By Ftrohx
Siang tadi gw membuka file-file lama, dan gw kembali bertemu dengan Mysterious Affair at Style dari Agatha Christie. Meski dia sangat jenius, tapi asli gw bukan penggemarnya, ada banyak yang gw kritisi terutama tentang motif dari para penjahat. Selalu berulang yaitu pembunuhan dengan motif harta warisan, dan kadang gw ngelihat dia seperti sinetron-sinetron lama. Namun meski begitu ada beberapa karyanya yang sangat gw apresiasi terutama novel yang gw bicarakan ini.
Mysterious Affair at Style berkisah tentang seorang wanita kaya-raya yang meninggal setelah minum kopi, uh klasik. Wanita kaya-raya yang baru saja menikah dengan seorang lelaki muda yang tampan nan eksentrik. Si wanita juga memiliki dua orang anak yang otomatis mendapatkan warisannya setelah Ibunya meninggal, begitupula dengan suami mudanya yang juga akan mendapatkan warisan.
Belakangan diketahui bahwa kematian si wanita adalah pembunuhan berencana dengan memasuk racun ke kopi korban. Dan jelas siapapun pelaku adalah orang yang memiliki motif untuk mendapatkan warisannya.
Kedua anaknya menjadi tersangka utama dengan bukti dan bukti yang terus bermunculan. Namun kemudian sang detektif Hercule Poiriot membaliknya, bahwa sang anak tidak bersalah yang justru bersalah adalah si suami muda dari nyonya tersebut. Tentu saja, motif klasik masalah harta warisan.
Ok, Agatha Christie memang jenius, dia membuat 70 novel dalam kurun waktu 20 tahun. Tapi asli dia bukan penulis favorit gw, ada banyak yang gw kritisi dari karya-karyanya. Namun gw membahas ini karena kasus yang terjadi di Jakarta dua minggu belakangan ini persis dengan apa yang terjadi di novel Agatha Christie
Seorang wanita kaya bernama Wayan Mirna yang baru saja menikah ditemukan meninggal setelah meminum kopi. Kesamaannya jelas, korban sama-sama wanita, sama-sama orang kaya, sama-sama baru menikah, dan sama-sama meninggal karena minum kopi.
Sebenarnya banyak spekulasi berputar di kepala gw tapi gw rasa hal itu nggak perlu gw tulis di sini.
Yang ingin gw sampaikan adalah pembunuhan dengan racun adalah pembunuhan paling-paling menyebalkan yang pernah gw kenal dalam seluruh sejarah kasus kriminal. Dan yang lebih menyebalkan lagi tentu saja Agatha Christie sangat menyukai kopi dan zat beracun
Terbukti dari begitu banyak novel kriminal yang dia tulis mengambil tema ini pembunuhan dengan kopi beracun (detailnya akan saya bahas di artikel berikutnya.) Kebetulan pula Agatha sebelumnya pernah bekerja sebagai perawat semasa perang dunia pertama. Kebetulan karena pekerjaan dia jadi mengenai begitu banyak zat kimia, obat-obatan, dan tentu saja zat beracun -dia sangat analitik untuk bidang.
Bicara tentang kasus yang terjadi belakangan ini, asli gw penasaran, apa pelakunya itu penikmat novel Agatha Christie atau karya detektif klasik lainnya, sampai-sampai dia menggunakan teknik seperti ini untuk membunuh korbannya? Entahlah, ini patut dipertanyaankan sekaligus diselidiki oleh pihak berwenang.
Kembali bicara, bukan hanya metodenya, tapi yang sangat-sangat bikin penasaran adalah latar belakangnya. Bagaimana mungkin seseorang bisa pura-pura baik lalu memasukan racun ke dalam kopi korban. Seperti apa karakternya? Seperti apa psikologi pelaku? Kenapa dia sejahat itu melakukannya?
Ini yang juga gw pertanyaankan.
Seseorang dengan karakter yang super-duper licik, yang merasa begitu yakin dapat lolos dari hukum.
Tadi pagi seorang (yang mengaku) pakar forensik bilang bahwa pembunuhan seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang berada jauh dari korban? Lah menurut gw sebaliknya, pemberian racun hanya dan hanya bisa dilakukan orang yang berada di dekat korban yang bisa menjangkau makanan atau minuman korban. Kecuali jika lo menggunakan sniper itu baru bisa disebut pembunuhan jarak jauh.
Seperti yang kita baca dalam sejarah, baik fiksi maupun kejadian nyata, pembunuhan dengan racun selalu dan selalu dilakukan oleh orang yang berada di dekat korban. Lalu kemudian si pelaku dengan begitu berani (setelah eksekusi) percaya bahwa dia bisa lolos dari hukum. Dengan alasan tidak ada satu pun saksi yang melihat dia menaruh racun di minuman atau makanan korban.
Dan kembali lagi polanya selalu sama, eksekusi dilakukan di tempat umum, di tempat yang dilihat banyak orang. Tentu saja dengan motif ingin membuat alibi. "Banyak orang kok yang ada di sana," atau "Masa orang sebanyak itu tidak melihat saya?" Berada di tengah banyak orang, berada di banyak sorot mata, namun tidak ada yang melihatnya. Selama si pelaku kuat untuk menahan kebenaran, maka tak ada satupun jaksa atau pembuktian yang bisa membuktikan dia bersalah. Kecuali jika mereka buat trik penjebakan atau pembuktian yang sangat kuat, terutama tentang motif.
Studi kasus penyelesaian konklusi di Mysterious Affair at Style, motifnya adalah untuk mengambil harta warisan si Nyonya Besar. Pertanyaannya bagaimana membuktikannya? Tak ada yang melihat dia menaruh racun di cangkir kopi korban, dan tak ada pelacakan darimana racun itu berasal. Tapi bodohnya, si pelaku meninggalkan satu pesan di kertas, pesan yang sangat jelas untuk mengeksekusi korban, dan faktanya dia tidak bisa mengelak dengan tulisan yang jelas tulis si pelaku sendiri.
Tapi untuk kasus yang terjadi di Jakarta sekarang. Polisi harus bekerja ekstra keras, karena saya yakin si pelaku tidak meninggalkan pesan pembunuhannya di atas kertas. Karena jaman sekarang semua sudah guna'in handphone, dan sebuah pesan elektronik dengan mudah bisa dihapus.
Terakhir yang bikin saya gregetan adalah masalah MOTIF. Sampai saat ini masih buram apa motifnya.
Jikalaupun muncul banyak saksi, kebanyakan saksi tidak terekspose apa masalalu (hubungan ataupun konfliknya) dengan korban, dan itu membuat buram apa motif pembunuhannya.
Sekarangpun situasi makin keruh dengan banyak pengamat politik, pengacara, ahli forensik, wartawan dan lain sebagainya yang bicara ini itu, berspekulasi, berhipotesa dan berkomentar panjang lebar yang sebenarnya melanggar etika sebagai seorang ahli.
Di keadaan yang absurd ini, menemukan motif pelaku (kenapa dia melakukan aksi pembunuhannya) menurut saya adalah hal yang sangat krusial. Karena dengan mengetahui motifnya, dengan tahu apa yang melatar belakangi pembunuhan, maka para penyelidik bisa melakukan rekonstruksi ulang dari buntut hingga ke kepala si pelaku.
. . .
Ilustrasi, cangkir kopi dari owtop.blogspot.com
No comments:
Post a Comment