Monday, November 3, 2014

Sembilan Babak


Lanjutan Review Social Network
By Ftrohx


Eka kurniawan bilang, Putra Perdana juga bilang (hal yang sama) bahwa "Cerita yang bagus, cerpen yang bagus, novel yang bagus, yang brilliant; adalah di mana kalimat pertamanya, paragraf pertamanya atau percakapan pertamanya, telah mencangkup semua isi cerita tersebut."

Dan inilah yang ada di film Social Network 2011. Semuanya, seluruh essensi ceritanya, telah terangkum di babak pertama, dipercakapan pertama antara Mark Zuckerberg dengan Erica Albright.

Jujur, film ini agak sulit untuk saya deskripsikan, jauh lebih sulit daripada Inception-nya Christopher Nolan atau Fight Club-nya Chuck Palahniuk. Social Network LEBIH GOKIL lagi, terutama dalam masalah plot, butuh dua minggu bagi saya untuk mencerna film ini dan mengubahnya menjadi review di blog. 

Ok, saya buat sederhana.

Seandainya film ini dibuat linier, dari masalalu lurus ke masa depan, dari awal pembuatan facebook sampai dengan mereka mendapat 1 juta member pertama. Secara garis besar, film ini terdiri dari 9 babak.


Babak pertama, pembukaan.

Ini bagian yang penting seperti yang saya bilang percakapan antara Mark dan Erica ini menjadi kunci dari seluruh pertualangan Mark dalam menciptakan facebook.



Mereka bicara tentang Republik Rakyat China, mereka bicara tentang SAT 1200, IQ orang Asia, mereka bicara tentang Final Club yang jadi impian semua orang, mereka bicara tentang Phoenix Club dimana para petinggi Amerika adalah alumni-nya, mereka bicara pesaingnya The Porcelian Club, sampai mereka bicara tentang Row Crew (para atlet Harvard) hingga Brooklyn University.

Daya pikir Mark terlalu cepat, dia bicara melompat-lompat (knight move thinking,) Erica tidak bisa menerimanya apalagi dia membahas tentang kuliah di BU juga tentang temannya yang menjaga pintu restoran. Erica marah, men-SKAK MAT Mark dengan kata-kata, bahwa Mark bisa jadi genius komputer, Mark bisa sangat kaya dan sukses, tapi dalam dirinya dia akan merasa sendirian karena tidak memiliki wanita (orang yang dia cintai dan mencintai dirinya)  kerena dia adalah introvert nerd, dan yang paling penting kata Erica "You're asshole!"

Mendengar kata-kata Erica, melihat ke dalam diri saya sendiri, seorang wanita juga pernah bicara seperti itu ke gw. Semua orang sama, mereka hanya menginginkan hasil, tak peduli gimana caranya, gimana proses. Tentu saja siapa orang di dunia ini yang mau melihat sebuah proses, kecuali LOE BISA MEMBUAT proses itu berjalan dengan non-linier.


Kedua, Balas Dendam.

"Apa yang elo lakukan ketika, elo dicampakkan oleh seorang cewek cantik?" Tentu saja yang harus lo lakukan adalah mencari cewek cantik lain, atau setidaknya elo bandingkan dia dengan cewek cantik lain. Itulah ide dari Facemash.com

Terlebih secara kebetulan teman satu kamarnya di asrama bicara tentang 'animal farm' Seleksi alam, siapa yang lebih tinggi, siapa yang berkuasa, dan seterusnya. "Jadi kenapa kita tidak buat situs yang membandingkan cewek-cewek cantik di Harvard."


Ketiga, After Party.

Bersenang-senangnya sudah, tinggal menerima konsekuensinya.

Mark dipanggil oleh para petinggi kampus, karena sangat jelas facemash.com melanggar banyak hukum di Harvard.

Mulai dari pelanggaran sistem keamanan jaringan kampus, masalah copyright, pelanggaran privasi individu para mahasiswa (yang fotonya disalahgunakan tanpa seizin pemiliknya), dan melanggar kebijakan kampus tentang distribusi konten ilegal.

Mark dihukum secara akedemik dengan satu satu semester, tapi Mark juga minta agar dirinya mendapat 'recognition' penghargaan atas keahliannya membobol seluruh sistem keamanan kampus.


Keempat, The Wilkenvoss.

Di benci oleh banyak mahasiswi Harvard, secara tiba-tiba Mark didatangi oleh Wilkenvoss bersaudara.

Bisa saya bilang, hanya dengan sekali lihat saja, mereka sudah jadi ANTI-TESIS dari Mark. The Wilkenvoss, mereka berwajah tampan, bertubuh besar, mereka terlihat pintar, kaya dari penampilan dengan pakaian keren, dan yang paling menyesakkan Mark adalah mereka Row Crew, anggota klub para bintang olahraga di Harvard. Erica bilang dia lebih suka anak-anak Row Crew daripada Computer Nerd di Final Clubs. Mereka jantan, mereka garang, mereka memiliki adrenaline dan mereka menarik wanita secara insting.

Masalah yang menyesakkan lagi adalah The Wilkenvoss adalah anggota The Porcerlian atau bisa saya bilang Klan Uchiha-nya Harvard.

The Wilkenvoss mengajak Mark ke Porcelian, dia bertemu dengan Divya Narendra seorang programer handal yang sedang membuat projek website Harvard Connection, website khusus yang menghubungkan seluruh mahasiswa Harvard dalam satu jaringan. Ide-nya menjadi klub eksekutif di mana para mahasiswa mengupload foto, biodata-nya, dan sebagainya sendiri. Mark bertanya 'Apa bedanya dengan friendster atau Myspace?'. Wilkenvoss berkata "Harvard.edu" tentu saja eksklusifitas, cewek-cewek sebuah klub yang tinggi, prestigious, mereka ingin punya cowok anak kuliah Harvard.


Kelima, The Facebook

Sebuah pesta dengan tema Caribian Night di Club Phoenix. Kamera menyorot Eduardo Saverin, lalu Mark muncul di sana.

Mark mengajukan ide ke Eduardo, sebuah ide sederhana. Ide yang dia dapat Facemash.

DI sini sebenarnya saya punya pertanyaan. "Apakah ide itu BENAR datang dari Facemash ataukah ide itu muncul gara-gara pertemuan dengan WIlkenvoss bersaudara?"

Dia bilang kenapa banyak orang yang mengunjungi Facemash? Ini bukan karena Facemash membanding-bandingkan foto cewek-cewek cantik tapi ini karena mereka mengunjungi Facemash, karena kebanakan dari mereka kenal siapa yang ada di foto tersebut.

Setiap orang mengingikan situs yang menghubungkan mereka dengan orang-orang yang mereka kenal. Ini bukan tentang situs dating, ini keseluruhan hubungan social, pengalaman menjadi seorang mahasiswa. Bagaimana jika semua pengalaman dan perasaan dibuat menjadi online, bukan dalam bentuk blog tapi sesuatu yang berbeda, sesuatu yang eksklusif ; THE FACEBOOK.

Mark lalu meminta Eduardo sebagai CFO-nya dengan share saham 30% atas kepemilikan TheFacebook, sementara dia sendiri memiliki 60% saham.


Keenam, Expansion

Syarat pertama dari The Facebook adalah "Elo mesti punya email dengan ekstensi Harvard.Edu." Tentu kata-kata itu langsung membuat shock Wilkenvoss bersaudara, dalam waktu 36 jam TheFacebook online, dia sudah menjaring ratusan mahasiswa Harvard, seperti bandar narkoba yang memberi ratusan narkoba ke para pencandu secara gratis.

TheFacebook menjunjung eksklusifitas, dan itu bukan alasan untuk melakukan ekspansi. Bukan untuk mengejar sesuatu yang komersil, bahkan dia melarang Eduardo untuk memasang iklan di sana.

Semua terjadi gara-gara si cewek sialan Erica Albright, secara kebetulan mereka bertemu kembali di restoran setelah kencan ganda bersama Eduardo dan cewek Asia-nya. Mark ingin meminta maaf pada Erica, tapi 'elo tahu sendiri lah cewek gimana?' dia sudah lebih banyak nyerocos daripada yang seharusnya, dan yang kata-kata terakhir yang paling aneh dari Erica "Goodluck with your video games!" bangsat dia nggak tahu tentang TheFacebook padahal begitu heboh diantara mahasiswa Harvard.

Gara-gara kata-kata terakhir itu, Mark berteriak ke Eduardo. "Kita harus melakukan ekspansi ke kampus-kampus lain."


Ketujuh, Bad Boy Bangsat Justin TImberlake

Jika ditanya siapa artis Hollywood yang paling gw BENCI sekaligus sangat IRI dengan kehidupnya. Satu nama dia adalah Justin Timberlake.

Mungkin Raffi Ahmad bisa meniru Shia LeBouf, mungkin Iko Uwais bisa bermain bersama Keanu Revees atau Joe Taslim bisa jadi penjahat keren yang nggak kalah dari Paul Walker dan Vin Diesel. Mungkin Will Smith memang Bad Boy begitupula dengan Usher, tapi mereka punya batasan.




Namun tidak untuk Justin Timberlake, dia mantannya Britney Spear, dan dia punya daftar panjang setelah itu mengecani artis sexy Hollywood mulai dari Cameron DIaz hingga Jessica Biel.

Dia terlalu Bad Boy dengan image seolah dia bisa tidur (nge-sex) dengan semua cewek yang dilihatnya. Dan genius-nya Produser 'Social Network' bisa melihat itu sebagai potensi pasar. Dengan sangat-sangat brilliant dia menempatkan Timberlake sebagai Sean Parker, karakter antagonis Hollywood yang paling gw benci sepanjang zaman.

Adegan dibuka dengan seorang cowok telanjang berada di atas kasur, dan dia dibangunkan oleh seorang cewek yang hanya mengenakan celena dalam dan sweater. Anda bisa membayangkan apa yang terjadi sebelumnya, inilah kehidupan Sean Parker, pesta-pesta liar, nge-seks dengan cewek yang tidak dikenal, kenalannya justru keesokan paginya di atas kasur.

Luar biasa, apalagi mukanya itu adalah Justin Timberlake, pas banget. Itu kemunculan pertamanya, sedangkan kemunculan kedua, nggak kalah ngesalin.

Di sebuah restoran di New York, dia telat selama 25 menit. Lalu dia muncul bergaya seperti Sexiest Male on Earth versi majalah People yang menghadiri jamuan makan malam selepas penghargaan piala Oscar. Dia bicara banyak hal tentang kesuksesannya di Napster, dia juga bicara tentang gagasan-gagasan mengenai TheFacebook. "Tidak perlu ada iklan, itu seperti sebuah pesta dibatasi hingga jam sepuluh malam," DIa juga bicara ikan Kot, dia bicara tentang memancing. Dengan kecakapannya dia berhasil mengambil hati Mark dan menyinkirkan Eduardo Saverin. "Hilangkan 'The' cukup 'Facebook' saja." Merupakan kontribusi terbesar Sean Parker bagi perusahaan.

Satu kunci di sini, sang sutradara berhasil membuat saya bukan hanya bersimpati tapi sangat berempati pada Eduardo Saverin. Iya, saya berada di sana, saya bisa merasakan bagaimana rasanya disingkirkan, bagaimana rasanya jadi pecundang. Tapi film ini belum berakhir tentunya, lagipula siapa yang tahu akhir cerita?


Babak kedelapan, Toward Climax

Bagaimana ketika sebuah bisnis menjadi begitu besar, sangat besar, dan kamu tertinggal di belakang.

Ini bukan tentang Mark Zuckerberg, dia terlalu sukses untuk itu, dia terlalu berhasil, dan tidak ada simpati untuknya.

DI sini kita bicara tentang Eduardo Saverin.

Dia bukan anak IT, dia bukan programmer, dia seorang anak jurusan Ekonomi, yang kebetulan ditunjuk Mark sebagai CFO. Masalahnya Eduardo tertinggal jauh dibelakang atau kata kasar sudah tidak berguna lagi untuk Mark. Dia tertinggal dibelakang karena Facebook mengalami lompatan quantum dari hanya website lokal/kampus menjadi website yang memiliki ratusan ribu member di seluruh penjuru Amerika dan Eropa.

Saat itu hujan jam 3 pagi, Eduardo sampai di kontrakan Mark di LA. Keparatnya, Sean Parker berada di depan pintu, ledakan emosi dan keributan terjadi.

Selain info baru bahwa Facebook telah memiliki 300ribu member, dan aplikasi wall telah dibuat serta kucuran dana dari investor. Sementara Eduardo dan usahanya mencari investor di New York tidak berhasil. Iya, gw tahu rasanya tertinggal, di saat rekan kerja gw bisa menulis 2ribu kata per hari gw hanya sanggup menulis 2ribu kata per-minggu. Kecuali jika gw bisa melakukan lompatan quantum untuk mengejar ketertinggalan itu.

Kembali Eduardo, dan masalah-masalah sementara Sean Parker penuh dengan energi, Mark berteriak. "Sebaiknya elo pergi!"

Kebencian, iri hati, dan kemarahan semuanya bercampur aduk. Keesokan harinya, Eduardo membekukan rekening bank-nya yang terkait dengan Facebook. Lalu tak lama, telepon datang, sebuah undangan sekaligus penjebakan untuk Eduardo.  


Babak kesembilan, Anti-Tesis

Sang CFO menandatangani surat-surat pentingnya mengenai pembagian saham.  Yang padahal sebaliknya, surat-surat itu adalah jebakan maut untuk menghabisi nyawa-nya sendiri di Facebook. 

Pertanyaan apakah Eduardo bisa membalasnya, setelah begitu banyak kemenangan diraih oleh Sean Parker si junkies billionare yang bisa ngewe sama jutaan cewek. Rasanya mustahil.

Mungkin jika orang lain yang mengalaminya, dia sudah menyerah dengan hal ini, mungkin dia sudah terjun dari jembatan atau bunuh diri dengan menabrakan tubuhnya ke kereta api.

Tapi tidak untuk Eduardo, ada sesuatu yang lain pada dirinya.

Dia memang bukan orang yang punya kepercayaan diri tinggi, dia juga bukan seorang yang ambisius, tapi ada sesuatu dalam dirinya sesuatu yang kuat yang bisa membuat dirinya sejak dulu sampai sekarang bisa berdiri sejajar dengan Mark.

Akhir november dia mendapatkan email dari Mark untuk datang ke kantor barunya. Kantor yang jauh lebih besar dan lebih keren daripada sebelumnya. Dia datang ke sana bukan untuk business meeting melainkan untuk dibantai oleh Mark dan Sean Parker. Di sana dia mengetahu fakta bahwa sahamnya, telah diturunkan dari 30% menjadi 0.03%. Di luar itu gw melihat ada sesuatu yang tumbuh di dalam diri Eduardo, dalam diri Andrew Garfield sesuatu yang kuat bahkan berhasil memudarkan aura dari Justin Timberlake.

"SORRY, MY PRADA AT THE CLEANER'S!! Along with my hoodie and my fucking flip-flop, your pretentious douche bagI" Jujur, gw dan beberapa teman gw yang nonton bareng pun terkejut dengan TWIST ini.



Ada suatu energi yang kuat yang mendominasi ruangan, bukan dari Mark ataupun Sean Parker melainkan Eduardo Saverin. "You better have lawyer up asshole, coz I'm not coming back for 30% I'm coming back for Everything." dan YA sebuah pukulan nyaris melayang ke Sean Parker, membuat si playboy sejuta cewek ini jadi kicep chicken. #Damn bukan cuma orang-orang yang ada di dalam film itu aja yang bengong, GW JUGA bengong, seolah melihat Ichigo Kurosaki tiba-tiba bisa mengeluarkan Kamehameha.

Bravo Eduardo!!

Gw suka nonton film detektif karena akhir ceritanya penuh dengan kejutan, gw suka nonton action thriller karena jagoan yang nyaris kalah tiba-tiba menang. Begitu juga dengan drama ini, sehari setelah pertemuan dengan Eduardo keadaan berbalik bagi Sean Parker, di saat pesta perayaan kesuksesan Facebook dia ditangkap dirumahnya sendiri saat berpesta narkoba dengan anak-anak di bawah umur. Seperti kebanyakan cerita box office, pada akhirnya penjahat kalah oleh karma-nya sendiri.


Epilog

"You're not an asshole Mark, you just trying so hard to be!" ucap pengacara wanita sebelum meninggalkan ruangan. 

Mark pun menghabiskan waktu merenung sendiri. DIa membuka Facebook di laptop-nya dan mengetik nama Erica Albright, semua berawal dari dia, seorang cewek cantik, sebuah cerita cinta, lalu bercampur kebencian, dendam berserta ambisi.

Keterangan lain setelahnya, WIlkenvoss bersaudara mendapatkan uang tuntutannya 65 juta dollar, mereka pun masuk dalam tim olimpiade dayung di Hongkong berada di posisi 6. Sedangkan Eduardo Saverin memenangkan tuntutannya dengan angka yang tidak disebutkan, nama Eduardo pun di restorasi di atas masterhead sebagai salah satu pendiri Facebook.

Ending line, Mark adalah billionare termuda dalam sejarah dunia..

.  .  .

No comments:

Post a Comment