Tuesday, July 15, 2014

Review The Bone Collector

By Ftrohx


Ide ini ASLI benar-benar gila menurut gw. "Bagaimana jika di dunia ini ada seorang detektif yang memecahkan kasus tanpa menyetuh TKP? Dia menggunakan orang lain sebagai mata dan tangannya di tempat kejadian perkara?"

Lalu sang professor Jeffrey Deaver mengambil ide ini dan membuatnya lebih detail. "Bagaimana jika ahli forensik super-genius ini lumpuh karena suatu kecelakaan? Dia frustasi karena tidak bisa berbuat apapun selain berada di tempat tidur? Lalu secara ajaib dia bertemu dengan seorang polisi cantik sexy berambut merah yang meminta konsultasi padanya mengenai sebuah kasus?" Jadilah kisah klasik antara Lincoln Rhyme si armchair detective dengan Amelia Sach si cewek cantik.



Perfect menurut gw, meski eksekusi versi filmnya ancur banget, sampai-sampai IMDB kasih 48 skala 100 (walaupun di sana ada duet Angelina Jolie dengan Denzel Washington.)

Ok, lebih baik kita tidak bahas filmnya.

Sebaliknya, novel The Bone Collector justru dapat review yang sangat bagus, skala 4 dari 5 bintang dengan jumlah review 900an (mungkin sekarang sudah seribu) di Goodreads.com

Langsung saja, cerita novel ini dibuka dengan inside dramatis dari kondisi kejiwaan Lincoln Rhyme, seorang mantan polisi yang lumpuh karena kecelakaan di sebuah terowongan.

Rhyme berbincang dengan dokternya, bahwa hidupnya sudah tidak berarti lagi. Dia bahkan meminta pada beberapa dokternya untuk melakukan eutanesia pada dirinya. Menurutnya bunuh diri adalah hak asasi setiap manusia. Selain itu dia juga melakukan percobaan bunuh diri, dengan keterbatasannya satu-satunya cara terbaik untuk bunuh diri adalah dengan berhenti makan, tapi itu sangat menyiksa sehingga dia membatalkannya. 

Di saat-saat terburuk dalam hidupnya itu, secara ajaib muncul seorang polisi cantik berrambut merah bernama Amelia Sach. Amelia datang ke Rhyme untuk berkonsultasi mengenai penemuan jasad di sebuah jalur kereta api yang sepi.

Dari petunjuk yang ditemukan dijalur kereta api, mereka menemukan bahwa pelaku mencari korban dengan menggunakan taksi atau dengan kata lain pelaku bisa jadi adalah supir taksi atau orang yang berpura-pura menjadi supir taksi. Kemudian ditemukan lagi korban-korban yang lain, yang mengindikasikan bahwa pelaku adalah pembunuh berantai yang menantang Lincoln Rhyme secara personal.

Yang luar biasa dari novel ini adalah detailnya, bagaimana sang detektif menyusun petunjuk demi petunjuk untuk menemukan siapa dan di mana pelaku berada. Termasuk detail, bagaimana cara menangani TKP yang benar, apa yang dimaksud dengan physical evidence, apa itu primary crime scene dan secondary crime scene, apa itu manipulasi TKP, dan lain sebagainya.

Mengenai karakter tidak ada yang menonjol dari novel ini kecuali hanya tiga karakter Lincoln Rhyme sang detektif, Amelia Sach sang partner, dan Bone Collector si pembunuh berantai. Sementara sisanya yang lain, para polisi New York City itu tidak ada yang berkesan, bahkan peran merekapun  sulit untuk gw ingat.

Setting waktu di novel ini antara dua sampai tiga hari, mereka sang detektif berpacu dengan kecepatan eksekusi si spree killer, karena dalam satu bisa terjadi lebih dari dua atau tiga korban yang di eksekusi.

.  .  .

1 comment:

  1. Asli, gila!
    Saya nggak nyangka artikel ini banyak view-nya.

    Thank you untuk teman-teman yang sudah mampir.

    ReplyDelete