Tuesday, May 24, 2016

Cerita Lain dari Ricki

Cerpen by Ftrohx


Dari Shanker aku menemukan alamatnya, dia tinggal di pinggiran Brixton dengan bangunan-bangunan era industrialis yang sudah jadi kafe-kafe modern. Tapi meski begitu kesan dingin di kota masih terasa seolah kamu masuk ke setting film Hardboiled Detective.

Mengetuk pintunya, aku mendapati seorang wanita tua. Aku bertanya tentang Ricki dan dia memanggil si kakek tua itu. Ricki Tarr sekarang sudah keriput dengan rambut yang berwarna abu-abu. Namun dibalik itu ketampanan dan kegarangannya masih terlihat layaknya Ray Sahetapi di negeriku. Tapi tentu saja Ricki jauh lebih tua dari si aktor itu. Dia lahir di zaman perang dunia kedua dan tumbuh dewasa di zaman perang dingin.


Ricki sangat terkejut melihatku.

Seorang Asia, apalagi ketika aku bilang aku dari Jakarta, Indonesia. Dia lebih terkejut lagi. Dia tidak pernah menyangka akan ada orang negeri yang jauh itu mengunjungi dirinya. Tapi dia dengan mengetahui negeri tempatku berasal, dia langsung menerka apa yang kucari.

"Kamu pasti ingin bertanya tentang masa itu? Masa perang 65?" ucapnya dengan layaknya nada pendongeng yang siap menyampaikan cerita horor.

Ricki adalah scaplhunter, pemburu sekaligus pelaksana eksekusi bagi Badan Intelijen Inggris. Namun dia bekerja diluar struktur, layaknya informan jalanan yang tidak pernah memiliki kantor.  Ricki tidak punya kartu nama, tidak ada lisensi, tidak ada sertifikat atau apapun yang mengaitkannya dengan Badan pemerintah. Dan berbeda dengan khayalan banyak orang tentang agen rahasia yang keren yang glamor dan banyak aksi serta berani melakukan apapun. Ricki tidak seperti itu. Dia hanya orang biasa yang bekerja di bidang yang tidak biasa.

Ricki berpakaian seperti orang kebanyakan bahkan dia tidak pernah memiliki mobil sewaktu masih aktif sebagai scalphunter. Tidak ada Wealther PPK E. Yang ada hanya pisau lipat. Satu-satunya senjata yang dia gunakan untuk mengeksekusi target.

Ricki bercerita panjang.

Ayahnya berasal dari Bradford seorang agen rahasia yang ditugaskan di pos Asia Tenggara, sedangkan Ibunya adalah orang Melayu keturunan Padang yang tinggal di Malaysia. Umur sepuluh tahun bakat RIcki ditemukan oleh Steve Mackelvore kenalan Ayahnya, yang kemudian membawanya ke Sarratt, London. Dia dilatih di sana selama 4 tahun kemudian di usia 14 dia kembali lagi ke Asia Tenggara, tepatnya Jakarta di post yang dipegang oleh Mackelvore. Tempat itu adalah gudang untuk sebuah perusahaan ekspedisi. Di sana dia berpura-pura menjadi pekerja biasa yang tiap hari menulis resi untuk barang-barang yang akan di kirim ke Eropa Barat. Itu tahun 1960. Tahun yang sangat panas untuk Asia Tenggara. Semua orang di Intelijen cemas akan terjadi sesuatu, mungkin lebih berbahaya daripada Perang Dunia Kedua. Namun semua berusaha setenang mungkin.

"Jakarta adalah medan pertempuran," ucapnya sembari wajahnya mendekat ke arahku. "Kamu tahu 7 dari 10 ekspatriat yang tinggal di Jakarta saat itu. Mereka adalah agen rahasia."

Tangannya membuka ke samping. "Begitu banyak, bukan hanya Amerika, Inggris, dan Rusia. Tapi juga yang lainnya Belanda, German, Prancis, hingga orang China yang ada di sana. Semuanya agen rahasia."

"Nggak mungkin Paman!" sergahku.

Dia kembali mendekat, matanya menatapku dengan begitu tajam. "Apa aku kelihatannya bercanda." Dia kemudian mundur lalu kembali menghisap rokoknya. "Jakarta tahun 65 adalah medan pertempuran. Itu bukan perang antar kampung tapi itu adalah perang sesungguhnya. Kamu pernah melihat insiden 98 di televisi. Apa yang terjadi di tahun 65 lebih parah dari itu. Hanya saja pada zaman itu tidak ada video ataupun televisi yang merekamnya. Jalanan dipenuhi oleh para demonstran yang bertarung dengan pasukan militer. Mayat-mayat bergelimpangan dimana-mana. Sementara kami para ekspatriat hanya berdiam di dalam hotel menunggu pertempuran reda.”

“Minggu demi minggu berlalu. Disaat warga pribumi saling membunuh, kamipun juga saling membunuh. Saat itu usia 19 dan aku ditugasi untuk membunuh seorang Jerman. George Bossku dia tidak memberikanku pistol, hanya sebuah pisau lipat, dan dia memintaku menghabisi si target seolah membuatnya tewas karena dirampok orang. Aku sangat ingat hari dan jamnya, aku juga masih bisa merasakan udara sore di waktu itu. Langit mendung dengan hujan gerimis. Aku dengan bantuan seorang pribumi berhasil menarik dia keluar dari hotel. Kami berada di gang sempit, aku bilang ke dia bahwa aku ingin membelot dari Inggris dan beralih menjual informasi ke Jerman. Lalu di saat dia lengah aku menusukan pisau tepat di dada sebelah kirinya. Aku yakin tusukan itu sangat dalam hingga merobek jantungnya, lalu kemudian kutambahkan lagi satu tusukan ke uluhatinya sembari tangan kiriku mendekap mulutnya. Mata itu terus membelalak keluar. Mata itu penuh dengan rasa sakit dan kemarahan karena kukhianati. Aku terus dihantui oleh mata itu hingga belasan minggu. Hingga sekarang pun aku bisa melihat begitu dekat mata itu.” Dia terdiam agak lama beru kemudian melanjutkan kata-katanya. “Tapi bukan itu ingin kamu dengar bukan?"

"Iya paman, anda benar," ucapku sambil menyilangkan tangan di lutut. "Saya dengar anda tahu tentang dunia bawah Jakarta. Anda pernah memasuki tempat-tempat yang tidak dimasuk orang lain. Klub-klub rahasia, kamar-kamar eksklusif...."

"Aku tahu maksud kamu, kamu ingin dengar cerita seperti James Bond, tentang kisah para informan dan pelacur,” dia lalu menggeleng. “Tidak hidupku tidak seglamor itu. Tapi aku tahu nama-nama mereka yang berada di dunia bawah sana.”

"Iya itu maksud saya, pertanyaannya anda pernah mendengar nama Beauty is Wound?"

Mata si Lelaki pun membulat. "Oh dia, aku tahu tentang itu, dia legenda."

"Apa dia benar-benar nyata?"

"Iya, dia memang nyata, seorang wanita prostitusi keturunan Belanda yang sangat cantik. Orang-orang pribumi menyebutnya Mahadewi, sedangkan kami ekspatriat menyebutnya Aphrodite. Banyak kisah tentangnya petualangan-petualangan liarnya, eksplorasi seksual, dan tindakan-tindakan gila di Jakarta. Tapi yang paling terkenal adalah kisah tentang ketiga menantunya. Seorang tentara, orang partai, dan seorang preman. Ketiganya pernah tidur dengan si Aphrodite dan ketiganya saling membunuh satu sama lain."

Aku mengangguk hidmat. "Itu yang ingin saya tahu. Dan dari info yang saya dapat anda mengenal salah satu menantunya itu."

Lelaki tua itu tersenyum. "Iya, saya mengenal salah satunya."

"Yang mana Paman?" tanyaku penasaran.

"Yang orang partai itu," ucapnya dengan hidung yang naik.

Kali aku yang terkejut, prediksiku salah, tadinya kupikir teman si laki-laki tua ini adalah si tentara.

"Kenapa? Kaget?" lanjutnya.

"Bagaimana mungkin,” tanganku naik ke atas. “Dia kan berada di aliran kiri sedangkan anda…"

"Justru itu,” potongnya. “Tugasku berada di Jakarta adalah untuk mendekati dan berteman dengannya. Kebetulan pula si Kamred ini selain menjadi orang partai dia adalah pedagang kain, dia punya importir di luar negeri dan karena itu dia selalu menggunakan jasa ekspedisi kami untuk mengangkut barangnya. Itu kenapa aku bisa dekat dan mengenalnya."

Aku mengangguk.

Semua menjadi jelas. Kenapa mereka mengirim agen rahasia menjadi pegawai di perusahaan ekspedisi.

"Jadi apa yang ingin kamu tanyakan?" kembali dia mengembang senyum.

"Mereka bilang bahwa seluruh garis keturunan dari si Aphrodite telah mati. Tapi saya tidak percaya itu, karena itu saya datang ke sini. Saya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi? Apa benar si Kamred itu masih hidup?"

Si Ricki tua tertawa. "Hahaha... Apa yang dimiliki laki-laki itu hingga kamu jauh-jauh datang ke Brixton?"

"Saya ingin mengambil beberapa barang penting yang dia miliki."

"Di tahun 66 aku meninggalkan Jakarta dan mendapat tugas Brazil. Bertahun-tahun lamanya aku tidak kembali ke sana hingga tahun 76. Dan di waktu itu dengan sangat-sangat tidak kuduga kamred masih hidup. Dia selamat dari pembantai itu. Konon dia selamatkan oleh kakak iparnya, si tentara itu melakukan atas permintaan si istri yang merupakan mantan kekasih kamred. Perjanjiannya dia akan mendapatkan anak jika Kamred tidak mati. Dan benar saja mereka memiliki anak. Kamred sendiri selama 10 tahun di kirim ke Pulau Buru dan pada 75 dia baru kembali ke Jakarta.”

"Iya, saya pernah dengar cerita yang itu, tapi beberapa tahun setelahnya dia ditemukan mati gantung diri. Apakah itu benar? Jika benar saya hanya ingin menemukan alamat rumah dimana dia ditemukan meninggal?"

"Tentu saja," dia mengangguk-angguk lalu menantapku lurus. "Tentu saja dia tidak meninggal. Kematian itu hanya pura-pura untuk menghilangkan jejak, sebab meski sudah dibebaskan dari Buru. Orang-orang pemerintah masih mengawasinya dengan sangat ketat. Mereka berniat untuk menghabisinya dengan sangat bersih. Karena itu dia memilih mati lebih dahulu sebelum mati yang sesungguhnya."

"Jadi dimana dia?"

"Apa yang bisa kamu tukar untuk informasi ini?"

Tentu saja agen rahasia, selalu memperdagangkan informasi. "Seperti kata boss anda, Tuan George, selalu ada yang bisa diperdagangkan," ucapku dengan percaya diri.

Ricki sendiri tersenyum meremehkanku. "Apa yang kamu punya?"

"Saya punya informasi tentang anak anda yang ada di Jakarta!"

Mata itu membelalak begitu lebar.

Tentu saja, kali ini giliranku yang bermain di atas tumpukan kartu. []
.  .  .

1 comment:

  1. Nb: gw bikin cerita ini gara-gara kemarin Mbak Siska (penerjemah Cormoran Strike) share Tom Hardy di laman twitter-nya. Jika dibikin live-action menurut dia Tom Hardy adalah aktor yang paling tepat berperan sebagai Cormoran. And bicara Tom Hardy gw selalu ingat perannya sebagai Ricki Tarr di Tinker Tailor Soldier and Spy. Egh, dia ntuh jadi agen rahasia tapi agen rahasia yang berbeda yang gak muluk-muluk ataupun super-hero ala James Bond, Ricki Tarr jauh dari itu. Tapi tetap dia punya pesona yang keren.

    And gw baca novelnya karakter Ricki Tarr ini besar di Asia Tenggara, mentor juga merupakan agen rahasia Inggris yang bekerja di Jakarta n dia melewati masa thn 60an di sini.

    Lalu kebetulan kemarin gw habis baca Cantik itu Luka dari Om Eka Kurniawan. Gw pikir kenapa gak dibikin cross-fiction aja, haha... Selain itu cerpen ini juga terinpirasi dari dua cerita-nya Fandi Sido, dia ntuh brilian menurut gw mempertemukan Tom Hanks dengan Morgan Freeman dan Christian Bale, lalu ada surat lama yang dengan alamat di Palmerah Jakarta, haha.. #Keren

    ReplyDelete