Friday, March 28, 2014

Jika Sherlock Holmes dibuat di Indonesia ( II )

Kasus di Kampus Biru
 

By Ftrohx


Saya lebih pilih jika Holmes adalah seorang Junkies. Lebih eksentrik gituh, daripada dia adalah seorang pria baik-baik berkulit putih bersih dan berbaju rapih.

Saya lebih suka karakter Holmes yang urakan atau jika anda tidak mau membuatnya seperti itu saran saya buat Holmes jadi anak band Emo atau Hardcore. Tapi tetap pada pilihan pertama Junkies. Itu lebih original daripada dia dibuat sepeti sosok Benedict Cumberbatch, sebab ini Sherlock Holmes bung bukan Twilight, hahaha.

Saya ingin Sherlock adalah seorang anak muda, Ganteng emo kayak di zombie di Warm Body boleh lah, tapi tidak seperti Edward Cullen. Pengen nya sih kayak Vino Bastian, dia urakan dia punky, dia punya style junkies. Tapi saya punya peran lain untuk dia (buset dah gw ngomong begini sudah kayak produser beneran). Iya kita cari anak muda nanti lewat audisi, gampanglah!

Saya pengen satu season kita bikin 5 sampai 6 episode aja. Iya, biar benar-benar perfect persiapan untuk setiap episode-nya. Satu catatan penting bahwa saya ingin Holmes itu menjadi seorang detektif yang memorable tapi bukan detektif super. Kemampuan deduksinya biasa, tapi menyampaikannya dengan cara yang luar biasa. Dia mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang nyeleneh, tapi sangat atraktif dan menarik buat para penonton.

Tentang pakaian, di sini saya tidak ingin lihat Sherlock Holmes dengan Jas Panjang musim dingin. Tentu saja cuy Jakarta panas, semua orang bule yang tinggal di Jakarta di saat menelusuri trotoar biasanya hanya mengenakan kaos atau hanya singlet. Holmes di sini hanya mengenakan kaos putih atau hitam dengan lengan panjang ke manapun dia pergi, kecuali pada malam hari dia mengenakan jaket. Untuk kendaraan tentu saja anda tidak bisa cepat sampai ke TKP jika naik taksi lokal, Sherlock Holmes harus mobile tapi pakai mobil pribadi juga pasti terjebak macet, karena itu Holmes versi Indonesia harus punya motor yang keren.

Dan masih banyak hal lainnya yang perlu di adaptasi dengan Indonesia. Iya, agak sulit memang, tapi jelas ini bakal jadi projek yang menantang.
.  .  .

Untuk episode pertama, kita masuk ke origin-nya, ini adalah kisah pertemuan antara Holmes dan Watson. Lalu setelah perkenalan (tanpa basa-basi) mereka langsung masuk ke babak penyelidikan kasus pembunuhan.

Kita tahu dari buku-buku dari film dan sebagainya, Holmes punya banyak kasus pembunuhan yang menarik.Sayangnya, semua cerita sudah banyak yang di adaptasi ke berbagai macam bentuk, semua orang sudah tahu garis besarnya. Sesosok mayat di temukan oleh polisi lalu ada detektif amatir yang membantu penyelidikan, itu semua sudah umum. Kita mesti punya sesuatu yang beda. Seperti yang saya ceritakan di konsep sebelumnya Holmes bukan seorang detektif yang menunggu panggilan job's di kantor.

Holmes punya jaringan sendiri, Holmes sebenarnya adalah seorang freelance yang bekerja untuk Polda Metro Jaya. (namun tidak secara resmi). Holmes bekerja untuk satu orang di kepolisian yaitu AKBP Lestrade atau yang sering mereka panggil Pak Inspektur meski harusnya dipanggil Komandan. Ok, jika debut perdana-nya Holmes karya Conan Doyle adalah Study in Scarlet, dan episode perdana-nya Holmes dari BBC One adalah Study in a Pink. Bagaimana jika episode perdana-nya Holmes ala Jakarta adalah 'Study in a Blue' atau kita sebut dalam versi Indonesia 'Kasus di Kampus Biru.'

Sebuah kasus pembunuhan, terjadi di Hutan UI Depok. Sungguh, kenapa UI Depok? Sebab di tempat itu benaran banyak kasus kriminal, banyak banget mahasiswi yang jadi korban beberapa tahun terakhir ini. Terutama jika mereka pulang sendirian pada malam hari.

Saya mendengar banyak rumor tentang daerah-daerah di sekitar situh. Kawasan Hutan UI Depok ibarat kawasan London Timur pada Era Jack The Ripper. Di mana terdapat psikopat yang berkeliaran memburu wanita yang berjalan sendirian. Tapi begini saja masih kurang, dan belum cukup relevan untuk versi adaptasi karena motif pembunuhan di Indonesia terutama Jakarta berbeda dari motif pembunuhan di cerita fiksi.

Di sini kasus pembunuhan biasanya terjadi karena masalah cinta atau sakit hati. Hal sederhana, yang mudah untuk ditelusuri. Namun dalam kasus pertama ini, sang pelaku bisa menciptakan alibi yang nyaris sempurna dan sulit ditebak oleh para penonton.

Karena kasusnya di UI Depok, yang merupakan Universitas nomor 1 di Indonesia, lebih asik lagi jika sejak episode awal sang Nemesis Professor Moriarty sudah muncul di sana. Moriarty adalah seorang dosen matematik atau fisika yang mengajar di sana. Saya membayangkan yang menjadi Moriarty adalah aktor sekelas Reza Rahardian ! hihihihi... Pasti bakal ekstrem ini cerita.

.  .  .

No comments:

Post a Comment