By Ftrohx
Dulu gw nggak terlalu suka cerita detektif, aneh dan terlalu banyak pamer.
Kebanyakan teman-teman gw yang suka detektif di SMA adalah mereka yang nge-fans dengan Conan Edogawa alias Shinichi Kudo yang menciut jadi anak kecil.
Asli gw nggak begitu tertarik dengan detektif Conan, dan gara-gara detektif Conan gw juga nggak begitu tertarik dengan Holmes. Pikiran gw sudah negatif tentang dia, mungkin juga gara-gara beberapa teman gw di sekolah yang suka pamer itu.
Pertama kali gw suka serial detektif/genre detektif itu justru dari komik berjudul Death Note di tahun 2007. Asli dari situh gw baru benaran suka sama dunia detektif, tapi pada saat itu gw suka aja, gw belum mendalami fiksi detektif. Gw bahkan nggak pernah nulis cerita sampai tahun 2010an ! Hahaha...
Sedangkan novel detektif yang pertama gw baca (atau lebih tepatnya sebuah novel thriller yang mendekati permainan detektif) adalah Digital Fortress dari Dan Brown. Itupun karena kebetulan teman sekelas gw di kampus, si Haryo nitip novel tersebut di kos-kosan karena berat buat dia bawa-bawa, Hahaha... mulai dari situh gw makin tertarik dengan dunia detektif dan crime thriller. Tapi cuma baca doank.
Tahun 2009/2010an gw baru pertama kali beneran membaca sebuah novel detektif yaitu Los Angeles BB Murder dari Nisio Issin. Iya, gw percaya sama BB Murder kalau itu adalah novel bagus sampai kemudian gw membaca review tentang novel tersebut di Goodreads bahwa BB Murder tidaklah bagus bagi semua orang. Iya, gw agak kecewa, tapi karena kekecewaan itu gw mencari novel-novel detektif lain yang lebih dari BB Murder itu.
Dari pencarian demi pencarian, sempat gw kepikiran untuk membaca Sherlock Holmes. Namun intuisi gw bilang "Jangan baca Sherlock Holmes, kalau lo baca Sherlock Holmes otak/kreativitas lo akan sama dengan mereka yang membaca Sherlock Holmes, lo mesti melakukan suatu yang berbeda, lo mesti cari bacaan yang berbeda." Lalu gw ingat dengan rivalnya detektif Conan yaitu Kaito Kid, dan si Kaito Kid terinspirasi dari Arsene Lupin, sang pencuri ulung yang 'katanya banyak orang' adalah rival dari Holmes.
Dan gw pun memutuskan untuk membaca Arsene Lupin Gentleman-Buglar karya Maurice LeBlanc sebagai novel detektif kedua (yang gw baca) setelah Los Angeles BB Murder. Ok, pada saat itu gw pengen beli novelnya, visimedia mempromosikan besar-besar versi terjemahannya. Sayangnya pada saat itu gw nggak punya duit, jadi dengan terpaksa gw download dari internet dan membaca versi Englishnya. Tentu saja, gara-gara itu gw agak lama membacanya.
Membaca Arsene Lupin, gw melihatnya sebagai karakter yang keren, dia jago menyamar (pada saat itu gw belum membaca Sherlock Holmes dan karena itu gw nggak tahu kalau Sherlock juga jago menyamar) dia bukan sekedar detektif dia adalah kriminal sekaligus pembela kebenaran, dia eksentrik dan dia bisa melakukan apa yang para detektif lain tidak berani lakukan. Ok, itu yang gw dapati dari bab-bab awalnya dan jelas gw nggak membaca novel tersebut sampai akhir, hingga muncul novel Arsene Lupin yang lain yaitu 813
Judulnya sangat mengejutkan 813, judulnya adalah sebuah angka, sebuah kode, mengingatkan gw dengan novel 5cm. Sederhana sebuah angka. Gara-gara 813, 5cm, dan Slamdunk gw mendapatkan ide untuk membuat sebuah novel berjudul 1031, novel pertama gw yang gw buat bersama teman gw si Ariza. Yang sayangnya novel itu cukup amburadul T__T hingga ditolak penerbit. Tapi kemudian gara-gara 1031 gw punya cerita panjang hingga bisa sampai ke hari ini! Hahaha...
Ok, kita lanjut, membaca 813 sama seperti novel Gentleman-Buglar bab-bab awalnya cukup bagus, seperti biasa semua dimulai dari sebuah pencurian berlian di tempat yang orang-orang bilang mustahil untuk dicuri, namun kemudian selain pencurian tersebut tiba-tiba ditemukan seseorang yang meninggal dan para polisi menuduh Arsene Lupin sebagai pelakunya, kenyataan Lupin hanya mencuri berlian dan bukan membunuh orang, oleh karena itu dia harus memulihkan namanya. Petualangan demi petualangan dia lalui, saya berharap lebih dengan novel ini, namun kenyataan semakin ke belakang, kualitas ceritanya semakin menurun, pada akhirnya penulis hanya mengandalkan plot twist yang tidak terlalu bagus.
Tapi saya percaya dengan Arsene Lupin, saya percaya ini adalah novel bagus. Ada hal-hal keren di sini, yang saya pelajari yaitu anagram dan permainan initial. Ada petunjuk demi petunjuk berupa initial L. dan M. Tentu saja initial tersebut langsung mengingatkan saya pada Death Note, L. dan M. Sayangnya, itu saja tidak cukup untuk membuat novel ini menjadi novel yang bagus.
Lalu beberapa minggu kemudian seorang teman yang sering sharing novel detektif dengan saya yaitu Dimarifa bilang bahwa Arsene Lupin tidak sebagus yang dia kira. Ternyata akhir novelnya jelek. Ok, dia benar, dan saya harus mencari buku yang lain untuk dibahas, saya harus menemukan detektif yang lain. Detektif yang bisa mengalahkan Holmes. Dan karena kekecewaan terhadap Lupin serta berbagai tuntutan yang lain, saya justru malah membaca Sherlock Holmes. (Benar-benar terbalik, orang-orang lain itu baca Holmes dulu baru baca detektif yang lain.)
Seperti biasa gw mencarinya di internet dan menemukan berbagai macam novel Sherlock Holmes. Ada dua ebook yang gw temukan, yang berbahasa Indonesia dan yang berbahasa Inggris. Membaca yang versi bahasa Indonesia, jujur gw sangat kecewa dengan Sherlock Holmes, buku petualangan Sherlock Holmes itu begitu aneh, meski Indonesia tapi gaya bahasanya aneh. Ada judul kain berbintik, apa itu kain berbintik? Kemudian ada manusia berbibir miring dan seterusnya. Judul-judul yang aneh dan pembahasan yang aneh. Dan ternyata ebook versi bahasa Indonesia itu adalah novel Sherlock Holmes yang merupakan terjemahan di tahun 80an. Pantas saja gw nggak ngerti dengan gaya bahasanya, dan kemudian gw membaca versi original dalam bahasa Inggris yang memang jauh lebih bagus.
Tapi tentang gw agak kecewa dengan Holmes, Holmes ternyata tidak sehebat yang orang-orang bilang. Dan gw masih jauh lebih respect dengan Robert Langdon dan L. Lawliet daripada Sherlock Holmes, karena itu gw mencari lagi, siapa sih detektif fiksi terhebat di dunia. Kemudian saat itu gw lagi mempelajari masalah locked room murder lalu ketemu dengan ebook-nya John Dickson Carr yaitu Three Coffin, dari kasus Locked Room gw menemukan satu nama yang bagus yaitu kasus Yellow Room karya penulis Prancis Gaston Leroux yang juga menulis Phatom of The Opera. Belakangan saya pun mencari novel tersebut dan benar saja, novel itu benar-benar Brilliant. Ini jauh, jauh lebih keren daripada Sherlock Holmes.
Sayangnya, kasus Yellow Room sendiri tidak begitu dikenang orang, banyak orang yang nggak tahu bahkan sesama penikmat cerita detektif. Nama sang detektif sendiri; Joseph Rouletabille, tidak seterkenal Arsene Lupin atau detektif-detektif Prancis lainnya. Mungkin karena namanya yang ngejelimet untuk diucapkan atau dituliskan, atau mungkin karena niat dari si penulisnya sendiri di halaman pertamanya. "The Yellow Room! Who now remembers this affair which caused so much ink to flow fifteen years ago? Events are so quickly forgotten in Paris. Has not the very name of the Nayves trial and the tragic history of the death of little Menaldo passed out of mind?"
Bicara tentang detektif Prancis sendiri, Hollywood pun sangat jarang membahasnya, dan bahkan meski mereka adalah fondasi bagi detektif fiksi di seluruh dunia namun seolah mereka terlupakan begitu saja. Kadang gw berpikir Hollywood sengaja membesarkan Sherlock Holmes dan Bruce Wayne, agar detektif-detektif Prancis yang hebat ini terlupakan. Iya, itu hanya asumsi gw.
Leh kok gw meracau kemana-mana.
Ok, kembali bicara tentang Arsene Lupin, kenapa gw menulis ini karena kemarin seorang teman gw, Irfan Nurhadi nulis review tentang Arsene Lupin 813 yang ternyata tidak seperti yang dia harapkan. Lupin memang bagus dengan segala premisnya, tentang sindirian dan rivalitasnya terhadap sang detektif Inggris Holmlock Shear/Sherlock Holmes. Sayangnya, di kehidupan nyata dia tidak lebih hebat dari Holmes karya Arthur Conan Doyle. Lupin itu jika digambarkan dengan grafik, bab-bab awal menanjak tinggi, namun begitu masuk tengah mereka terus turun dan turun hingga bab terakhir. Seperti karya-karya novel fiksi di Indonesia yang garang di bab-bab awal, namun begitu masuk bab tengah si penulis sudah kelelahan seolah kehabisan energi ataupun ide. Bicara tentang Lupin, iya dia memang pudar di Amerika dan Inggris, tapi di Jepang rasanya lebih banyak orang yang memuja Arsene Lupin dibanding dengan Sherlock.
. . .
Yup, setuju. Lupin emang menggebu-gebu di awal, lalu datar sampai mengecewakan di akhir.
ReplyDeleteJika dan jika saja, (spoiler) M. Lenormand tidak dibuat menjadi seperti itu, dan kemudian ia berduet dg Lupin dlm memecahkan kasusnya..
Tapi nyatanya tidak demikian... -__-
Yups, meski dengan segala kekecewaan itu, Arsene Lupin tetap salah satu karakter detektif sekaligus pencuri paling legendaris dalam sejarah fiksi
ReplyDeleteKalau soal tokoh pencuri sekaligus detektif, saya lebih suka sama Nick Velvet-nya Edward D Hoch..
DeleteTapi dia emang beda tipe sama Lupin sih, kalau Lupin mencuri karena melihat aksi pencuriannya sebagai karya seni, Nick adalah seorang pencuri yang menjual jasa pencurian. Serunya, barang2 yg (disuruh untuk) ia curi kebanyakan barang2 aneh yg ga berharga. Saya sendiri baru baca dua cerita pendeknya. Tp ini rekomen bgt deh!
Oiya, Edward D Hoch jg punya karakter Dr. Sam Hawthorne yg kasus2-nya fokus di impossible crime n locked room murder (cerpen juga). Nyari yg gratis d internetnya susah tapi.. Padahal bagus.... -__-"
N.B.
Edward D Hoch itu hampir semua karya2-nya berupa cerpen yg dipublish sama Ellery Queen Mystery Magazine (EQMM)
Wah, ternyata banyak ya, nambah ilmu baru saya,
ReplyDeleteThanks you Fan,
jujur aku tertarik masa muda mereka, sebelum menjadi detektif terenal. di novel SHERLOCK, LUPIN DAN AKU (irene adler)
ReplyDelete@ Umroh, wah anda baca novel yg itu juga ya?
ReplyDeleteSayangnya, sy belum baca -baru lihat covernya doang T__T hihi...
buku gaston leorux ada indonesianya ngga?
ReplyDelete@ Ajian, ada waktu itu Yellow Room - Gaston Leroux
ReplyDeleteTerbitan Visimedia thn 2014
Tapi kelihatannya jumlahnya terbatas, mungkin kamu bisa pesan sama penerbitnya.
wah byk ilmu baru saya baca dari sini.
ReplyDeletesejauh ini saya sudah baca semua koleksi novel sherlock holmes(mungkin karna yg pertama kali kenal itu) dan gara2 itu mulai suka sama detektif dan crime thriller dan habis sherlock holmes ketemu arsene lupin, nah gara2 suka lupin ketemu raffles karya E.W. Hornung (saudara ipar SIR ARTHUR CONAN DOYLE) dan novel misteri lainnya.
dari komen atas yang sudah baca novel sherlock lupin dan aku dari irene adler(kok bisa(?) tokoh sampingan dari sherlock ada disini) pernah liat covernya di gramed dan jadi pengen baca(skrg gk ada bahan). susah sekarang di gramed nyari novel2 seperti diatas(apa mungkin kurang jauh gua mainnya)
dan juga sekarang lagi nyari ebook arsene lupin(susah) gara2 gk ada bukunya
Hm, thanks you Egi sudah mampir di sini, hihihi..
ReplyDeleteAgatha Christie juga bagus lho, detektifnya Hercule Poirot. Hampir mirip Sherlock sih tapi lumayan bagus juga kok
ReplyDeleteYups, saya juga punya artikel tentang Hercule Poirot.
Deletehttp://ftrohx.blogspot.co.id/2014/08/tiga-buku-agatha-christie.html
DeleteSama bro gw juga kenal detective Conan dulu baru Sherlock Holmes, gw juga nonton boruto dulu baru Naruto
ReplyDeleteWkwkwkwkwk serba terbalik gini
cari novel Lupin dalam bahasa Indonesia dimana ya?
ReplyDeleteMenurut saya, novel detektif holmes yg terbaik. Karena gak cuma bercerita tentang pembunuhan, ada kasus2 sepelenya juga. Bagaimana dia bisa mengambil kesimpulan2 sederhana dari pengamatan. Bosan baca novel detektif identik dengan pembunuhan aja
ReplyDeletelagi nonton netflix nya lupin, akhirnya nyari literasi tentang si Lupin di sini..
ReplyDelete