Saturday, August 30, 2014

Cinta dan Motif Pembunuhan

By Ftrohx


Harusnya sebuah kisah cinta itu sederhana, seperti seorang bocah TK yang mendadak bilang suka pada teman perempuannya. Harusnya hanya se-simple itu.

Tapi, masalahnya kebanyakan manusia semakin bertambah umur justru semakin tersesat akan definisi cinta, kebanyakan manusia justru semakin bodoh tentang cinta. Perselingkuhan setelah menikah dibilang karena cinta, kenyataan mereka hanya membuat sebuah pembenaran menurut gw, dan keadaan menjadi lebih rumit lagi ketika cinta berubah menjadi kebencian dan rencana pembunuhan.

Semalam sebuah sms ancaman pembunuhan masuk di handphone gw, bukan untuk diri gw tapi ancaman itu ditujukan untuk sepupu gw firman, dan orang yang mengirimnya sms ancaman itu adalah teman SMA gw sendiri yaitu Josh.

Dan ini menjadi lebih absurd lagi karena semua ini disebabkan oleh masalah cinta. Cinta yang benar-benar tidak masuk akal.

Ok, kita sama-sama akui bahwa cinta memang tidak pernah masuk akal atau seperti kata Bernard Batubara "Logika tak suka Cinta." Di saat cinta datang maka logika pun pergi entah ke mana.

Gw juga pernah jatuh cinta hingga begitu emosional dan melupakan akal sehat. Namun, emosional gw (mungkin) masih lebih masuk akal dibanding kasus yang sedang terjadi ini, karena cewek yang membuat gw jatuh cinta adalah cewek tercantik di sekolah gw, yang sampai sekarang masih jadi rebutan banyak pria.



Yang tidak masuk akal dari kasus ancaman ini adalah CEWEK-nya. 

Mereka memperebutkan cewek yang istilah kasar gw dibawah standar, dia tidak cantik, tidak juga pintar. Dia bukan dari kalangan menengah ke atas, dia tidak kuliah, juga tidak memiliki pekerjaan tetap yang bagus, dan yang paling para dia menduakan mereka. Jujur, sejak awal gw nggak mau mengurusi permasalahan nggak penting mereka.

Iya, sangat mengesalkan memang, baik sepupu gw ataupun sobat gw yang mengirim ancaman ini sama-sama memalukan, tentu saja karena keributan mereka dilihat banyak orang juga di social media.

Melihat permasalahan ini dengan lebih luas, kembali lagi gw melihat bahwa yang namanya cinta memang tidak pernah masuk akal. Tidak logis dan orang bisa berbuat apapun dengan alasan yang konyol itu. Mengutip kata seorang teman, cinta kadang membuat orang bukan hanya buta, tapi juga putus asa. Seolah dunia ini tidak ada yang lebih baik daripada orang yang kita cintai.

Padahal jika kita membuka mata lebih luas lagi, banyak yang jauh lebih baik daripada dia.

Jatuh cinta menurut gw seperti halnya kemiskinan, ada beberapa orang karena kemiskinan-nya mencoba untuk bangkit menjadi orang kaya, dan ada banyak orang yang karena kemiskinannya malah makin memiskinkan diri mereka sendiri "Mana bisa gw melakukan hal itu... gw kan nggak punya ini.. gw kan nggak punya itu..." Ketika jatuh cinta kadang seorang yang kuat merasa dirinya lemah, sebaliknya orang yang lemah karena jatuh cinta bisa jadi jauh lebih kuat.

Sebenarnya gw bosan mendengar kasus seperti ini. Dengan mudah seseorang membunuh orang lain hanya karena alasan cinta yang menjadi benci. Alasan diduakan, alasan merasa terhina karena diputuskan sepihak, alasan karena perselingkuhan, dan sebagainya. Semua yang berhulu pada sebuah cerita romansa.

Gw tahu, dari cerita di dalam kitab suci, bahwa pembunuh pertama di planet bumi juga berdasarkan motif cinta. Habil dan Qabil, Habil yang mendapatkan wanita cantik dan Qabil yang hanya bisa iri pada Habil. Kemudian, terjadilah pembunuhan. Lalu manusia mulai belajar bagaimana menguburkan orang mati dari melihat contoh seekor gagak yang mengubur gagak yang lain. Begitupula dengan kisah perang Troya, meski kita semua tahu bahwa alasan politis dan kekuasaan lebih mendominasi namun kisah cinta antara Helena dan Paris menyulut peperangan lebih cepat lagi. Kisah romeo dan juliet kisah cinta yang berakhir dengan tindak bunuh diri yang absurd, dan masih banyak lagi kisah romansa berakhir menjadi tindak kriminal pembunuhan lainnya.

Sebenarnya nggak perlu jauh-jauh ngambil contoh di luar negeri, di Jakarta saja begitu banyak kasus kriminal yang disulut oleh api romansa. Anda pasti masih ingat kasus yang sangat di sorot media kemarin,  kasus Ade Sara. Kisah cinta remeja yang berujung pada kebencian dan dendam. Hingga akhirnya nyawa si gadis harus berakhir di tangan mantannya sendiri. Kasus-kasus lain juga, kasus mutliasi yang dilakukan seorang istri karena suaminya kawin ataupun sebaliknya istri yang selingkuh dan suaminya kalap hingga membacok istrinya. Atau kasus pembunuhan di Apartemen Kalibata beberapa waktu yang lalu, di mana si istri muda menjadi korban oleh para pembunuh bayaran dari suaminya. Hal-hal GILA seperti ini, nyaris setiap hari masuk ke mata dan telinga kita. Faktanya delapan dari sepuluh kasus tindak kekerasan yang gue baca, semua dimotivasi oleh urusan cinta dan hubungan romansa. Seorang cewek selingkuh, kemudian si cowok menghajar dia dan selingkuhannya. Atau si cewek hamil kemudian si cowok tidak mau bertanggung jawab dan mengambil jalan pintas melakukan aksi pembunuhan.

Kita melihat kasus-kasus seperti ini bermunculan di televisi, hingga kita lupa siapa saja nama-nama pelakunya dan siapa-siapa saja para korbannya.

Cinta dan Benci itu mungkin seperti yang di alegorikan dalam kisah Klan Uchiha dari Masashi Kishimoto.

Klan Uchiha adalah Klan yang suka berperang, suka membantai banyak orang. Namun, kata Hokage kedua justru Klan Uchiha adalah Klan yang menjunjung Cinta di atas segala-nya. Mereka jauh lebih mementingkan Cinta terhadap klan-nya, rasa cinta yang begitu kuat menghasilkan aliran cakra tersendiri di dalam otak mereka. Sesuatu yang unik yang tidak dimiliki Klan lain. Begitu kuatnya rasa cinta itu sehingga ketika mereka kehilangan orang-orang yang mereka cinta, maka mereka akan jauh lebih membenci dunia ini di banding manusia manapun. Kebencian itu begitu kuat, sampai-sampai mengambil alih sistem syaraf mereka. Menenggelamkan mereka dalam cakra yang sangat gelap, yang membuat mereka menjadi monster pembunuh.

Alegori itupun saya pikir juga terjadi di dunia nyata.

Ketika kita jatuh cinta pada seseorang kita berpikir bahwa dialah yang terbaik, karena kita berpikir bahwa dialah yang terbaik kita tidak butuh hal yang lain lagi, jadi kita berpikir bahwa dialah segalanya.

Kita berpikir bahwa memiliki dia, hidup bersamanya kita merasa begitu kaya. Seperti halnya kekayaan, kita jadi begitu takut kehilangan, sangat takut sampai-sampai menjadi begitu putus asa jika kita tahu akan kehilangan dia. keputusasaan kita menjadi sebuah kemiskinan, dan kemiskinan selalu mendekatkan pada kebencian, amarah, dendam, benci, dan hal-hal jauh dari kebahagian.

Kita orang yang sangat kita cintai, sangat kita percaya berkhianat, maka hancurlah dunia kita. Dan kita berpikir untuk menghancurkan dunia atau setidaknya menghancurkan dirinya yang telah menghancurkan hidup kita.

.  .  .

Ilustrasi: Broken Heart sumber theatractiveart.com

No comments:

Post a Comment