awal anime, kita ga pernah sekalipun dikasih liat mima asli naik mobil bro, melainkan si rumi yg selalu pake mobil merahnya, diakhir juga yg bilang " Aku yg asli loh" Itu suaranya Rumi bukan Mima,

      Delete
    3. Tapi bro dari awal anime, kita ga pernah sekalipun dikasih liat mima asli naik mobil bro, melainkan si rumi yg selalu pake mobil merahnya, diakhir juga yg bilang " Aku yg asli loh" Itu suaranya Rumi bukan Mima,

      Delete
  3. Adakah hubungan kerjasama antara rumi dengan satpam (penjaga konser) ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kalau nggak salah ada deh.

      Kan Rumi Chan yang mengelola website itu.

      Dia kan yang sesungguhnya chat n mengontak si satpam tersebut buat melakukan aksi-aksi di bagian-bagian awal.

      Delete
  4. Yg bunuh stalker nya di akhir" siapa ya min?

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Si rumi gan, knpa si rumi?yang pertama si mima yg buat pingsan si satpamnya nah terus kan si rumi nihkan jumpa mima di koridor. Pas waktu mau ke tempat si mima buat pingsan satpam kan tiba" satpamnya ilang dan kalo lu perhatiin si mima udah ganti baju gan, nah waktu si mima ganti baju nih rima halu dtg ke tempat kejadia terus di bunuh dan lngsung di bawak ke belakang mobilnya , di bawa deh pake mobil di taro jok belakang. Lalu di bunuh lah yg kwan kerjanya si rumi (lupa namnya gue). Nihsih cuman teori aja gan

      Delete
  5. Masih bingung min knp rumi kok jadi jahat gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau dari ane sih gan, si rumi ini bekas idol pop nah trus si mima ini yg notabene anak didikan rumi pengen si mima jadi idol pop penerus dia gitu tpi si mima malah belok ke artist (manajernya pak tadakoro pengen bngt dia jadi artis) tpi si rumi (manajer cewe) pengen dia jadi penyanyi malahan kalau boleh si mima jadi keduanya penyanyi dan pemain film tpi itu 2hal yang gabisa karena nantinya bertabrakan jadwal si mima. Nah si mima kan bingung, emang sejak kecil impiannya jdi penyanyi dan menurut ane si mima nih mulai berubah pikiran, dia pengen jadi artis nah dri sini si rumi berpikir kalau mima nih bakalan jadi sumber kegagalannya. Si rumi yang kayaknya udah fanatik bngt untuk jadi idol berusaha dengan segala cara ditambah lagi dia dibantu sama fans fanatiknya yang mengaku Me-Mania. Mungkin itu aja kalau salah dikoreksi yaa jangan dibully please:'

      Delete
  6. itu kenapa rumi bisa berubah jadi mima?

    ReplyDelete
  7. Mima benar2 di rape rame2 di dalam adegan filmnha atau cuman 1 orang aja?

    ReplyDelete