Friday, March 14, 2014

Alegori Reichenbach Fall ( IV )



Alegori Reichenbach Fall ( IV )
Sherlock Holmes: BBC One versus Hollywood
By Ftrohx


Sherlock Holmes sebenarnya hanya sebuah cerita biasa, tergantung siapa yang mengadaptasinya.

Ah, seperti halnya Batman, super-hero tanpa kekuataan super dengan simbol seperti kalelawar itu. Persis komiknya anda bisa bilang sangat culun, bedanya dengan Superman hanya warna sayapnya yang hitam dan topeng yang menutupi mukanya, tapi sama-sama pakai celana dalam diluar, bedanya dia pakai celana dalam warna gelap.

Tapi lihatlah saat dibuat versi the movie tahun 1989 oleh Tim Burton, dan Batman Begin tahun 2004 oleh Christopher Nolan. Mengubah image dari kartun culun menjadi kisah ksatria bertopeng yang epic.

Begitu juga dengan Holmes, banyak adaptasi Film maupun FTV dari Sherlock Holmes. Ada yang menjadikan Holmes sebagai detektif yang dekat dengan anak-anak. Ada yang menjadikan Holmes seorang psikopat yang serius, ada yang menjadikannya flamboyan seperti James Bond, dan ada yang menjadikannya karakter ganteng seperti Edward Cullen. Tapi saya tidak akan membahas semuanya karena yang saya tonton cuma dua saja, Holmes versi Robert Downey Jr. (Hollywood) dan Holmes versi Benedict Cumber (BBC One) Ah, ini pasti yang kalian tunggu?






Holmes versi Benedict Cumberbatch adalah adaptasi Holmes di dunia modern, Holmes adalah seorang pemuda eksentrik yang menciptakan pekerjaannya sendiri yaitu satu-satunya konsultan detektif (yang dia bilang paling orisinal di dunia.) Holmes di sini dia suka menggunakan handphone, dan dia punya ciri khas yaitu jurus Mind Palace, dimana dia menvisualisasikan semua hal/memori dari otaknya untuk menemukan petunjuk kasus kriminal. Dan tentu saja Sherlock Holmes tidak lengkap jika tanpa rivalnya James Moriarty.

Moriarty di versi BBC One adalah konsultan kriminal (versi kebalikan dari Holmes yang konsultan detektif.) Moriarty sama geniusnya dengan Holmes. Dia punya jaringan kejahatan sendiri, dan Moriarty juga sama mudanya dengan Holmes.

Moriarty punya ego yang tinggi, dia kadang menganggap dirinya terlalu genius dan mudah bosan dengan segala sesuatu. Kecuali Holmes yang katanya sebagai "The best distraction I ever have." Moriarty ahli dalam menduga apa yang akan terjadi, dan dugaannya selalu tepat. Sampai-sampai dia selalu berkata kepada Holmes "You're disappointed, Ah disappointed of you." Moriarty di sini emosional, dia ingin segala berlangsung cepat, dia ingin segalanya harus terjadi seperti apa yang dia inginkan.

Ok, langsung saja ke Reichenbach Fall.

Di versi BBC One, Reichenbach adalah lukisan Air Terjun Raksasa yang dibuat Turner pada tahun 1804 (seperti yang saya jelaskan di catatan sebelumnya.) Lukisan tesebut dicuri oleh Moriarty, dan Holmes merestorasinya kembali ke Museum.  Kasus lukisan Reichenbach membuat Holmes menjadi terkenal di media, terlebih setelah penangkapan Moriarty di Tower of London. Namun itu hanyalah awal dari sebuah tragedi.

Kasus selanjutnya muncul yaitu penculikan anak seorang duta besar. Lalu setelah anak itu ditemukan, anak itu berteriak trauma melihat wajah Holmes. Sang detektif pun dituduh sebagai penculik dari anak tersebut. Kasusnya menjadi terbalik Holmes dibuat oleh media massa sebagai karakter antagonis. Iya, seperti dalam cerita canonical karya Micheal Dibdin (di catatan saya sebelumnya.) sang jagoan diubah image-nya menjadi sang penjahat. Bahkan Watson pun bertanya-tanya apakah kasus-kasus yang dikerjakan oleh Holmes selama ini adalah palsu? Apakah Holmes tidak benar-benar sehebat itu? Di saat rekannya mulai ragu, secara tiba-tiba Scotland Yard datang ke Baker Street untuk menjemput Holmes dengan dakwaan penculikan tersebut. Tapi Holmes berhasil meloloskan diri, bersama dengan Watson dia mencari jurnalis yang menulis kisahnya (atau lebih tepatnya memfitnah dirinya) di media massa. Saat jurnalis tersebut ditemukan, di sana dia juga menemukan Moriarty. Sang Jurnalis bilang bahwa Moriarty berada di sini untuk mengakui bahwa dirinya hanyalah seorang aktor theater yang dibayar oleh Holmes sebagai Moriarty, nama aslinya adalah Richard Brook.  Holmes sangat marah, semua kisahnya diputarbalikan oleh Moriarty. Semua kenyataan yang dihadapinya selama ini seolah menjadi sebuah cerita fiksi yang palsu pula.

Klimaks pun sampai saat Watson sedang berada di laboratorium nya Molly dan mendapati sms bahwa Mrs. Hudson sekarat karena di serang oleh seseorang. Tapi Holmes tidak beranjak,dia punya pekerjaan lain yang harus diselesaikan sendirian. Tak lama setelah Watson pergi sebuah pesan dari Moriarty muncul di layar handphone-nya, untuk bertemu di atap Rumah Sakit.

Siang itu mereka bertemu, berbeda dengan versi-versi sebelumnya dari Sherlock, adegan Reichenbach selalu menggunakan suasana dramatis. Kalau tidak gemuruh air terjun pasti kilitan-kilitan petir yang bertautan dengan suara diikuti suara seperti hujan bom. Tapi di Sherlock versi BBC One, klimaks-nya dibuka dengan soundtrack 'Staying Alive' - The Bee Gees dari handphone James Moriarty, seumur hidup saya nggak pernah kepikiran Moriarty si Raja dunia hitam London suka mendengarkan lagu Bee Gees?? Suasana langit-nya cerah, tidak seperti yang sebelum-sebelumnya yang kelam dan dramatis, mereka juga tidak berdiri di mulut jurang air terjun raksasa melainkan di atap rumah sakit.

Lalu eksekusinya pun di mulai, semua begitu sederhana. Tidak ada teka-teki yang rumit, ngapain memikirkan yang rumit, karena semua orang sudah berpikir rumit. Holmes juga berpikir terlalu tinggi dengan teori-teorinya. Dan Moriarty pun ngamuk berteriak di wajah Holmes "Dasar GOBLOK, tidak ada kunci, tidak ada kode yang mengubah dunia."

"Lalu bagaimana kau..." ucap Holmes.

"Perampokan biasa!" potong Moriarty, "Yang elo butuhkan cuma seorang partisipan." Secara visual semuanya pun terjelaskan; bagaimana dia bisa membobol Tower of London, Bank of England, dan Pentoville Prison dalam waktu yang bersamaan. Setelah penjelasan itu, Moriarty pun memaksa Holmes untuk bunuh diri. Karena jika tidak dia (tepatnya para pembunuh bayarannya) akan membunuh Watson, Mrs Hudson, dan Inspektur Lestrade sekaligus.

Holmes pun bernegosiasi dengan Moriarty, dia akan melakukan apapun untuk membebaskan teman-temannya. Iya, Moriarty pun bilang bahwa dia dan Holmes itu mirip dalam banyak hal. Dia bisa mengambil keputusan apapun yang mustahil orang lain lakukan. Moriarty pun menjabat tangan Holmes, "Jika gue tetap hidup, lo punya kemungkinan untuk menyelamatkan teman-teman elo." Dan tiba-tiba tangan kirinya mengeluarkan pistol dan BOOM!!!

Moriarty membunuh dirinya sendiri.

Lalu endingnya Holmes dengan sangat terpaksa melakukan tindakan bunuh diri dengan melompat dari atap rumah sakit, setelah sebelumnya menelpon Watson dan memintanya memberitahu seluruh dunia bahwa dirinya adalah detektif palsu. Mungkin bagi penonton lain / penonton awam, mereka akan bilang 'Wah kreatif banget' atau 'Inovatif, akhir yang tidak terduga.' Tapi bagi saya ini sama klasik-nya dengan novel Seven Percent Solution (1974) dari Nicholas Meyer dan novel Fight Club (1995) dari Chuck Palahniuk (yang telah saya jelaskan di catatan sebelumnya.)

Apakah berhasil? Iya menurut saya cukup berhasil, sutradara dan penulisnya sukses membuat alur yang cepat. Dan tidak ribet, tentunya dengan penjelasan-penjelasan Holmes mudah dicerna oleh orang awam. Sayangnya di versi modern ini Moriarty tidak spektakuler seperti yang versi asli Arthur Conan Doyle, Iya Moriarty hanyalah penjahat biasa yang cukup pintar untuk mengelabui penonton awam, cukup untuk memberi kejutan yang tidak terduga tapi tidak se-spektakuler.

. . .


Lalu bagaimana dengan Sherlock Holmes dan James Moriarty versi Hollywood? Yang diperankan oleh Robert Downey Jr. dan Jared Harris.




Ah, serius sebenarnya film ini tidak layak untuk di tonton di bioskop, kenapa? Karena klimaks-nya terlalu rumit untuk orang awam. Orang awam seperti saya harus nonton berkali-kali untuk mengerti apa yang terjadi dalam pertarungan mental antara Sherlock Holmes dan James Moriarty di tepi jurang Reichenbach Fall.

Jika saya boleh bilang; Inilah yang seharusnya terjadi pada Sherlock Holmes (1894) Final Problem, inilah pertarungan yang seharusnya dituliskan oleh Sir Arthur Conan Doyle. Yang sayangnya mungkin ide nya belum sampai ke sana. Atau jika saya analogikan Sherlock Holmes: Final Problem (1894) ibarat film Batman (1989) karya Tim Burton, sedangkan Sherlock Holmes: Game of Shadow (2011) karya Guy Ritchie ibarat Dark Knight (2008) karya Christopher Nolan. Nah loh rada ribet penjelasan saya. Atau sederhana-nya James Moriarty versi Arthur Conan Doyle adalah Joker (1989) yang diperankan Jack Nicholson, sedangkan Moriarty versi Guy Ritchie adalah Joker (2008) yang diperankan Heater Ledger. 

Saya tidak ingin membahas panjang lebar tentang film-nya, langsung saja saat Sherlock sudah sampai di Reichenbach Fall.

Reichenbach adalah sebuah Villa elit di pegunungan Alpen Swiss, dengan pemandangan air terjun raksasa di bawahnya. Di sana diadakan sebuah Gala dinner, sebuah pesta para bangsawan dan elit penguasa dari seluruh penjuru Eropa. Kata Holmes "Jika terjadi kesalahan atau konflik kecil saja di sini, bisa menyebabkan Perang Dunia I" Dan di sana tujuan Moriarty adalah untuk menciptakan perang tersebut, perang dalam skala industri. Karena Moriarty sendiri di sini adalah Pengusaha besar industri senjata api yang menguasai jaringan persenjataan di seluruh Eropa. Dengan terjadi perang besar dia bisa mengeruk keuntungan yang juga lebih besar, begitu motivasinya.

Di sana seseorang pembunuh bayaran dari Jerman menyamar menjadi seorang duta besar. Namun Holmes tidak bisa menghentikannya karena sang detektif sendiri harus bertarung dan menghentikan Moriarty, kepala dari semua kejahatan saat itu juga. Jadi masalah pembunuh yang menyamar di antara para duta besar dia serahkan pada Watson dan seorang temannya.

Sementara itu di beranda Villa yang berhadapan langsung dengan Air Terjun Raksasa 'Reichenbach' Holmes mengkonfrontasi Moriarty dalam permainannya. Sebuah permainan catur yang akan menyelesaikan semuanya.

Mirip dengan skenario Final Problem, hanya saja sambil memindahkan bidak-bidak catur. Holmes dan Moriarty membuka kartu masing-masing, mereka mengungkap strategi untuk menghentikan lawan-lawannya. Holmes punya dua bishop yang sedang bekerja di dalam Villa yaitu Dr. Watson dan rekannya, begitupula dengan Moriarty yaitu Col. Moran dan rekannya yang menyamar. Adegan dari permainan catur metafora dari konflik yang terjadi di dalam Villa. Namun Dr. Watson berhasil menghentikan percobaan pembunuhan duta besar tersebut, tapi sang pelaku sebelum di bawa keluar tiba-tiba dia ditembak oleh Col. Moran.

Lalu Moriarty berkata bahwa Holmes kehilangan bidak catur yang sangat penting, namun sang detektif menjawab terkadang dibutuhkan pengorbanan untuk memenangkan sebuah permainan. Namun Moriarty sudah tidak berminat lagi bermain catur, dia sudah menang, dia mengatakan bahkan telegram yang dikirim Holmes ke badan Intelijen Inggris tidak menghentikan langkahnya berada di sini. Semua sudah dia kendalikan.

Moriarty pun beranjak meninggalkan Holmes.

Tapi sang detektif menghentikan kaki sang Raja kriminal. Tanpa menggerakan bidak catur yang ada di meja, Holmes menyebutkan langkah-langkah bidak selanjutnya. Holmes pun mengungkap apa yang telah dia lakukan. Bahkan orang sebesar Moriarty pun bisa memiliki kelemahan, kerajaan kriminalnya yang begitu besar tidak mampu dia pikirkan sendiri, dia butuh catatan untuk mengawasi harta dan perbendaharaannya. Dan Holmes melihat catatan itu dalam penyelidikan-penyelidikan awal terhadap Moriarty, sebuah note kecil dengan sampul merah yang mencatat semua rekening dan kotak deposito Moriarty.  Di saat lengah, Holmes mengambil note merah itu. Dia pun berhasil mengirimnya ke Scotland Yard, dan kepolisian pun berhasil membekukan harta-harta Moriarty yang ada di London.

Hanya ada satu solusi untuk permasalahan ini, Moriarty harus membunuh Holmes sekarang.

Dalam benak Holmes dia mengantisipasi apa yang akan terjadi, dia melihat tindak Moriarty selanjutnya. Ke mana arah pukulannya, apa yang bisa dia lakukan dengan hanya satu tangan karena bahu-nya terluka akibat pertarungan sebelumnya. Tapi Moriarty juga memiliki kemampuan itu melihat apa yang terjadi di masa depan, jadi meski belum ada yang mengambil langkah tapi dalam pikiran masing-masing mereka telah bertarung. Dan Holmes telah kalah, karena bahu sebelah kanan-nya yang masih terluka parah. Sang detektif melihat sendiri jasadnya yang jatuh ke dasar jurang. Tapi itu hanya ada dipikiran, kenyataannya masih ada satu solusi yang bisa dia lakukan untuk menghentikan Moriarty. Di saat lengah akibat abu rokok yang ditiupnya ke muka Moriarty, Holmes langsung mengapit lengahnya ke tubuh Raja dunia hitam. Dia menguncinya, dan pintu pun terbuka. Watson sudah terlambat, dia melihat sahabatnya yang jatuh bersama dengan Moriarty ke Air Terjun Raksasa Reichenbach. 
.  .  .

Ok, kalau dibandingkan. Kedua film Holmes ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Reichenbach Fall versi Hollywood, alurnya lebih rumit dan ada beberapa scene yang terlihat lambat. Iya pekerjaan detektif memang selalu lambat dan membosankan. Tapi dia punya unsur-unsur yang layak sebagai film action, puncak pertarungan kepalan tinju antara Holmes dan Moriarty hingga akhirnya mereka jatuh bersama-sama ke dalam jurang.

Sedangkan BBC One, Adegan klimask-nya berlangsung lebih cepat, mulai dari konfrontasi, negosiasi, sampai dengan aksi bunuh diri. Ini membuat penonton terus melek dan tidak menguap saat menonton. Tapi kekurangannya, plot kriminal dari Moriarty terlalu sederhana, dan endingnya tidak ada pertarung fisik yang menjadikan film ini hanyalah sebuah drama.

Kesimpulan:
No offensse dari dulu sampai sekarang saya masih memlih Robert Downey Jr. sebagai Sherlock Holmes terbaik dekade ini ! Hihihihi...

.  .  .


Ilustrasi :
Sherlock BBC One , sumber networkknowledge.tv
Sherlock - Robert Downey Jr. , sumber bakerstreet wikia.com


No comments:

Post a Comment