Monday, July 21, 2014

Kiss The Girls - Alex Cross

By Ftrohx


Banyak yang mengkritik film ini sebagai film dibawah standar, tapi menurut saya film ini cukup bagus kok.

Memang bukan untuk ukuran bioskop sih, tapi cukup asik jika ditonton saat lo sedang istirahat santai sepulang kantor atau tidur-tiduran setelah makan malam di ruang tamu.

Saya langsung jatuh hati dengan film ini (dan nggak ganti-ganti channel) ketika di openingnya melihat Ashley Judd yang sexy dengan keringat dan baju olahraga ketatnya.

Ashley berperan sebagai dokter cantik pintar nan sexy, yang sangat tomboy dengan hobinya jogging dan berlatih Mua Thai. Tipikal cewek yang nyaris sempurna, bahkan menurut saya Lara Croft (Angelina Jolie) lewat ! Hahahaha...



Lalu cerita bergulir, seorang wanita muda ditemukan tewas terbunuh di pinggir hutan.

Para polisi melakukan analisa, mereka mendatangkan pakar psikologi forensik yaitu detektif Alex Cross yang diperankan oleh Morgan Freeman.

Membaca profile para korban, Alex Cross membuat hipotesa bahwa tindakan pelaku membunuh para korban bukanlah tujuan utamanya, sebaliknya justru pelaku lebih menginginkan mereka hidup dengan kondisi dan aturan tertentu yang dia buat, ketika para korban keluar dari aturan itu maka sang pelaku memberinya hukuman mati. Belakangan, sang detektif menemukan nama samaran untuk sang culprit yaitu Cassanova, dari cerita klasik tentang laki-laki yang menguasai banyak wanita di kakinya.

Jujur, saya suka ide tentang psikopat Casanova ini, cerita seperti ini memang real ada di kehidupan kita. Kebanyakan korban kekerasan dan pembunuhan yang kita lihat diberita-berita televisi adalah wanita.

Dan kebanyakan mereka menjadi korban dari personal lust atau motif dendam asmara dan sejenisnya.

Masalah pun berlanjut, karena ternyata keponakan dari Alex Cross juga diculik oleh sang culprit. Ini membuat investigasi menjadi misi personal dari Alex Cross.

Lalu, gambar berganti menyoroti kehidupan Kate McTiernan (Ashley Judd) yang sangat luarbiasa, seorang dokter cantik yang sexy dan suka berolahraga. Kate sangat berwibawa, dia lebih daripada wanita pada umumnya dia cerdas, dia berani, dia jago beladiri, dan terlihat sangat mengintimidasi semua laki-laki.

Tapi, dibalik semua arogansinya itu, Kate tetap seorang wanita biasa yang punya rasa takut, dan Cassanova memanfaatkan rasa takut itu.

Pada suatu malam yang mencekam sang penjahat muncul di rumah Kate dan menculiknya. Membawa si cewek cantik ini ke sebuah tempat terpencil.

Kate terbangun di sebuah kamar gelap, berhadapan dengan sang culprit yang mengenakan topeng kulit, seolah hantu tanpa wajah.

Walau dalam situasi yang mencekam, Kate masih mampu melakukan analisis terhadap situasi yang terjadi, dia bahkan mengetahui jenis obat apa yang digunakan pelaku untuk membius dirinya. Namun, sang Cassanova justru tambah bersemangat untuk menyiksa dia.

Setengah jam awal dari film ini begitu bagus menurut saya, karena menceritakan bagaimana Kate mencoba bertahan hidup, mencoba kuat secara mental berhadapan dengan sang penculik.

Sayangnya, babak selanjutnya berjalan dengan begitu mudah. Kate dengan sangat beruntung, berhasil meloloskan diri dari ruang bawah tanah Cassanova, dia pergi menerobos hutan hingga jatuh ke sungai. Lalu secara kebetulan dia ditolong oleh pemancing yang sedang berada di sungai itu.

Kemudian, Kate bertemu dengan para polisi termasuk Detektif Alex Cross, Kate menjalani sesi terapi dengan sang detektif. Mereka menemukan petunjuk di mana letak tempat persembunyian Cassanova. Dengan menelusuri aliran sungai di mana Kate ditemukan, detektif Alex Cross menemukan tempat mencurigakan di pinggiran hutan. Bagian inilah yang banyak dikritisi oleh para penonton, di sini ketegangan dan emosional dari film sudah mulai pudar. Dari sini bahkan saya sendiri melihat jalan cerita menjadi datar, tidak ada ketegangan seperti pada menit-menit awal.

Begitupula hingga seperti akhir dari film, tidak ada yang istimewa hanya cerita police procedural. Bagian ini banyak di kritisi karena mirip dengan Silent of the Lambs - Hannibal Lecter. Dan konsep tentang Cassanova juga banyak dibandingkan dengan Buffalo Bill si psikopat yang melakukan aksi pembunuhan berantai karena obsesi anehnya pada para wanita.

Tentu saja ada perbedaannya, menurut saya Cassanova jauh lebih siap untuk menghadapi situasi buruk daripada Buffalo Bill. Cassanova punya labirin tersendiri yang cukup luas, dia juga memiliki korban jauh lebih banyak daripada Buffalo Bill, dan background profesinya sendiri membuat Cassanova memiliki efisien lebih daripada serial killer yang lain. Saya sendiri sempat berkhayal, seandainya saya menjadi Cassanova dan melakukan aksi-aksi brutal seperti itu, pasti sangat menarik. Namun, tindakannya tentu saja tidak aman dan sangat irasional. Untuk kehidupan real urban seperti sekarang menjadi gigolo pastinya jauh lebih masuk akal daripada penyiksa wanita yang melakukan aksi pembunuhan.
.  .  .

Ilustrasi, poster film Kiss the Girls, sumber wikipedia.org

No comments:

Post a Comment