Wednesday, March 12, 2014

Alegori Reichenbach Fall ( II )



Alegori Reichenbach Fall ( II )
By Ftrohx


Di tahun 1804 seorang pelukis bernama Turner, membuat sebuah lukisan spektakuler, lukisan yang berharga sangat mahal, lukisan yang menjadi catatan sejarah yaitu Reichenbach Fall.

Sebuah lukisan tentang air terjun raksasa dengan sungai berkelok dan bebatuan cadas di sekitarnya. Reichenbach Fall terlihat angker dengan aksen pepohonan kering yang meranggas di pinggiran sungai, pepohonan kering itu seperti patahan tombak-tombak dari peperangan besar abad pertengahan.





Dan Arthur Conan Doyle menjadikan Reichenbach sebagai tempat dari puncak pertarungan antara Sherlock Holmes dan Prof. Moriarty.

Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya bahwa, beberapa ahli sejarah bilang bahwa Reichenbach hanyalah air terjun raksasa khayalan, namun yang lain percaya bahwa Reichenbach itu nyata. Saya sendiri tidak tahu pasti yang mana yang benar, tapi saya percaya bahwa alegori dari Reichenbach Fall dan pertarungan antara dua raksasa itu berhasil menjadi legenda.

Selama beberapa hari ini saya mencoba untuk berpikir apa yang dilakukan Conan Doyle, darimana dia mendapatkan ide brilliant mengenai pertarungan di mulut jurang dari air terjun raksasa itu?

Tema-tema pertarungan antara dua pendekar sakti di tepi air terjun biasanya berasal dari legenda-legenda China atau Jepang. Tapi darimana tepatnya, karena saat itu dia menulis (Final Problem) pada tahun 1890-an? Zaman itu belum ada akses informasi yang mudah seperti sekarang, sekalipun ada sebuah naskah Asia (zaman itu belum ada google translate?) dan zaman itu orang barat masih terlalu egois dengan kebudayaannya?

Ok, akan banyak spekulasi tentang itu dan saya juga masih melakukan penelitian.

Bicara tentang asal-usul Reichenbach, jelas bahwa cerita Final Problem ini adalah akhir dari Sherlock Holmes, setidaknya begitulah tujuan awalnya dibuatnya cerita ini oleh Conan Doyle. Meski satu dekade kemudian dia membangkitkan lagi detektif itu dengan judul Return of Sherlock Holmes (1905) dengan kasus The Empty House.

Jujur dari pandangan saya sendiri, tidak semua sequel dari cerita yang keren itu akan bagus. Empty House hanyalah berisi sedikit penjelasan apa yang terjadi di Reichenbach saat Watson pergi meninggalkan Holmes sendirian. Muncul Prof. Moriarty dan mereka pun bertarung, Holmes beradu mental dengan sang Raja dunia hitam. Yang sayangnya sama seperti Final Problem (1894) kasus Empty House juga tidak menjelaskan seperti apa pertarungan mental antara kedua raksasa tersebut. Dia hanya menjelaskan bahwa Moriarty begitu luarbiasa bla bla bla... tapi tidak dijelaskan apa teknik 'Apa yang dia lakukan Moriarty?' hingga menjadi Raksasa seperti itu?

Mungkin Arthur Conan Doyle punya ide yang sangat tinggi, saking tingginya sampai-sampai dia tidak mampu menuliskannya. Iya sama seperti saya, saya juga punya banyak ide brilliant yang sayangnya saya sendiri sulit menuangkan ide visual di otak saya ke bentuk tulisan. Mungkin sindrom itu yang di alami Sir Arthur?

Kemungkinan lain, dia ingin menuliskan sesuatu, sesuatu yang canggih tapi dia belum mempelajari ilmu tersebut. Ada situasi seperti ini lo menciptakan karakter seorang penyelaman yang biasa berpetualang mengunjungi spot-spot menyelam yang sangat indah. Namun anda tidak tahu bahasa penyelamnya, anda tahu visual/bayangan dari keindahan dasar laut namun anda tidak tahu nama-nama biota lautnya. Mungkin itu pula yang dialami Sir Arthur, dia tahu Moriarty adalah seorang ahli matematik yang mengaplikasikan ilmu matematik dalam praktek kejahatan. Tapi karena ilmu itu terlalu rumit untuk dijabarkan dalam cerita fiksi yang dibaca kalangan umum maka dia membuangnya detailnya dari cerita dan mengalihkan pembaca kepada deskripsi Air Terjun Raksasa Reichenbach.

Syukurnya ide itu berhasil.

Sebuah Alegori, sang detektif Holmes berada di mulut jurang yang sangat dalam, dia tahu jika dia jatuh dia tidak akan kembali.

Dia tahu sehebat apapun dia, dia tidak akan selamat dari sana. Namun sang detektif harus mengambil keputusan, satu-satunya cara untuk menghentikan kejahatan adalah dengan mengunci tubuhnya dan jatuh bersama Moriarty.

Inti dari Reichenbach Fall adalah pengambilan sebuah keputusan yang sangat sulit, sebuah maut yang tak bisa dihindari, sebuah keputus-asaan bahwa semua yang memiliki awal pasti akan memiliki akhir. Tapi Arthur Conan Doyle tidak ingin akhir yang biasa-biasa saja, dia ingin sebuah akhir yang dramatis seperti seorang samurai yang memilih mati di penggal oleh lawannya daripada mati karena sakit di kamar tidur.

.  .  .

Ilustrasi : Big Reichenbach Fall - Karya Turner , sumber wikipedia.org

No comments:

Post a Comment