Tuesday, January 27, 2015

Manusia Hujan

By Ftrohx


Mereka masih duduk di dalam mobil memandangi pemuda itu menghilang di bawah hujan gerimis. 

"Kenapa dia disebut Manusia Hujan?" tanya si gadis kecil.

"Karena dia suka hujan, dia menikmati setiap tetes hujan yang jatuh di Jakarta," ucap Ayahnya.

Tapi bukan itu yang alasan sebenarnya pemuda itu dipanggil manusia hujan. Mereka berdua tahu itu. Si Ayah menyimpan rahasianya. Ini bukan tentang Negeri Angin di mana semuanya dikendali oleh angin. Ini adalah Negeri Hujan, negeri yang penuh dengan arus informasi. Tidak ada orang yang bisa menangkap angin, sama halnya dengan tidak ada orang yang bisa menangkap hujan kecuali manusia hujan.

Si Ayah mengingatnya, pertamakali bertemu dengan manusia hujan. Saat itu dia berada di mobil patroli dan melihat bocah yang berdiri di tengah hujan sendirian.



Dia adalah bocah yang memandang langit dan menerima setiap tetesnya seolah bagian dari tubuhnya.

Saat itu juga sore seperti sekarang, Si Ayah baru pulang dari tugasnya di mobil patroli dan melihat bocah ajaib itu. Pemandangan yang aneh, seolah semesta sedang berbicara kepadanya melalui pemandangan itu. Bocah hujan dengan kepala yang mengadah ke langit. Minggu dan minggu berlalu, di sore yang sama di bawah kolong jalan tol yang sama, bocah itu selalu muncul terutama di saat hujan. Dan si Ayahpun penasaran, dia keluar dari mobil patrolinya dan menyapa si bocah hujan.

"Apa yang kamu lihat?"

"Saya melihat hujan?"

"Kenapa kamu melihat hujan?"

"Karena hujan selalu menarik, hujan selalu membawa cerita berbeda walaupun di tempat yang sama,"

Si Ayah sudah menduganya, dia tahu bocah ini sangat pintar, dia tahu potensinya, bocah ini bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat orang lain. Pembicaraan pun berlanjut dan si bocah hujan pun tahu, bahwa selama ini Si Ayah mengawasinya dari mobil patroli, diapun tahu apa isi mobil tersebut tanpa masuk ke dalamnya.

Satu informasi bagaikan satu tetes air hujan, dan ada milyaran tetesan hujan yang jatuh di negeri ini. Setiap tetesan memiliki arti, setiap tetesan menuliskan makna, dan setiap tetesan bisa jadi adalah kunci dari tetesan yang lain.

"Mereka bilang kasus-kasus yang datang ke kantor polisi selalu hilang ditiup angin, apa itu benar Ayah?" tanya si gadis kecil.

"Tidak sayang, kasus-kasus itu tidak pernah hilang, kasus itu tetap ada di sana, hanya saja selalu datang yang baru dan yang baru, menumpuk kasus yang lama. Belum sempat Ayah membaca, yang lain sudah datang. Tumpukan itu begitu banyak seperti air hujan yang jatuh tanpa pernah reda," ucap si Ayah.

"Jadi karena itulah Ayah membutuhkan bantuan Manusia Hujan?" tanya si gadis kecil.

"Iya sayang, karena dia bisa melihat tiap tetes hujan jatuh dalam warna berbeda, karena dia bisa menemukan tetesan hujan diantara lumpur yang sudah bertumpuk,"

Manusia hujan membuka laptopnya, dia melihat semuanya, Setiap data bergerak dengan sangat cepat, satu garis kalimat diganti oleh kalimat yang lain dan di bawahnya diganti lagi oleh yang lain, setiap baris seperti jalur kereta api dengan ribuan rel dan gerbong. Mereka melaju secara acak, namun dari yang acak itu dapat terlihat harmoni, seperti rinai yang turun ke bumi.  

.  .  .

No comments:

Post a Comment