By Ftrohx
Satu hal yang pasti, wajah tuanya Jackie Chan sudah tidak dapat ditutup-tutupi lagi di film ini. Pertama kali melihat seperti menonton Opa kamu yang mendadak main film.
Tapi, diluar permasalahan itu, ini adalah satu diantara film crime thriller hebat yang saya tonton tahun ini. Terima kasih untuk adik ipar saya yang telah merekomendasikan Police Story 2013.
Film dimulai dengan adegan menegangkan, di mana Kapten Chan menodongkan pistol ke dahinya, lalu "DORR!!" sebuah tindakan bunuh diri. Gambar lalu masuk ke intro, nama-nama produksi dan sebagainya. Lalu menyoroti Kapten Chan yang sedang tertidur di dalam taksi. Si sopir membangunkannya di sebuah kawasan padat (seperti distrik hiburan) di tengah musim dingin Hongkong.
Chan melihat banyak anak muda berlalu lalang, seperti biasa terdapat adegan anak muda yang secara kebetulan menabraknya dan marah-marah. Adegan-adegan kecil ini, nantinya akan menjadi potongan puzzle penting pada puncak dan ending film. Seperti yang saya bilang, saya suka film ini karena berbeda dari serial Police Story sebelumnya. Kali ini ceritanya benar-benar digarap dengan sangat matang, layaknya kisah kriminal di novel detektif klasik. Begitupula dengan setting properti, pencahayaan, dan teknik pengambilan gambar. Semuanya dibuat remang-remang dan dingin.
Sang polisi mendapatkan sebuah undangan ke sebuah Bar yang baru dibuka. Tapi ini lebih dari sekedar undangan karena di dalam Bar tersebut dia mencari anak gadisnya yang hilang.
Wu Bar adalah tempat yang ramai sekaligus suram, kesan angker tercipta karena tempat ini dulunya adalah bekas pabrik yang disulap menjadi sebuah Bar elit. Entah, darimana pemiliknya mempunyai uang untuk membuat itu. Kesan pertama begitu melihat Jackie Chan berada di dalam setting ini pasti tempat penjebakan, dan benar saja sang polisi dijebak di sana. Tadinya saya pikir ini bakal seperti permainan maut di film Saw dan ternyata saya salah, saya juga sempat berpikir ini mirip dengan Doubt anime psychological thriller di mana sekumpulan orang terjebak di dalam gedung dan satu per satu orang di dalamnya ditemukan tewas terbunuh.
Biasanya film action thriller seperti ini fokus pada penyajian aksi, tapi kali ini beda. Mereka membawa unsur-unsur psikologis dan teka-teki.
Saat menonton film ini, secara otomatis otak saya langsung berspekulasi, apa sih yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka menyandera Kapten Chan? Apakah si penjahat memiliki dendam dengan Kapten Chan? Apakah mereka pernah memiliki hubungan di masa lalu, apakah mereka (atau salah satunya) adalah penjahat yang pernah ditangkap Kapten Chan?
Kapten Chan sendiripun berspekulasi seperti itu.
DIa mencoba mengingat-ingat siapa sebenarnya Wu dan apa hubungannya di masa lalu.
Lalu, terjadi flash back saat Kapten Chan menangani kasus-kasus kriminal lain.
Mulai dari kasus perdagangan senjata api ilegal, di mana dia mengejar salah satu dari pimpinan gangster, hingga kasus pengejaran pelaku penculikan yang membuat dadanya tertembus peluru.
Selama beberapa potongan flash back itupun saya juga membuat hipotesa.
Jangan-jangan Wu adalah mantan gangster ini atau anggota gangster itu. Jangan-jangan dia ingin membalas dendam karena ketuanya atau saudaranya tewas terbunuh oleh Kapten Chan.
Ternyata dugaan saya meleset.
Semua orang malam itu berada di Wu Bar dikumpulkan untuk satu tujuan yaitu balas dendam sang pemilik Bar. Dia telah kehilangan adiknya karena sebuah insiden, dan orang-orang yang berada di Bar tersebut adalah para saksi yang kebetulan ada saat insiden saat adiknya Wu meninggal. Kembali lagi, semua orang yang dikumpulkan dalam satu titik ini mengingatkan saya dengan novel And Then There Were None karya Agatha Christie yang saya bahas di note sebelumnya.
Ok, beberapa catatan penting yang saya dapati dari film ini,
Pertama karakter antagonisnya memiliki tampang yang biasa saja, common face untuk seorang supervisor atau manajer hotel biasa. Sejak kemunculan Manajer Wu, saya sudah bertanya-tanya sendiri. "Siapa sebenarnya ini orang?" Wajah yang tidak terlihat seperti karakter antagonis. Kecuali saat bagian flash back di mana dia bercerita tentang masa lalunya sebagai petarung Muai Thai. Karena Manajer Wu ini yang membuat film Police Story 2013 memiliki taste yang berbeda, dan aktornya menurut saya berperan sangat sempurna dalam film ini.
Catatan penting kedua, adalah gaya Sherlock Holmes ala Kapten Chan.
Ada beberapa adegan di mana Kapten Chan melakukan deduksi ala Holmes di mana dia memperkirakan apa yang akan terjadi secara visual. Contoh saat adegan negosiasi antara Kapten Chan dan Manajer Wu. Saat Wu serius bercerita tentang masa lalunya, Kapten Chan mendeduksi bahwa pasukan SWAT melakukan aksi penyerangan dengan snifer dan tepat menembak kepala Wu dari jarak jauh. Namun, kenyataannya berkata lain, ternyata jendela yang menjadi sasaran dari snifer tersebut dibuat dari kaca anti-peluru, begitu pula seluruh bagian dari Bar Wu, semua disiapkan sebagai benteng pertahanan yang siap perang.
Scene deduksi ala Sherlock Holmes pun berlanjut saat adegan penyelamatan sandera, Kapten Chan memaparkan hipotesa-nya bahwa jika dilakukan penyerangan terlalu cepat maka banyak sandera yang akan menjadi korban.
Terakhir tentu saja plot twist yang menyatuhkan semuanya. Orang-orang asing yang seolah tidak saling kenal Ternyata memiliki keterikatan takdir di masa lalu dan masa sekarang. Bahwa semua orang yang dikumpulkan malam itu di Bar Wu adalah orang-orang juga secara kebetulan menjadi saksi mata saat insiden tewasnya adik dari Manajer Wu beberapa tahun sebelumnya.
Lalu, film ini pun mencapai klimaks dan anti-klimaks yang dramatis. Di mana Kapten Chan harus menembak Manajer Wu atau menembak kepala sendiri agar anaknya bisa selamat dari penyanderaan.
Kesimpulan, memang Police Story kali ini tidak penuh dengan stunt action seperti di serial-serial sebelumnya. Tapi, permainan mental yang mereka sajikan, ketegangan psikologis, teka-teki yang bertebaran di mana, setting waktu dan tempat,
Menurut saya film ini layak di kasih label film level A.
. . .
No comments:
Post a Comment