Sunday, July 17, 2016

Bicara tentang cerpen, cerbung/novelet, dan novel detektif

By Ftrohx

Fiksi detektif itu terdiri dari banyak genre, asli saya menyukai semuanya. Baik itu locked room mystery, hardboiled, detektif klasik, fair-play, clueless mystery, dan seterusnya. Tapi saya sendiri nggak membedakan fiksi detektif berdasarkan genre-nya. Saya membedakan fiksi detektif berdasarkan kuantitasnya. Jumlah kata yang mereka gunakan yaitu cerpen, cerbung/novelet, dan novel detektif.

Ok, langsung saja masuk pembahasan.


Cerpen Detektif

Bagi saya, cerpen detektif adalah fiksi detektif yang dibangun dengan kuantitas antara 1000 sampai 3000 kata. Namun beberapa ada yang lebih dari itu hingga 4ribu bahkan 5ribu kata. Untuk saya standar cerpen detektif yaitu 2000-an kata.

Jujur, bagi saya (personal) cerpen detektif adalah yang tersulit diantara semua jenis fiksi detektif. Tidak mudah untuk membuatnya, karena kasus kriminal di dunia nyata tidak bisa dipecahkan dengan 2000-an kata. Ada banyak konsolidasi, ada banyak detektif, banyak rasionalisasi, dan runut logika. Dan itu nggak bisa saya buat dengan hanya 3 halaman.

Teman-teman penulis yang bermain di jenis ini 'Cerpen Detektif' biasanya adalah anak-anakmuda yang jago/hobi tebak-tebakan. Biasanya mereka meramu permainan tebak-tebakan dengan cerita kriminal pembunuhan. Mereka membuat misteri dengan singkat tanpa banyak detail, lalu si detektifpun mengejar si pelaku dengan cepat. Hingga membawa pembaca ke puncak cerita, sebuah konklusi yang tanpa basa-basi dan langsung menonjok pembaca. "Kok, bisa ya?" atau "Saya nggak kepikiran akan hal itu." Hahaha...

Dari banyak yang saya baca, selain konklusi yang cepat. Biasanya cerpen detektif menyajikan cerita kriminal yang minim akan motivasi si pelaku pembunuhan. Teman-teman penulis biasanya fokus pada misteri, tebak-tebakan bagaimana aksi pembunuhan itu terjadi dan bagaimana cara pelaku meloloskan diri. Hal-hal teknis terutama.

Rekomendasi, banyak cerpen detektif di luar negeri, terutama dari klasik seperti Sherlock Holmes ataupun Golden Age seperti karya-karya Agatha Christie. Tapi untuk Indonesia, favorit saya adalah Kasus di Lantai 5 karya Fandi Sido. Memang banyak yang mengkritik cerpen ini sebagai non-fair play detective, meski begitu cerpen ini sangat menginspirasi saya. Cerpen Fandi Sido lain yang layak dicermati adalah Lukisan Jenderal Raib, ini cerpen pertama yang membuat saya kenal dengan Fandi. Dan Kasus Asisten, ini cerita detektif yang ke arah fiksi-fantasi.

Sedangkan yang saya baca belakangan ini adalah Persembunyian Iblis Bayangan karya Fadli Abbas, cerpennya cukup panjang 5K kata dan fan tiction memang karena bercerita tentang Auguste Dupin. Selain dua nama diatas ada Irfan Nurhadi dan karya-karyanya di weblog Teka-Teki Detektif. Saya lupa judul-judulnya, tapi yang khas dari Irfan adalah membagi cerpennya menjadi dua bagian, pertama adalah cerpen yang memaparkan misteri pembunuhan dan kedua adalah pemecahannya. Ini yang khas dari dia yang membuat weblog-nya punya banyak viewers, hahaha..


Cerbung/Novelet Detektif

Tuk ukuran Indonesia, biasanya ketika kamu nulis cerpen bersambung lebih dari dua cerpen sudah masuk kategori cerbung. Atau dengan kuantitas antara 7ribu sampai 12ribu kata.  Sedangkan untuk novelet ukurannya mencapai antara 15ribu sampai 30ribu kata. Sebenarnya itu sedikit sih, di luar negeri ukuran novelet maksimal mencapai 50ribu kata. Tapi untuk Indonesia ukuran 50ribu kata sudah masuk sebuah novel standar.

Untuk cerbung/novelet, biasanya teman-teman penulis detektif membuat kasus yang berjalan panjang, long investigation. Penyelidikan bisa berlangsung antara beberapa hari, minggu, bahkan bulan. Berbeda dengan cerpen detektif yang lebih banyak main deduksi/tebak-tebakan.

Cerbung atau novelet biasanya bermain dengan para saksimata. Si detektif akan bertanya pada si A, si B, si C, dan seterusnya. Layaknya penyelidikan di dunia nyata, kita dibawa dalam prosedural penyelidikan. Berjalan dari satu informasi ke informasi yang lain. Si penulis memberi banyak kesempatan bagi pembaca untuk menebak siapa pelakunya. Banyak petunjuk bertebaran diantara para saksi ataupun terduga pelaku tentang siapa penjahat sebenarnya. Istilah sahabat saya genre ini disebut fair-play detective. Tapi tergantung penulisnya juga, misalkan dia terlalu fokus pada kejutan ataupun plot twist biasanya ceritanya nggak fair-play sih, hahaha...

Dibanding dengan cerpen detektif, sebenarnya saya lebih suka cerbung detektif. Jujur, untuk saya lebih mudah menulis cerbung detektif daripada cerpennya. Cerpen, kamu harus memaparkan teka-teki pembunuhan dengan singkat dan padat, sedangkan cerbung kamu bisa memainkannya drama penyelidikan yang bikin pembaca penasaran. Apa sih yang akan terjadi di halaman selanjutnya? Bagaimana cerita selanjutnya? dan seterusnya dan seterusnya. Satu lagi yang kusuka dari menulis cerbung detektif adalah saat saya bermain dengan para saksi. Ini bagian asik meski kamu menulis nama-nama para saksi, kadang kamu akan terkejut sendiri apa yang mereka kata setelah kamu menulis keseluruhan ceritanya. Hahaha..

Rekomendasi, pengetahuan saya sebenarnya masih sedikit di dunia fiksi detektif.

Tapi yang paling saya rekomendasikan bagi teman-teman pembaca pemula adalah karya-karya Fandi Sido yaitu serial Detektif Adam Yafrizal. Fandi sangat berhasil dengan cerita bersambungnya itu. Dua judul favorit saya dari Fandi Sido adalah Kasus Kematian Ganda dan Kasus Tujuh Surat. Untuk detektif luar, bagi yang sudah bosan dengan Sherlock dan Hercule Poirot saya rekomendasikan cerita bersambung dari Dr. Thorndyke. Wikipedia menyebutnya short-stories, tapi kamu tahulah apa yang jadi short-stories di luar negeri sana adalah cerita bersambung (yang panjang) untuk ukuran orang Indonesia.


Novel Detektif

Inilah bagian yang sangat-sangat langka di Indonesia. Di luar negeri begitu banyak novel detektif, tapi di sini saya sendiri hampir lupa satu judulpun. Mereka bilang ada novel detektif Indonesia berjudul "Gagak Hitam" karya Sidik Nugroho sayangnya saya belum membaca buku itu. Dan buku itu juga terlihat sangat tipis apalagi jika dibandingkan dengan novel detektif luar seperti Career of Evilnya Robert Galbraith. Untuk yang ini saya gak bisa banyak komentar.

Untuk ukuran Indonesia novel standar itu dimulai dari angka 30ribu kata hingga 50ribu kata. Itupun ukuran 50ribu kata sudah sangat besar bagi orang Indonesia. Tentu saja beda dibandingkan luar negeri yang angka 50ribu kata masih masuk novelet, di luar sana standar sebuah buku disebut novel jika masuk ke angka 100ribu kata. Beberapa novel kriminal bahkan ada yang saya temukan mencapai nyaris 200ribu kata.

Bicara tentang novel detektif Indonesia sendiri, teman-teman saya lebih suka menyebut nama-nama lama, seperti S Mara Gd. V Lestari, Kapten Gozali, dan seterusnya. Saya sendiri sebenarnya belum pernah baca novel-novel itu, tapi kata teman-teman mereka seperti buku-bukunya Agatha Christie hanya saja lebih ringan dan dibuat dengan setting di Indonesia 70an.

Sedangkan untuk luar negeri, novel detektif sangat banyak. Saya sendiri hanya mengenali mungkin secuilnya saja. Saya baca nama-nama BESAR itu Sherlock Holmes, Agatha Christie, Robert Galbraith yang sedang heboh itu, dan Dan Brown jika serial Robert Langdon-nya bisa dimasukkan dalam kategori detektif. Untuk yang Hardboiled, saya sempat baca Big Sleep dari Raymond Chandler. Lalu Maltese Falcon karya D. Hammet. Untuk klasik saya pernah baca Crime and Punishment juga Women in White, tapi hanya sekelebat-kelebat saja karena terlalu tebal. Hahaha…

Bicara favorit, selain Holmes yang terbaik menurut saya adalah serial Amelia Butterworth karya Anna K. Green, sangat saya rekomendasikan. Sedangkan saat ini saya lagi suka-sukanya dengan novel detektif Jepang. Kemarin saya baru dikirimin teman Tattoo Murder Case karya Akimitsu Takagi, satu buku sebelum karya-nya Tokyo Zodiac Murder yang fenomenal itu. Saya juga sangat terinspirasi dengan novel-novelnya Keigo Higashino terutama Devotion Suspect X aka. Perfect Number, sekarang saya masih ngincar karya-karyanya yang lain.

Ok, rasanya saya sudah terlalu banyak bicara. Jadi sekian dulu untuk kali ini, semoga artikel ini bermanfaat tuk teman-teman. Salam Troh.
.  .  .

No comments:

Post a Comment