Thursday, November 27, 2014

Review Interstellar (2014)



Kembalinya Christopher Nolan
By Ftrohx


Malam ini pulang dari bioskop banyak hal yang saya pikirkan, diri saya sendiri, keluarga, teman-sahabat, orang di sekitar saya, dan dunia ini. Apa yang akan terjadi selanjutnya? seperti apa masa depan? Apa yang bisa kita lakukan? Apa masih ada harapan di ujung sana?

Menonton ini justru kepala saya makin banyak pertanyaan menumpuk? Apa saja yang belum saya selesaikan? Apa itu Cinta? Apa itu Takdir? Dan apa itu kebahagian? Mereka bahwa cinta bisa menembus batasan ruang dan waktu, mereka bilang bahwa dengan cinta seseorang bisa menempuh yang jauh, bukan hanya jarak tapi melampaui batasan hidupnya. Cinta menggerakan manusia untuk menjadi sosok yang lebih baik, Cinta membuat manusia terus berjuang meskipun tak ada harapan.

Dan seperti Syair lagu Dewa 19 "Cinta kan membawamu kembali di sini menuai rindu membasuh perih,"



Gw sudah lama nggak merasakan hal seperti ini sejak nonton 5 centimeter-nya Makoto Shinkai, sebuah drama, tentang kenangan masa lalu dan impian di masa depan, tentang cinta. Tapi Interstellar menyajikannya dengan lebih Grande lagi, bahwa Cinta bisa membawa manusia jauh pergi ke masa depan, dan dengan Cinta juga manusia bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki sesuatu yang salah.

Entah, mungkin gara-gara Eka Kurniawan, belakangan ini gw berusaha untuk percaya bahwa gw bisa mengubah masa lalu, bahwa manusia bisa memilih masa lalunya, bisa memilih sejarah hidupnya. Memang terdengar mustahil, tapi semua terjadi kesulitan dan kesengsaraan semua hanya ada di dalam pikiran manusia. Jika manusia bisa mengendalikannya, dia bisa melakukan apapun yang mustahil.

.  .  .

Ok, langsung saja.

Cerita dimulai di sebuah lahan pertanian, dunia mengalami krisis global di mana tanaman satu per satu punuh. Gandum dan Kentang sudah tidak bisa ditanam lagi, yang tersisa hanya jagung. Krisis pangan dan jumlah manusia yang terus bertambah banyak.

Pemerintah sudah tidak bisa melakukan banyak hal, sistempun diubah. Pendidikan tinggi hanya menciptakan para petani, sedangkan insinyur dihilangkan. Manusia difokuskan pada pertanian dan bukan pada teknologi luar angkasa. Tidak ada inovasi, tidak ada penemuan teknologi baru.

Kamera menyorot wilayah pertanian di Amerika, sebuah kota kecil. Sebuah rumah yang sederhana di tengah ladang jagung.

Di sini gw melihat sejak awal, Nolan dan TIm-nya mencoba untuk menarik empati penonton. Keluarga biasa, keluarga yang hidup sederhana menjadi tokoh sentral dalam sebuah film yang Grande.

Meski hidup sederhana di sebuah pemukiman terpencil, tapi terlihat jelas Cooper dan Murph melek teknologi. Mereka menggunakan robot untuk menggerakan traktor-traktor, dan Murph punya perpustakaan mini di kamarnya. Ah, dari dulu gw pengen banget punya perpustakaan mini di rumah.

Dan perjalanan panjang dimulai, saat Cooper dan Murph menemukan bahwa hantu di kamar mereka mencoba berkomunikasi dengan bahasa Biner. Mereka mendapat sebuah koordinat misterius, dan ternyata koordinat yang diberikan hantu  itu adalah markas rahasia NASA.

Di sana Cooper bertemu dengan kenalannya Prof. Brand si ahli Fisika.

Prof. Brand menjelaskannya semuanya, bahwa Planet Bumi sedang sekarat dan Murph bisa jadi adalah generasi terakhir dari umat manusia. Seseorang harus pergi ke sana, keluar angkasa menemukan planet yang bisa dihuni dan menjadikanya tempat tinggal baru bagi umat manusia. Cooper lalu berkata. "Itu mustahil tidak ada tempat yang bisa dihuni di Tata Surya ini, dan untuk keluar dari Galaksi dibutuhkan ribuan tahun,"

Prof. Brand tersenyum dan diapun memberi sebuah kejutan. Semua sudah direncanakan sejak puluhan tahun sebelumnya. Mereka telah menemukan Wormhole yaitu sebuah portal yang bisa membawa manusia ke tempat-tempat terjauh di luar angkasa dalam sekejab.

Wormhole itu memiliki 12 kemungkinan galaksi, dan dari 12 itu terdapat 3 kemungkinan jalur aman. Sepuluh tahun yang lalu mereka mengirim tiga kapal masuk ke dalam Wormhole itu. Ketiganya berhasil menemukan planet baru tapi tidak dapat kembali pulang ke bumi.

Dan kali ini mereka menyiapkan Tim untuk mengamati ketiga planet yang telah ditemukan itu. Mengamati dan mengobservasi apakah ketiga planet itu bisa dihuni manusia atau tidak.

Prof. Brand memilih Cooper sebagai pilot yang memimpin ekspedisi Endurance. 

Ada dua rencana; A mereka mengobservasi ketiga planet tersebut apakah cukup aman untuk dihuni manusia, sementara Prof. Brand mengembangkan rumusan gravitasi untuk menciptakan station luar angkasa yang dapat mengangkut banyak manusia. Jika rencana A tidak berhasil, maka mereka masuk ke rencana B yaitu kru Endurance yang mencapai planet yang dihuni menciptakan koloni baru bagi manusia. Mereka telah menyiapkan sel-sel hidup yang dia angkut dalam kapal Endurance.


Satu hal yang gw salut dari si tokoh utama Cooper alias Matthew McConaughey, adalah dia awet muda, kok bisa dia menjadi orang nyaris sama seperti di film Contact bersama dengan Jodie Foster

Tentu bicara tentang Interstellar, kita nggak boleh melewatkan The Contact

Film yang bercerita tentang seorang fisikawan wanita yang terobsesi dengan gelombang dari luar angkasa. Dia ingin menemukan suara dari surga, dia ingin bisa berkomunikasi dengan suara itu, dia ingin tahu apa yang akan terjadi pada manusia selanjutnya, kemana jiwa manusia pergi, dan yang paling terpenting dia ingin bertemu kembali dengan Ayahnya, meski dia tahu Ayahnya sudah meninggal.

Meski film lama, tapi gw suka The Contact, Beberapa kali gw menonton ulang film itu di O-Channel.

Setelah bertahun-tahun dia berjuang, akhirnya secara kebetulan di gurun Meksiko dia mendapatkan signal itu. Suara dari surga, suara yang menjadi jawaban bahwa ada kehidupan lain di luar angkasa, bahwa manusia tidak sendirian di alam semesta yang begitu luas ini.

Signal itu ternyata bukan sekedar kontak, melainkan sebuah data terenkripsi yang dikirim oleh Alien sebagai petunjuk bagi manusia untuk menciptakan mesin Wormhole. Mesin yang bisa membawa manusia pergi melintasi galaksi dalam sekejab.


Menonton Interstellar, gw merasa film ini adalah Sequel dari The Contact, bukan cuma Matthew McCaugney tapi juga ada Lynda Obst dan ahli fisika Kip Throne, bedanya cuma Jodie Foster sudah pindah ke Elysium.

Atau mungkin Mc Caugney diselamatkan oleh koloni Elysium yang sedang berpatroli di Saturnus, karena bentuk station luar angkasanya sama bukan? Elysium dan Murph, sama-sama sebuah Kota yang digulung seperti astor.

Setidaknya mereka menyapa.  "Hai gimana masih jadi pendeta?"

Matthew: Kamu masih mencari suara dari surga?

Jodie: Oh tidak, saya sekarang sibuk dengan urusan administrasi, saya mengelola koloni ini.

Oh iya, Matt Damon kan dari Elysium, harusnya Om Christopher Nolan juga mengajak Jodie Foster di sini.


Sorry, agak sedikit ngelantur. Ok, kembali ke Interstellar.

Kru Endurance berangkat ke Saturnus; dua pria, satu wanita, dan satu robot. Si robot punya program Artificial Inteligence yang beda dari robot-robot luar angkasa lain. Dia punya program lelucon. Baru sampai Stratosphere aja dia sudah nge-lawak. Endurance menuju Exosphere membawa tiga budak manusia untuk koloni robot.

Cooper langsung melotot. "Apa yang dia bicarakan?"

"Dia memang begitu, dia punya program lelucon," ucap Doyle.

Para penonton yang pintar pasti ketawa. Gw jadi ingat film Red Planet, film tentang misi ke Mars itu. Mereka juga membawa robot untuk membantu kru di bawah sana, tapi kemudian robot itu mengalami kerusakan sirkut dan malah membantai para kru pesawat.

Apakah ini bisa juga terjadi pada awak Endurace, syukurnya TARS diciptakan dengan bentuk seperti mesin ATM berjalan. Desain-nya memang minimalis cubic fungsional, dia bisa berubah dari bentuk mesin ATM ke bentuk gear sepeda. Bentuknya tetap kaku, tapi fungsi dan efisiensinya bagus, memang tidak se-canggih robot Transformers, tapi dia lebih pintar daripada Bumble Bee. 

Robot berbentuk manusia biasanya selalu menyeramkan, robot di A.I. -nya Steve Spielberg, robot di Prometheus, atau Terminator. Meski bentuk fisiknya manusia tapi mereka membawa unsur horror, dan gak ramah untuk makhluk hidup organik. Tapi TARS gw suka dia, lebih baik muka seperti kaleng kerupuk namun dalamnya baik, daripada muka ganteng tapi jiwa-nya zombie Frankestein.


Perjalanan dua tahun akhirnya mereka sampai ke Saturnus.

Di sana Doyle menjelaskan tentang Wormhole, jarak paling dekat antara titik A ke titik B bukanlah garis lurus, melainkan sebuah titik. DIa melipat kertasnya, Ok ini bukan film pertama luar angkasa yang mengambil tema Wormhole, sebelumnya ada Event Horizon, film Horor Science Fiction itu dimana ujung dari lubang hitam adalah neraka. Jadi siapa yang masuk ke sana dan berhasil keluar, maka dia membawa keluar makhluk terkutuk dari sana.

Ok, Event Horizon aslinya memang sangat menyeramkan.

Tapi, tidak di film ini. Wormhole bukan berbentuk lubang atau portal, melainkan berbentuk seperti bola gelembung udara. Doyle menjelaskan. "Bentuk titik dalam tiga dimensi, tentu saja sebuah bola,"

Dan mereka masuk ke sana. "BOOOM!!" seperti Warp yang dipakai J J Adams.

Mereka langsung tersedot dalam Jet Coster yang penuh dengan jutaan bintang, seperti review di New Yorker mereka jauh lebih baik daripada portal di Star Trek juga jauh lebih baik daripada film The Contact.

Dan sampai di ujung lorong pemandangan sebuah lubang hitam terlihat, bentuknya seperti Bohlam Raksasa yang ditarik hingga melengkung, beda dengan film-film science fiction sebelumnya di Black Hole seperti pusaran air atau tornado yang sangat hitam gelap. Di sini Black Hole seperti bola matahari raksasa yang menghitam, agak susah mendefinisikannya, yang pasti itu sesuatu yang sangat besar.

Di dekat Black Hole terdapat sebuah planet yang mengirim signal ke Endurance, planet yang didatangi kru sebelumnya. Sebuah planet putih dengan air dan oksigen, mereka mendarat di sana. Menemukan daratannya dipenuhi oleh air.

Mengingat keadaan bumi sekarang yang tidak pernah turun hujan selama berpuluh-puluh tahun. Amelia Brand berasumsi bahwa ini adalah planet yang tepat sebagai rumah baru umat manusia.

Namun tiba-tiba gelombang besar setinggi gunung datang dengan tiba-tiba, semua panik mereka berlari menuju kapal, dan Amelia terjatuh. Syukurnya dengan sigap robot TARS berubah bentuk dan menyelamatkan Amelia. Sayangnya, Doyle tertinggal di depan pintu masuk kapal sehingga tubuhnya langsung terhempas oleh ombak raksasa.

Gw suka visual efeknya di sini, sangat dramatis, begitupula dengan emosi Matthew dan Anne Hartaway. YA ALLOH itu Anne cantik banget, gw benar-benar nggak bergerak dari bangku penonton.

Kembali ke Endurance, dua jam di permukaan planet mereka telah kehilangan waktu 20 tahun.

Banyak hal yang sudah terlewati Cooper dan Amelia. Sekarang di Bumi, Murph telah dewasa dan menjadi peneliti untuk NASA. Begitupula dengan Prof. Brand dia telah sangat tua dan sekarat.

Di sini banyak tangis, banyak emosi, dan terasa banyak keputusasaan.

Dengan bahan bakar yang sangat menipis mereka harus memutuskan, untuk pergi ke satu planet lagi, lalu pulang ke Bumi. Melewati perdebatan yang alot, mereka memutuskan untuk pergi ke satu planet dimana Dr. Mann (Matt Damon) berada.

Mereka turun ke planet yang berselimut awan putih, ternyata itu bukan sekedar awan, itu awan beku yang sama kerasnya dengan bongkahan es kutub utara. Mereka menemukan Dr. Mann yang tertidur dalam peti Cryo, semua anggota timnya telah tewas, bahkan robot yang menemaninya pun sudah jadi rongsokan.

Dr. Mann bangun dan menjelaskan detail tentang planet, dan apa yang bisa dilakukan di planet tersebut.

Planet ini cukup aman, ungkapnya. Cukup untuk membangun koloni.

Di saat mereka berada di bawah pesan masuk datang dari Endurance, Prof. Brand telah meninggal dan Murph sekarang mengambil alih pimpinan. DIa menjerit putusasa, bahwa tugas Endurance bukanlah untuk menemukan planet baru bagi umat manusia melainkan untuk menyelamatkan manusia dengan membangun koloni manusia yang baru di planet yang baru.

Dr. Mann pun membenarkan hal itu.

Bagian ini penuh dengan emosional, Sang Pilot Cooper tidak bisa melanjutkan misi, dia harus kembali ke bumi untuk bertemu dengan anak-anaknya, sementara Amelia, di bumi dia sudah tidak punya siapa-siapa jadi keputusan meninggalkan bumi bersama milyaran manusia yang sekarat adalah keputusan yang tepat demi menyelamatkan species.
 
Dalam persiapan kembali, Dr Mann mengajakan Cooper untuk mengenal planet baru mereka, dia berkata di bawah sana terdapat tanah dan air yang bisa kehidupan manusia. Mereka berjalan jauh menelusuri awan beku, dan tiba-tiba dari belakang Dr. Mann menjatuhkan Cooper.

Sang pilot pun sadar bahwa planet itu tidak memiliki dasar, planet itu hanya kumparan dari gas amonia yang membeku, tidak ada tanah atau air di bawah sana. Dr. Mann menipu mereka dengan mengirimkan data palsu, dia ingin menyelamatkan dirinya sendiri dari planet yang berbahaya.

Di tempat lain, Romily mencoba memperbaiki robot milik Dr. Mann dan dia pun menyadari bahwa datanya sudah dipalsukan, namun sebelum sempat keluar memberitahu yang lain, tenda itu sudah meledak.

Tersisa hanya dua kru Endurance yaitu Cooper dan Amelia, sementara Dr. Mann nekad untuk mengambil alih Endurance.

Setiap film box office butuh karakter antagonis dan di sini Dr. Mann adalah antagonisnya, dia adalah ilmuwan, astronot, sekaligus seorang tentara yang patuh pada peraturan. Dia memiliki kode etik dan disiplin, namun dia juga manusia yang bisa frustasi. Dr. Mann putusasa dengan segalanya, hidupnya, pekerjaannya, umat manusia, dan tanggungjawabnya. Yang dia yakini saat ini hanyalah dia harus bertahan hidup apapun caranya, tak peduli apakah dia harus membunuh manusia yang lain, karena jika dia hidup maka species manusia akan terselamatkan. 

Selanjutnya bagian paling epic dalam Interstellar, yaitu kembali ke Endurance.

Mereka mengejar pesawat Dr. Mann. Berkali-kali Cooper berteriak di radio supaya Dr. Mann membatalkan pendaratannya di Endurance, namun dia memaksa dan terjadi "BOOOM!!" Ledakan. Bagian ini bertubi-tubi penuh ketegangan, ditambah lagi dengan back sound dari composer Hans Zimmer, benar-benar dramatis.

Endurance berrotasi dengan sangat cepat.

Satu masalah selesai masalah lain muncul, mereka harus menyesuaikan kecepatan dengan putaran endurance, atau sederhana kapal mereka harus berputar seperti Bay Blade dan menyamakan kecepatan dengan station Endurance, untuk bisa melakukan kontak palka.

Seperti kata Ian Oniel, adegan ini jauh lebih ribet dan menegangkan daripada pembajakan di Truk di serial Fast and Furious.  Dengan musik yang dramatis, dengan emosi para pemain, plus visual efek, adegan ini cukup berharga untuk di tonton di kursi bioskop.

"Klik," mereka berhasil menyamakan palka dan masuk kembali ke dalam Endurance.

Sekarang kru hanya tersisa dua manusia dan satu robot. Plus bahan bakar yang menipis dan lubang hitam yang jaraknya cuma lima menit dari mereka. Satu-satunya solusi adalah melewati lubang hitam, dan sampai ke planet aman berikutnya, planet dimana Edmund mengirimkan signal positif.

Banyak orang yang mengkritik dua bagian akhir ini tidak sesuai dengan science yang sebenarnya.

Ok, gw setuju.

Sebenarnya pesawat Star Trek yang besar dan punya teknologi Warp-pun belum tentu bisa lolos dari batas Event Horizon apalagi pesawat kecil seperti Endurance. Bayangkan saja, gelombang cahaya sekalipun disedot oleh Gravitasi super dari Lubang Hitam, apalagi kapal biasa. Setiap partikel dari material harusnya rontok oleh Lubang hitam. Seperti kata Ian Oniel di majalah Rolling Stone. "Ok namanya juga film Science Fiction."

Dengan dramatis mereka melalui samudera awan jingga yang merupakan tepian dari Gargantua.

Mereka berhasil terbang melewati Event Horizon dengan rumusan Newton tentang daya gerak kinetik, yaitu dengan melepaskan kapal satu per satu dari Endurance. Dan Cooper mengorbankan dirinya untuk membuat Amelia keluar dari zona Gargantua.

"Bluung!!" Kapal milik Cooper masuk ke dalam Lubang Hitam ke dalam kegelapan terdalam alam semesta, di bawah sana terdapat banyak percikan api. Pertama hanya sedikit namun lama kelamaan percikan itu menjadi badai api. Pesawat pun rontok dan Cooper menekan tombol eject.

DIa keluar dari pesawat dan melayang di lubang hitam.

Ok seperti yang gw bilang di atas lubang hitam memiliki gravitasi yang bisa untuk merontokkan setiap partikel, gravitasinya begitu kuat sampai-sampai menghancurkan ruang dan waktu. Tapi karena jagoan kita mesti tetap hidup, dibuatlah dunia alternatif dibalik Lubang Hitam.

Mereka menyebutnya Tesseract, tempat ini seperti gabungan antara dunia The Matrix dengan mimpi dari Ariadne. Seperti perpustakaan dengan labirin tanpa batas, oh iya hampir lupa Om Nolan kan ngefans dengan Jorge Lois Borges, karena itulah dia membuat film rumit seperti Inception.

Sang astronot kembali ke rumahnya, ke kamar anak gadisnya. Dia menjadi hantu. Tentu saja, elo masuk Lubang Hitam, tentu saja lo jadi HANTU!! Seluruh partikel ditubuh lo hancur tanpa sisa karena tekanan gravitasi yang sangat kuat yang bahkan melenyapkan matahari.

Penjelasan yang paling masuk akal adalah Cooper memang tewas di sana dan menjadi hantu, lalu secara ajaib bisa pergi ke masa lalu. Tapi yang anehnya kenapa robot TARS juga menjadi hantu?? Dia kan robot? Kenapa robot bisa jadi hantu??

Ok gw nggak bisa memecahkan puzzle yang ini, biarkan penulis lain yang memecahkannya?

Bukan hanya visual efek, emosi dari Matthew Mc Caugney juga luar biasa. Dia sangat merindukan anaknya, dia menangis terharu, sekaligus marah dengan keadaan. Dia tidak bisa berbuat banyak di Tesseract. Dia tidak bisa menyentuh anaknya tapi dia bisa menyentuh lemari buku dan dinding rumah tersebut.

Dia pun menjatuhkan buku-buku tersebut, membuat urutan jatuh buku itu menjadi kode morse. Lalu dia membuat debu yang bergerak menjadi sandi biner. Dan terakhir, dengan data dari TARS mengenai Lubang Hitam dan Tesseract, dia mengirim data tersebut ke dalam gerak jam tangan yang dia tinggal untuk Murph.

Murph pun menyadari gerak jam tangannya, merupakan kode dari hantu Ayahnya, kode yang bisa dia gunakan untuk memecahkan rumusan teori gravitasi yang sudah lama dikerjakan oleh Prof. Brand. Akhirnya dengan rumusan tersebut, Murph berhasil menyelamatkan umat manusia dengan membuat koloni luar angkasa.

Sebenarnya bagi gw sendiri cerita di masuk Lubang Hitam terus ke Tesseract dan menjadi hantu masa lalu memang tidak masuk akal. Tapi mau bagaimana lagi, sebuah cerita butuh solusi. Meski tidak masuk akal, tapi mereka berhasil menyajikan ide dengan sangat bagus. Gw suka konsepnya, tentang "Cinta kan membawamu kembali di sini, menuai rindu menghapus perih."

Dan secara ajaib, Cooper keluar dari lubang hitam, dia muncul di dekat Saturnus dan diselamatkan oleh orang-orang Koloni. Ternyata dia sudah pergi selama 120 tahun, dan bumi sudah ditinggalkan, sekarang orang-orang tinggal di station luar angkasa yang seperti Elysium.

Cooper bertemu kembali dengan Murph yang sudah tua. Dari Murph, Cooper menyadari akan satu hal yang belum selesai, yaitu planet Edmuds dimana Amelia Brand berada. Dan layar kembali menampakkan wajah Anne Hartaway, dia berada di sebuah gurun yang mirip dengan lingkungan Amerika.

.  .  .

Konklusi

IMDB ngasih point 91 skala 100 untuk film ini, gw sendiri untuk film gw kasih 84 skala 100.

Yang pasti gw masih lebih suka Rurouni Kenshin: Legend Ends-nya Takeru Satoh ! Hahahaha...

1 comment:

  1. Catatan tambahan:
    Waktu pertama kali lihat poster promosinya, dan trailernya yang pertamanya. Gw pikir Interstellar itu kisah, anak-anak kecil yang punya mimpi pergi ke luar angkasa.
    Anak-anak kecil yang selalu melihat ke langit malam dan bintang-bintang, kemudian secara ajaib mereka berhasil pergi ke sana. Entah dengan bantuan Alien atau kekuatan mereka sendiri. Sebenarnya yang kebayang sama gw ntuh waktu lihat poster pertamanya. Wah, ini film bakal jadi the next Super 8, mungkin jauh lebih baik daripada Super 8, tahukan kisah anak-anak di Kota kecil yang bertemu dengan Alien itu.

    ReplyDelete