Wednesday, November 12, 2014

Rurouni Kenshin The Legend Ends


Dentetsu no Saigo-hen Rurouni Kenshin
Review by Ftrohx



Bravo Takeru Sato!!

Gw nggak pernah menyangka Kenshin The Movie bakal se-KEREN ini.

Setelah kekecewaan gw dengan dua film sebelumnya, Kenshin the movie (2012) dan Kenshin: Kyoto Inferno kemarin. Rasa gw nggak ingin berekspektasi lagi.

Namun mereka menghancurkannya.

Semua dendam gw, akhirnya terbayar tuntas dengan Legend Ends.

Bicara tentang Kenshin, cerita adaptasi komik ini membawa sejarah tersendiri dalam hidup gw.

Orang-orang penting dalam hidup gw kebanyakan merupakan fans berat dari Kenshin. Mereka selalu membicarakan Kenshin, membicarakan ceritanya, hingga jurus-jurusnya.

Hiten Mitsurugi - Amekakeru Hirameki, Futaino Kiwame, Tusukan Taring Gatotsu, Kaiten Kenbo, dan sebagainya. Jurus-jurus selama ini kami hanya bisa khayalkan di SMA, semua berubah menjadi jurus-jurus nyata dalam film ini.

.  .  .


Ok, langsung aja ke pembahasan.

Secara garis besar, menurut gw film ini dibagi menjadi 4 bagian: Pertama pertemuan kembali dengan gurunya yaitu Sojiro Hiko, kedua pertarungan dengan Aoshi Shinomori, ketiga kembali ke Tokyo dan penangkapan Kenshin, dan terakhir pertarungan final dengan Makoto Shishio.





Bagian pertama

Film dibuka dengan sebuah mimpi buruk.

Seorang anak kecil yang berada di tengah-tengah mayat, dia tidak tampak ketakutan atau menangis, yang ada hanya ekspresi kemarahan saat menggali makam bagi mereka yang tak bernyawa.

Lalu datang seorang Samurai laki-laki, dia tampak garang dan sakti. DIa pun merekrut anak kecil sebagai muridnya. 

Dan Kenshin terbangun di sebuah gubuk, dia diselamatkan seorang saat terjatuh dari kapal perang Shishio, orang yang menyelamatkannya adalah Sojiro Hiko, sang Guru dari disiplin Hiten Mitsurugi.




Mengingat apa yang terjadi saat bertarung melawam Seta Sojiro dan pedangnya patah. Kenshin, ingin berlatih kembali dengan guru-nya. DIa menginginkan kekuatan dari jurus rahasia aliran Mitsurugi. Sebuah jurus pamungkas untuk mengalahkan Makoto Shishio.

Pada part ini, gw membuat kesalahan, gw menganggap remeh Takeru Sato.

"Ah, paling film akan berakhir membosankan, terlalu banyak dialog, terlalu banyak drama, setting filmnya juga mengingat gw dengan film Shinobi: Heart Under The Blade. Paling-paling mereka akan menggunakan animasi yang ala-ala The Matrix." Ternyata gw salah total.

Mereka benar-benar menggunakan real fighting, seperti halnya The Raid, mereka full body contact yang membuat visual sampai bau emosi-nya benar-benar riil. Itu baru awal latihan antara Kenshin dengan Sang Guru. Gw sempat resah, kalau ini cuma gimmick di awal saja, ternyata semakin berjalan TENSI pertarungannya semakin tinggi.

Puncaknya adalah Amekakeru Ryu no Hirameki diturunkan oleh Sojiro Hiko dengan syarat dia harus memberikan semuanya termasuk nyawa-nya untuk jurus itu. Brilliant, sang sutradara memotong adegan itu, skip langsung ke babak selanjutnya tanpa memperlihatkan jurus Ryu no Hirameki.




Bagian kedua

Dijemput oleh Misao, Kenshin kembali ke Kyoto ke markas para Oniwabanshu.

Kenshin mendapati kabar bahwa dirinya dicari-cari oleh pemerintah atas tuduhan-tuduhan pembunuhan yang pernah dia lakukan di era Tokugawa.

Dibalik itu, Shishio lah yang membuat plot, dia meminta Tuan Ito (petinggi Pemerintahan) untuk menyerahkan Kenshin agar dihukum mati atau kota Tokyo akan dia serang.

Dalam situasi ini Kenshin tidak boleh terlihat dipublik dan para ninja Kyoto memberi dia rute perjalanan aman ke Tokyo. Namun, ditengah jalan Aoshi Shinomori menghadangnya. DIa tahu Kenshin akan lewat jalan itu, jadi dia mem-block rutenya. Di sana juga hadir kakek Oniwabashu, meski sekarat dia sangat ingin menghancurkan Aoshi.

Di tengah pertemuan dramatis.

Kenshin pun bertarung dengan Aoshi.

Dari dulu saya membayangkan bagaimana jika Aoshi Shinomori dibuat versi live action. Pastinya sangat sulit untuk mencari aktor yang cocok.

Di film Kenshin yang pertama, banyak orang yang bertanya "Kenapa Aoshi tidak muncul? Kenapa antagonisnya hanya Jin'E?" atau pertanyaan seperti "di sequelnya akan sehebat apa Aoshi nantinya?Apakah melebihi Udo Jin'E?" Ternyata memang benar.

Aoshi tidak setampan di versi anime, namun di sini Aoshi jauh lebih garang. Sang aktor Iseya Yosuke menurut gw ibarat garangnya Chef Juna di fusion dengan skill beladirinya Kang Yayan Ruhian (Mad Dog).

Bukan hanya aktornya, tapi orang-orang dibaliknya juga sangat brilliant, mereka berhasil mengambil gambar pertarungan dari angle-angle yang tepat, koreografinya juga mereka benar-benar memperlihatkan dua aliran pedang yang berbeda.




Ini belum pernah gw lihat sebelumnya, tidak di Croching Tiger Hidden Dragon, tidak pula di Storm Rider ataupun The Duel-nya Andy Lau vs Eking Chen, Hero ataupun film-filmnya Jet Li yang lain. Tidak, meski di setiap film silat Hongkong ada dua pendekar yang mengaku dari aliran berbeda, tapi dalam adu jurus (apalagi dengan koreo yang sangat cepat) gerakan mereka pasti terlihat mirip,  cara mereka memegang pedang dan menyabetkannya juga sama, kecuali jika mereka menggunakan senjata yang berbeda, baru akan terlihat seolah berbeda alirannya. 

Namun di duel ini, Bangsatnya sang aktor; Iseya Yosuke benar-benar menggunakan aliran yang berbeda, dia memakai Kaiten Kenbu seperti yang ada di komik dan anime-nya bertarung melawan yang Kenshin yang menggunakan Hiten Mtsurugi. Luar biasa, saya salut dengan martial art director-nya, pastinya dia pakar dalam seni beladiri Kenjutsu.

Iseya Yosuke dengan tubuhnya yang lebih besar dari Takeru Sato benar-benar cocok dengan jurus Kaiten Kenbu, cara dia memegang gagang dengan secara terbalik, serta sabet ganda berputarnya, gw bisa merasakan energi itu. 

Begitu juga dengan Kenshin yang menghindari sabetan-sabetan brutal dari lawannya, dia berlari miring di atas dinding batu, melompat, menghindar dan berputar secara akrobati. Ckckck... di dunia nyata hanya seorang murid aliran Hiten Mitsurugi asli saja yang bisa bertarung dengan cara seperti itu.

Puncaknya, Kenshin menjatuhkan Aoshi dengan Kuzu Ryu Sen (jurus sembilan kepala naga) yaitu sembilan sabetan yang dilakukan secara simultan dalam waktu kurang dari satu detik. TAKERU SATOH benar-benar melakukannya, dia bisa melakukan itu. Damn, gw dan teman-teman langsung pada bengong melihat akhir dari duelnya. 

Melihat hal ini, rasanya perfilman Indonesia mesti banyak-banyak belajar, sebenarnya gw nggak mau mengakui ini. Tapi, mereka bertarung lebih hebat daripada Iko Uwais versus Assassins di Raid 2 Berandal.




Bagian ketiga, kembali ke Tokyo

Di sini ketegangannya sudah mereda, temponya juga berjalan lebih lambat.

Bagian ini lebih banyak drama dan dialog, Kenshin kembali ke Dojo Kamiya Kashin tapi tidak menemukan siapapun kecuali Megumi. Kaoru masih berada dirumah sakit di temani Sanusuke dan Yahiko.

Megumi memberikan Kenshin baju aslinya yang berwarna merah. "Entah sudah berapa hari dia nggak ganti baju?" Hahaha...

Tiba-tiba polisi muncul dan mengepung dojo Kamiya Kashin. Tidak ada perlawanan berarti dan Kenshin pun memutuskan menyerahkan diri.




Dia di bawa ke kantor kepolisian Tokyo, di sana dia bertemu kembali dengan Tuan Ito. Keputusannya adalah Kenshin harus di eksekusi mati atau Tokyo akan dibakar oleh Makoto Shishio.

Di sini banyak flash back tentang masa lalu Kenshin, apa yang saja yang terjadi, kejahatan apa saja yang telah dia lakukan, dan siapa saja orang-orang yang dibunuh olehnya. Di sini Kenshin seperti seorang rampok yang ditangkap, dia dihujat dan diarak melalui kampung-kampung menuju tempat eksekusinya di pantai.

Di sini gw melihat Kenshin seperti Pitung si jagoan betawi yang ditangkap pasukan Belanda.

Pitung memang pendekar legendaris, tapi Pitung juga dikenal sebagai penjahat oleh Pemerintah saat itu. Beberapa catatan sejarah luar negeri yang bersumber dari zaman Hindia-Belanda, menuliskan Pitung bukan sebagai pahlawan melainkan perampok yang sadis dan tak punya belas kasihan pada para korbannya. 

Begitu pula dengan Batosai. Kenshin sendiri sejarahnya terinspirasi dari seorang pembunuh di Era Transisi Jepang yaitu Kawakami Gensai, dari apa yang gw baca di wikipedia. Gensai pada akhir petualangannya pun dihukum mati oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1872.

Beberapa teman protes tentang plot ini, namun saya malah lebih suka cerita Kenshin versi ini. Memang berbeda dari yang versi komik, namun cerita ini berhasil membuat Kenshin menjadi legenda yang nyata. Saya pengen banget seandainya Indonesia bisa seperti ini pada para ksatria legendannya, minimal Si Pitung atau Wiro Sableng di re-make ala Rurouni Kenshin, pasti KEREN banget dah! Hahaha...

Tapi cerita belum berakhir sampai eksekusi, leher Kenshin justru tidak ditebas katana, melainkan tali yang mengingat di belakang punggungnya. Sang eksekutor pun menunjukan wajahnya yaitu Saito Hajime.

Pertempuran melawan Shishio pun dimulai.




Bagian keempat, pertempuran di teluk Tokyo

Semua polisi/prajurit yang ada di sana sudah siap dengan plot rahasia dari Tuan Ito yaitu melakukan serangan kejutan pada Kapal Perang Shishio.

Pertarungan berdarah terjadi di pantai antara pasukan pemerintah melawan pasukan Shishio, darah muncrat dimana-mana.

Saito membantai tanpa ampun para pasukan Shishio dengan teknik Gatotsu, begitu juga dengan pasukan Shishio terutama anggota Juppon Gatana Usui, si tombak buta. Sayangnya, adegan pertarungan Usui versus Saitou tidak lebih dari 5 detik selesai.

Lalu gambar berganti, Kenshin dan para polisi sudah menyiapkan perahu kecil untuk naik ke kapal Shishio.

Bagian ini agak susah gw deskripsikan, karena begitu naik ke atas buritan kapal, Kenshin langsung melakukan penyerangan dengan teknik Hiten Mitsurugi, Semuanya berlangsung cepat, satu orang kena satu tebasan dan langsung jatuh, jumlah musuh banyak namun Kenshin berhasil membersihkan mereka dengan cepat. Atau mengutip deskripsinya Richard Eisenbeis. "Dalam waktu kurang dari 30 detik putaran film, Kenshin membantai nyaris dua lusin orang di atas deck, yang berarti semua dilakukan dalam satu 'take' yang luar biasa kompleks tanpa meninggalkan satu kesalahan shot  pun."

Sementara para pasukan polisi mem-back up dan menjaga perimeter.




Sanosuke menyusul Kenshin, seperti yang kita semua tahu Sano di sini beda dengan Sano versi komik. Sano versi movie jauh lebih konyol, bahkan lebih bodoh menurut gw.

Beberapa kali teman-teman gw memaki-maki kebelo'onan Sano.

Si Gozali bilang. "Sano otak-nya cuma setengah doank!" Hahaha... Sano di sini tidak punya jurus kepala ekstrem 'Futai no Kiwame'.

Awalnya gw pikir ini sesuatu yang salah, namun setelah pertarungan dengan Anji Juppon Gatana, ternyata sang sutradara punya alasan tersendiri kenapa dia mesti membuat Sano tanpa Futai no Kiwame.

Masuk ke bagian bawah, Sano dihadang oleh Anji, tidak ada kepala ekstrem, tidak ada jurus maut satu pukulan. Di sini pertarungan lebih mirip kayak WWF Smack Down, The Rock Dwayne Johnson versus Shena. Dan pertarungan Sano di sini pun jauh lebih cepat dibanding pertarungan Sano dengan tukang pukul bayarannya Kanryu di Kenshin movie pertama. Memang lebih banyak darah di sini, entah mungkin mereka terinspirasi dari The Raid, tapi cara Sano mengeksekusi Anji benar-benar standar; bantingan punggung ke belakang.




Di tempat lain, Kenshin berduel dengan Seta Sojiro si Tenken alias si pedang langit.

Pertarungan ini juga berlangsung dengan gerakan yang sangat cepat, mereka saling kejar mengejar, mereka berlari di lorong-lorong kapal saling menebas dan saling menghadang.

Seperti yang anda tahu, Seta Sojiro adalah penjahat favorit saya dalam serial Kenshin. Sayangnya, berbeda dengan di versi anime yang sampai dua episode untuk pertarungan balas dendam atas patahnya sakabato, duel di atas kapal ini berlangsung sangat pendek. Beberapa teman saya ikut mengkritik, justru jauh lebih bagus duel Kenshin dan Seta di Kyoto Inferno daripada di atas kapal ini.

Sampai film-nya selesaipun saya masih tidak percaya duel antara Sojiro dan Kenshin se-pendek itu. Saya berharap lebih, mungkin adegan itu sengaja dipotong atau sengaja di simpan, saya berharap ada extended version dari Legend Ends. Sebenarnya pertarungannya bagus, koreo-nya bagus, hanya saja durasinya yang terlalu cepat. Dan Kenshin pun mengalahkan Sojiro tanpa menggunakan jurus rahasia Amekakeru Ryu no Hirameki.

Adegan berlanjut, Kenshin turun ke level bawah ke tengah geladak kapal.

Di sana dia langsung disambut Hoji dengan hujan peluru dari senapan mesin-nya.

Shishio muncul bersama wanitanya, dia menyuruh Hoji menghentikan tembakan. Pertarungan dimulai tanpa keraguan, keduanya memasang kuda-kuda layak Samurai legendaris yang siap berduel (oh salah, mereka memang sudah jadi legenda).

Pertarungan dengan Aoshi di bagian kedua memang brutal, tapi Shishio jauh lebih brutal lagi.

Shishio menggunakan segalanya untuk bertarung, sebetan pedang, kepalan tinju, tendangan, bahkan gigitan pun dia gunakan dalam pertarungan.

Jujur gw membuat kesalahan besar dengan menganggap remeh Takeru Sato dan Tetsuya Fujiwara. Dengan apa yang telah terjadi di komik dan anime-nya, rasanya nggak mungkin dua aktor muda ini akan menyamai atau mendekati karakter dalam cerita aslinya. Apalagi basic mereka bukan atlet beladiri, rasanya jauh dari harapan.

Dan ternyata mereka menghancurkan gagasan yang ada di otak gw itu.

Satoh berhasil menjadi Kenshin, dan Fujiwara apa boleh dikata dia melampaui aktor-aktor Hollywood. Jika dibandingkan dengan Joker, dia hanya seorang psikopat yang genius, tapi Makoto Shishio dia adalah karakter yang lebih grande daripada Joker dan salutnya Tetsuya Fujiwara berhasil memerankan tokoh itu. Gila, dia sukses menjadi salah satu penjahat terbesar dalam dunia shounen jump.




Gw nggak nyangka emosi mereka bisa masuk sampai sedalam itu. Dari adegan pertarungan ini, bukan hanya aktor, semua orang yang berada dibalik layar, produser, sutradara, dan terutama koreografer-nya. Mereka benar-benar mengerahkan segala yang mereka bisa untuk film ini.

Tebasan Ryusosen Kenshin berhasil dihentikan Shishio, lalu dia melempar Kenshin ke belakang dengan tendangan melempar ala teknik Jiujitsu hingga tubuhnya menubruk peti kayu.

Dari sini muncul Saito, di atas railing. Shishio pun naik ke atas dan duel tusukan pun terjadi. Dengan mudah Shishio menjatuhkan Saito ke tengah geladak.

Lalu Sano muncul dari belakang dengan kepalan tinjunya, dia menghajar wajah Shishio berkali-kali namun sang monster tetap tidak bergeming. Baginya Sano hanyalah lalat pengganggu yang menghalangi duelnya dengan Kenshin. Si idiot itu dilempar ke atas kotak kontainer, lalu Shishio menghajarnya dengan dramatis hingga kontainer itu ambruk bersamaan. Tiga orang sudah jatuh, lalu tiba-tiba muncul Aoshi Shinomori dengan teknik pedang ganda-nya dia menyilangkan sabetan ke muka Shishio, namun dengan cepat sang monster bisa melakukan serangan balik.

Empat orang jatuh dan empat bangun bersamaan. Dari jumlah lawannya, rasanya tidak mungkin Tetsuya Fujiwara bisa menang apalagi mengimbangi mereka? Atau jika dipaksa pasti koreo-nya akan jelek? Ternyata gw salah.

Koreografi mereka lebih dari yang gw khayalkan sebelumnya.

Mengamati kesuksesaan ini, menurut gw kuncinya justru bukan pada Himura, melainkan Sanosuke yang membuatnya menjadi Spektakuler.

Di sini akhirnya gw ngerti, kenapa sang sutradara membuat Sano tanpa Futai no Kiwame. Karena kepalan ekstrem itu adalah satu jurus maut yang hanya satu gerakan, jika itu diaplikasikan ke adegan ini maka koreografi-nya akan kaku atau sulit untuk dibuat rumit. Seperti yang kita tahu, kunci untuk koreografi yang bagus adalah banyak serangan dan banyak serangan, seperti yang dilakukan Rama saat bertarung dengan Mad Dog di The Raid, itulah yang harus dilakukan Sano; pukulan brutal membabi-buta.

Sementara dua yang lain yaitu Saito dan Aoshi, menambah emosi dengan teknik-teknik tebasannya.




Mereka jatuh dan bangkit lagi, jatuh dan bangkit lagi. Hingga Makoto Shishio mengeluarkan jurus Secret Sword: Crimson Lotus Arm, yaitu jurus pedang api infinite dengan digabungkan bersama bubuk mesin. Menciptakan ledakan mengejutkan bersamaan dengan tebasan api. Jurus itu langsung melumpuhkan Aoshi dan Saito.  Sedangkan untuk Sano, Shishio menghajarnya dengan tendangan berputar ala Taekwondo, membuat Sano terpental jauh dan muntah darah.

Satu-satunya tersisa, satu-satunya yang masih kuat berdiri adalah Kenshi Himura.

Pertarungan mendekati puncak dan Kenshin mengeluarkan jurus sembilan kepala naga; Kuzu Ryu Sen hingga Shishio mutah darah dan sekarat.

Di saat itu Yumi (ceweknya Shishio) turun dan memohon agar sang monster tidak dibunuh, namun ditengah pembicaraan itu. Pedang Infinite langsung menusuk tubuh Yumi hingga menembus dada Kenshin, adegan klasik yang versi sama seperti di anime-nya.

Pada akhirnya semua mesti diselesaikan dengan jurus pamungkas, jurus yang disimpan Kenshin dan sang sutradara yaitu Amekakeru Ryu no Hirameki. Kamera menyorot wajah dari dua ksatria, lalu berpindah ke gagang pedang, lalu fokus pada langkah kaki Kenshi Himura, dan BOOM!! Puncak dari drama spektakuler, satu tebasan mematikan dan kami seolah kehilangan nafas. Tebasan yang sangat kuat seolah ledakan matahari.

Makoto Shishio terpental sampai jatuh di anak tangga. Dia muntah darah lebih banyak daripada sebelumnya, dia tertawa bahagia seperti orang gila.

Semua berakhir, Shishio terbakar oleh hawa panas tubuhnya sendiri.


Konklusi

IMDB ngasih poin 78 skala 100 untuk film ini, tapi gw sendiri untuk Rurouni Kenshin: Legend Ends film ini layak untuk dapat 91 skala 100 point.

Hampir satu dekade gw nggak pernah merasakan, perasaan seperti ini saat nonton sebuah film action, bahkan tidak untuk The Raid 2 Berandal.

Kenshin kali ini adalah film action terbaik yang pernah gw tonton.

.  .  .

4 comments:

  1. Nb: thanks to Goz, Tika, n Putri yang udah nemanin gw nonton Rurouni Kenshin !

    Arigatou Gozaimasu

    ReplyDelete
  2. Penasaran, asal usul pedang shisio keluar api itu kenapa sih?

    ReplyDelete
  3. Hm, kalau gak salah pedangnya Shishio itu menghisap darah para korbannya, dan darah para korban tersebut lama kelamaan berubah menjadi minyak yang mengisi rongga pedangnya, sehingga saat dia menyabetkan pedang muncratan minyak (yang terkena gesekan) tersebut menciptakan api

    ReplyDelete
  4. Tapi pas Shishio mengalahkan Aoshi dan Saitou di pertarungan akhir,

    Dia menggunakan bubuk mesiu bersamaan dengan sabetan apinya

    ReplyDelete