Sunday, June 5, 2016

Career of Evil -Robert Galbraith

Review by Ftrohx


Setelah membaca sebuah buku biasanya gw langsung tahu bagaimana cara mereview-nya. Namun tidak untuk buku yang ini, Career of Evil.

Asli, gw nggak tahu bagaimana harus mereviewnya. Mungkin permasalahannya adalah gw jarang baca buku sejenis ini. Gw menyukai Cuckoo's Calling, itu novel detektif yang lumayan bagus. Banyak yang bilang masih terasa detektif Inggrisnya, sedangkan Career of Evil teman gw menyebutnya lebih ke detektif Amerika atau Hardboiled Detective. Beda dengan detektif Inggris yang lebih fokus pada pemecahan kasus bagaimana metodenya, bagaimana trik-trik yang digunakan pelaku, atau detektif ilmu-ilmu forensik. Hardboiled lebih ke drama, ke perjalanan menelusuri lorong-lorong kota dan bertemu dengan orang-orang mencurigakan.


Tapi untuk Career of Evil agak sulit gw mendefinisikannya. Sebab dia berada di masa sekarang tahun 2010an dan dia lebih bermain dengan banyak cerita cinta.

Nah itu dia cerita cinta. Hubungan antara Cormoran dan Robin, lalu hubungan Robin dengan tunangannya yaitu Matthew dan seterusnya. Sedangkan untuk penyelidikan kriminalnya, rasanya terlalu mediocre. Meski Robert Galbraith menjanjikan hal baru di novel ini yaitu PoV dari Sang Penjahat. Namun tetap rasanya kok begini doank.

Ok, langsung saja masuk ke pembahasan.


Sinopsis

Cerita dimulai dengan Robin yang menerima sebuah paket yang ternyata di dalamnya adalah tungkai manusia. Tungkai di sini semacam potongan kaki. Tentu, Robin sangat ketakutan dan panik. Cormoran pun menelpon polisi karena paket menakutkan tersebut. Dia detektif dan dia perlu menelpon polisi? Apakah ini tindakan yang benar dan efektif? Rasanya bagian ini bisa kita bahas nanti di kolom komen. Lalu polisi menanyai Cormoran, kira-kira siapa orang yang begitu berani mengirimkan potongan tubuh manusia kepada dirinya. Cormoran pun merenung dan ingat ada 4 nama yang mungkin mengirimi dia dengan potongan tubuh manusia. Ini dia tanpa basa-basi langsung masuk ke 4 Red Herrings atau lebih tepatnya 3 karena yang pertama adalah anggota mafia. Dan menurut hukum S S Van Dine, pembunuhan oleh mafia gak masuk dalam genre detektif. Hahaha… Ok, ini bisa kita perdebatkan di bawah.

Penyelidikan berjalan lambat, selama 3 bulan hingga akhirnya mereka mendapati siapa pelaku sebenarnya. Sama seperti penyelidikannya, plotnya juga berjalan sangat lambat. Gw nyaris bosan di beberapa bagian, terutama bagian yang membahas kisah romansa antara Cormoran, Robin, dan Matthew.

Asli ini lambat banget.

Plus ada subplot yaitu pekerjaan survailance Cormoran terhadap seorang wanita muda dan seorang suami yang selingkuh. Ini juga berjalan sama lambatnya.

Iya, iya, gw tahu kenyataannya. Pekerjaan seorang detektif adalah pekerjaan yang membosankan. Gw tahu dari catatan-catatan para penyelidik swasta sungguhan bahwa mereka lebih banyak menunggu dan mengawasi target daripada melakukan deduksi ataupun memecahkan teka-teki. Mereka jauh dari itu. Kebanyakan mereka menunggu bukti-bukti naik ke permukaan dan jelas itu sangat sulit. Dan seperti kata Mbak WIndry di Metropolis “bukti-bukti kebanyakan datang terlambat atau tidak datang sama sekali!” Seperti menunggu durian runtuh di bawah pohon rambutan. Faktanya justru lebih banyak detektif fiksi yang kaya-raya daripada detektif sungguhan yang kaya.

Haduh, pembicaraan gw ngalor-ngidul.

Ok, kembali lagi ke sinopsis.

Dua nama yang menjadi Red Herrings adalah dua orang yang pernah dikenal Cormoran sewaktu masih jadi polisi militer sedangkan satu nama terakhir tidak lain adalah Ayah Tiri-nya, ex-bintang rock era 80an yang terobsesi dengan Blue Osyter Cult. Nama yang aneh yang mengingatkan gw “puja kerang ajaib” dari serial SpongeBob.

Mereka bilang bahwa lirik-lirik lagunya itu sadis dan berhubungan dengan pembunuhan berantai, namun gw sendiri melihatnya sebagai sebuah kebetulan yang dikait-kaitkan sedemikian rupa. Seperti mencoba buat teori konspirasi namun dasar-dasarnya gak sampai ke sana, seperti “Apakah Candi Borobudur berhubungan dengan Benua Atlantis yang tenggelamg?” Lalu teori-teorinya dipaksakan.

Penyelidikan berlanjut.

Cormoran berpetualang terus ke Utara London hingga ke Skotlandia untuk menemukan orang-orang yang dia curigai. Di sini gw suka detailnya bagaimana Robert Galbraith bercerita tentang Inggris Utara yang lembab dan dingin. Jajaran-jajaran Pub tempat minum bir dan rumah-rumah era industrialis yang diubah menjadi kafe serta tanah-tanah lapang yang menginspirasi Shiredan LaFenu menciptakan Carmilla atau Endensor yang dideskripsikan Ikal di serial Laskar Pelangi. Dan kota pelabuhan suram hasil peninggalan zaman Titanic.

Pertanyaan gw dimana cerita detektifnya? Maksud gw di sini Sang Detektif seolah kehilangan metodologisnya, meski tetap melankolis namun Cormoran rasanya tidak setajam dia di Cuckoo’s Calling.

Klimaks-nya tentu Robin yang diserang Sang Ripper. Nyaris saja dia tewas seandainya dia tidak menyiapkan peralatan keamanan. Dan kemudian penyerangan itu menjadi alasan kuat bagi Matthew untuk menarik Robin keluar dari Firma Detektif tersebut. Di sisi lain, Cormoran pun seperti Rangga yang seolah membenci Cinta dengan alasan demi keselamatan Robin, dia mengusirnya.

Dan endingnya seperti yang para fans J K Rowling bilang di goodreads “Kejutan yang tragis untuk Robin.” Hahaha… Gw juga cukup kaget dia menikah dengan Matthew sementara Cormoran cuma bisa nonton doank. Haduh, spoiler gw ini. Lalu kalian pasti bertanya gimana dengan karakter Shackwell Rippernya? Ah, dia menjadi karakter antagonis yang tidak penting, tidak seperti Matthew yang mendapatkan Robin, hahaha…


Tentang si Penjahat

Nah disinilah nilai lebih Career of Evil. Seperti yang dipromokan di berbagai media (terutama oleh para fans J K Rowling). Bahwa Career of Evil sebagai novel detektif pertama (mungkin dari J K Rowling) yang menggunakan PoV dari Sang Penjahat. Untuk gw sendiri, kenyataannya tidak.

Banyak kok novel detektif di luar sana yang menggunakan PoV dari Sang Penjahat-nya. Banyak yang menurut gw jauh lebih baik dari ini. Di sini karakter penjahatnya adalah mantan anggota militer (ups, gw spoiler) Penjahatnya brutal, kuat, dan sadis namun dia tidak sehebat itu. Gw masih jauh suka karakter Mal'akh di Lost Symbol atau Watchmaker di Lincoln Rhyme atau Hanibal dari Silence of the Lambs. Mereka pakai PoV 1, mereka sadis, dan mereka jauh lebih pintar. Gw juga lebih suka si Unsub 522 dari novel Broken Window. Sama-sama menggunakan PoV dan dia jauh lebih menyentuh gw daripada si Sharkwell Ripper ini.

Robert Galbraith bilang bahwa idenya terinspirasi dari Jack the Ripper. Tapi kesalahannya di Career of Evil adalah dia nggak membangun legenda-nya, justru dia malah lebih fokus membangun kisah Blue Osyter Cult daripada si Ripper ini.

Ok, perbandingan dengan mereka terlalu jauh.

Bandingkan aja dengan John Bristow dari novel sebelumnya Cuckoo's Calling. Menurut gw Bristow jauh lebih baik, lebih pintar, dan berakhir dengan cara yang elegan yaitu paparan deduksi panjang dari Cormoran sendiri. Itu bagus, maksud gw beginilah novel detektif seharusnya. Namun di sini si penjahat hanya mengutip potongan-potongan lirik lagu dari Blue Osyter Cult. Tanpa membuat sesuatu yang memorable. Beda dengan John Bristow dimana gw ingat banget dia bersembunyi diantara tumpukan bunga mawar sebelum mengeksekusi Lula Landry.

Sedangkan si Shackwell Ripper, tiap tindakannya mediocre banget.

Nggak perlu sebenarnya Sang Detektif menerjemahkan lirik-lirik lagu tersebut untuk menangkap si pelaku. Dan tepat memang Cormoran tidak melakukannya. Di sisi lain tindakan Cormoran dengan tidak mempedulikan lirik lagu tersebut menjadi bumerang sendiri buat Robert Galbraith. Bahwa Blue Osyter Cult gak nyetuh-nyetuh amat ke pembaca. 


Catatan lain

Di sini gw melihat karakter Robin lebih sebagai cewek insecure yang cemas dengan masa depannya. Juga masalah pertunangan dan persiapan pernikahan. Gw nggak melihat Robin sebagai asisten detektif atau sidekick. Di sini Robin lebih ke karakter Alya dari film AADC, oh mungkin Alya dengan nasib yang sebaik Cinta di AADC 2. Justru asisten detektif sebenarnya adalah Shanker. Si Informan Jalanan yang bekerja untuk Cormoran Strike. Gw suka karakter Shanker, seolah-olah benar-benar real bahwa dia adalah asisten detektif. Dan iya, jelas dia lebih eksentrik daripada John Watson. Hahaha...

Satu lagi tentang Elin yang disebut sebagai pacar barunya Cormoran, kok gw gak lihat dia sebagai sosok pacar ya? Melainkan cuma pacar tempelan yang dengan mudah gw lupakan. Bahkan gw nyaris lupa untuk membicarakannya karena gak ada yang signifikan dari si Elin ini.


Konklusi

Entah kenapa gw jadi ingat sama Dewi Lestari dan buku Supernove: KPBJ. Di sana ada karakter yang supreme bernama Diva Anastasia. Tadinya gw berpikir bahwa Diva akan muncul di buku-buku Supernova selanjutnya, namun ternyata tidak. Dewi Lestari hanya seorang perempuan biasa. Tidak ada Diva selanjutnya dan dia tidak sejenius itu. Layak seorang perempuan biasa dia punya batasan.

Dan di sini di Career of Evil gw merasakan kekecewaan yang sama. Ternyata Robert Galbraith tidak sehebat itu. Dia hanya penulis biasa atau lebih tepatnya J K Rowling hanyalah J K Rowling. Dia punya keterbatasan

Gw percaya bahwa semua penulis novel detektif terkemuka punya kelebihannya masing-masing. Agatha Christie basic-nya adalah perawat yang tahu banyak tentang dunia farmasi. Itu kenapa dia tahu banyak tentang metode pembunuhan dengan racun dan segala spesifikasinya. Sedangkan Austin Freeman adalah seorang dokter dan di novelnya jelas Dr. Thorndyke adalah ahli forensik yang hebat dan metodis. Lalu ada Sir. Arthur Conan Doyle basic-nya juga kedokteran dan petualangan itu kenapa Holmes begitu cemerlang dalam petualangan-petualangannya. Kemudian ada Jeffrey Deaver dengan Lincoln Rhyme-nya mereka lebih fokus pada police procedural dan bukti fisik.

Sedangkan Robert Galbraith aka J K Rowling ini gw lihat masih bereksperimen.

Seolah dia masih mencari bentuk yang tepat dari serial Cormoran Strike. Gw suka yang pertama karena si Cormoran cukup metodis dan sangat meyakinkan sebagai mantan polisi militer. Namun ke sini gw melihat dia agak goyah. Dan justru jauh lebih bermain ke drama. Gw memprediksi mungkin buku-buku selanjutnya juga akan seperti ini. Lebih fokus ke drama atau cinta segitiga antara Cormoran, Robin, dan Matthew. Entahlah.

Point: bagi gw sendiri cukup mengecewakan. Ini cuma sebuah novel drama detektif mediocre, jadi gw kasih point 64 skala 100. Iya, mungkin teman-teman punya pendapat lain.
.  .  .

Ilustrasi dari Zincmoon.com

2 comments:

  1. Nice Review gan, bener,kisah2 novel dibangun tak lpas dr pengalaman, wawasan, n style penulisnya.. klo mau bkin novel dluar keahliannya mngkin perlu riset panjang n tim.

    kaget lho, sempet2nya ngonekin ke AADC2, jd mkin penasaran mklum blm nonton.

    sngt disayangkan hasilnya, pdhl Carer of evil sekuel dr Cuckoo caling kan?

    ReplyDelete
  2. Nah itu ntuh AADC 2, wahaha...

    ya begitulah drama romance, rasanya kurang cocok untuk saya! hihi...

    ReplyDelete