Thursday, April 3, 2014

Pertunjukan Sulap dan Film Action

Pertunjukan Sulap dan Film Action
By Ftrohx


"You don't really want to know. Cause you want to be fooled." - Mr. Cutter , The Prestige.



Terjadi pada kita semua.

Kamu mencari jawaban atas sebuah rahasia, namun kamu tidak menemukannya, karena kamu tidak benar-benar mencari, karena kamu sebenarnya tidak ingin mengetahuinya, karena dalam alam bawah sadar kamu, kamu ingin ditipu agar bisa keluar dari rutinitas.

Seperti kata Robert Angier 'Dunia itu simple, sangat simple yaitu menyedihkan dalam segala aspek, semua seperti tembok dengan jalab buntu.' Tapi ketika kamu bisa menipunya, ketika kamu bisa berimajinasi menembus tembok itu, walau hanya untuk satu detik, maka kamu dapati rona bahagia di wajah mereka.

Itulah yang sangat berharga.

Iya inilah yang terjadi, baik itu pada pertunjukan sulap ataupun pemutaran film di bioskop.

Kita ingin ditipu tapi dengan cara yang berkualitas.

Namun masalah kualitas setiap orang memiliki standarnya sendiri.

Orang yang biasa menonton pertunjukan sulap, orang biasa melihat trik sulap dan apa yang terjadi di baliknya.

Aku berbeda dengan orang yang tidak pernah menonton trik sulap.

Standarnya individu berbeda, dan kualitas yang dirasakan pun akan berbeda oleh masing-masing orang.

Mungkin karena saya biasa menonton pertunjukan sulap yang spekta sehingga kadang kalau saya lihat pertunjukan sulap yang biasa-biasa saja.

Saya melihatnya seperti iklan sabun cuci di televisi, kurang begitu penting untuk saya.

Sama juga dengan film, sejak kecil sampai sekarang saya selalu disuguhi film action.

Baik itu adegan pertarungan yang sadis, balap-balapan mobil, tembak-tembakan, adegan akrobatis, dan lain sebagainya.

Saya sudah menonton nya dari beragam genre action, mulai dari film silat atau kungfu Hongkong hingga action crime ala detektif dunia barat.

Dan karena sudah terbiasa dengan film-film yang spekta, di saat saya menonton film yang biasa saja, saya sulit untuk mencerna-nya.

Pembicaraan panjang lebar ini sebenarnya saya hanya ingin membahas tentang Raid 2 Berandal.

Secara logika banyak saya sadari, scene ataupun babak dalam film ini yang tidak masuk akal.

Saya sadari itu dan mungkin begitupula dengan anda.

Mulai dari bagian awal di mana seorang kepala Polisi yang merekrut Rama sebagai intel ke dalam tubuh mafia.

Dari perbincangan awal di ruang interogasi itu memang mengejutkan bagaimana dia mengambil keputusan tapi jelas itu tidak logis menurut saya.

Mungkin memang harus diambil keputusan yang ekstrem tapi dari sudut pandang saya masih banyak alternatif lain selain itu.

Saya tahu kehidupan nyata itu membosankan, hukum dan perundang-undangan memang sangat penting tapi kita tahu karena begitu nyata - maka mereka begitu membosankan.

Begitupula dengan procedural polisi, cara-cara penyelidikan detektif adalah permainan logika, dan logika itu membosankan - sama membosankannya dengan pelajaran matematik di kelas 2 SMA.

Iya mungkin itu yang ada dibenak para produser film.

Film action thriller adalah film yang penuh aksi - harus penuh dengan kesadisan, dan harus penuh dengan kejutan.

Saya sendiri suka dengan kejutan, saya suka dengan pengalaman-pengalaman baru, saya suka dengan pengetahuan baru.

Film ini memang penuh kejutan, sayangnya kejutannya adalah sang protagonis masuk ke dalam ruangan lalu langsung menggorok leher seseorang, masuk ke tempat lain dan sebuah kepala di ledakan, dan sebagainya-sebagainya.

Kejutannya adalah kesadisan, kejutannya adalah darah yang muncrat ke mana-mana.

Aksinya memang terlihat Riil.

Tapi pada akhirnya saya memakai quote dari Mr Cutter di The Prestige "You don't really want to know. Cause you want to be fooled."

Iya saya tahu semua itu hanya lah kebohongan tapi saya berharap, mereka berbohong - berakting dengan lebih Riil lagi.

Saya suka dengan Rama (Iko Uwais), saya suka dengan Prakoso (Yayan Ruhian), dan saya suka dengan Kang Cecep Arif Rahman dia juga begitu Riil.

Tapi begitu masuk dengan karakter lain, para Boss mafia itu.

Mereka tidak begitu pintar dan mereka jauh dari karakter mafia, saya tidak bisa berkomentar lebih banyak lagi.

Seperti menonton sebuah pertunjukan sulap.

Sayangnya pertunjukan itu sudah jelas terbaca semua trik-triknya, sehingga ketika saya melangkah keluar dari bioskop tidak ada lagi misteri yang perlu saya renungkan.

Saya berharap lain kali ada film baru asli Indonesia yang memberi saya pengetahuan baru untuk saya renungkan.

.  .  .

No comments:

Post a Comment