Thursday, March 13, 2014

Alegori Reichenbach Fall ( III )




Alegori Reichenbach Fall ( III )
By Ftrohx


Menurut saya akan lebih asik jika Sherlock Holmes tamat cukup di Final Problem (1894) daripada harus dilanjutkan sampai Return of Sherlock Holmes: Kasus Empty House (1905) apalagi sampai ke His Last Bow (1917)

Cukup berakhir di Final Problem maka dia sudah sukses menjadi legenda.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, sebuah ketidaktahuan menciptakan misteri, sebuah misteri menciptakan fantasi, dan tentu saja orang-orang lebih suka berfantasi daripada mengetahui sebuah kebenaran yang membosankan.

Bayangkan saja semua berakhir di Air Terjun Raksasa itu, tanpa ada petunjuk kecuali jejak kaki Holmes dan orang kedua yang menghilang di mulut jurang Reichenbach?

Apa yang bisa terjadi dengan informasi yang hanya sedikit? Asumsi-asumsi Dr. Watson belum tentu benar. Mungkin bisa jadi kita punya hipotesis-hipotesis yang jauh lebih baik dan lebih mendekati kebenaran daripada Dr. Watson?

Fakta bahwa seumur hidup di versi asli Sherlock Holmes dari Sir Arthur Conan Doyle, Watson tidak pernah melihat seperti apa wujud fisik dari Profesor Moriarty. Dia tidak pernah bertemu apalagi berkonfrontasi secara langsung dengan sang Raja dunia hitam, kecuali hanya dari narasi-narasi Holmes yang ambigu itu.

Bagaimana jika selama ini Profesor Moriarty tidak pernah ada? Bagaimana jika Sherlock Holmes hanya mengarang saja untuk membuat takjub Watson dan kepolisian di London? Atau yang lebih parah lagi "Bagaimana jika Moriarty adalah kepribadian ganda dari Sherlock Holmes?" Tentu saja kita tidak bisa mengambil kesimpulan dari sekedar asumsi, tapi faktanya bahwa selama ini Holmes tidak pernah bekerja sendirian. Sherlock Holmes punya jaringan yang terkenal yaitu Baker Street Irreguler alias Homeless Network.

Dengan Baker Street Irreguler, Holmes punya cukup pasukan. Dia punya banyak loyalis, dia punya banyak pengikut, dia punya banyak murid. Anak-anak muda yang menggelandang di jalan dia didik menjadi pasukan informan yang setara dengan para agen MI6 United Kingdom.

Syukurnya Sir Arthur Conan Doyle tidak memikirkan sampai sejauh itu.

Meski begitu seorang penulis dari Portland Oregon - Chuck Palahniuk, mengetahui fakta-fakta ini dan mengubahnya. Bagaimana jika musuh terbesar si jagoan selama ini adalah dirinya sendiri. Bagaimana jika Moriarty itu tidak pernah ada tapi dia berkhayal bahwa Moriarty ada. Lalu untuk membunuh Moriarty dia harus membunuh dirinya sendiri. Tentu saja dengan cara yang spektakuler, jatuh dari ketinggian, jatuh dari langit tertinggi di Eropa yaitu Reichenbach Fall.

Tentu saja, Reichenbach Fall-nya alegori. Air Terjun Raksasa itu bisa diganti dengan gedung pencakar langit yang merupakan tempat strategis bagi perekonomian sebuah negara. Deru air itu bisa diganti dengan api dari ledakan nitrogliserin, dan mati dengan jatuh dari ketinggian bisa diganti dengan meledakan kepala sendiri pakai revolver 9mm. Dan Baker Street Irreguler berganti nama jadi Klub Petarung (alias Fight Club)

Bukan-bukan, itu bukan ide awalnya Chuck Palahniuk, yang menemukan ide ini adalah Micheal Dibdin seorang penulis asal Irlandia yang membuat novel Canocial (atau kalau kata anak jaman sekarang Fan fiction) yang berjudul The Last Sherlock Holmes (1979) dua dekade sebelum Fight Club, sayangnya si Dibdin ini tidak sukses tentu saja karena dia memakai nama yang sama Holmes coba diganti nama lain? Berkisah tentang kasus terakhir Sherlock Holmes yang memburu Jack the Ripper yang ternyata merupakan Prof. Moriarty, lalu di kasih twist lagi bahwa Moriarty itu tidak ada yang ada hanyalah Sherlock, Moriarty adalah sisi gelap dari sang detektif yang menguasai dirinya dan dunia hitam London. Apa yang harus dia lakukan? Tentu saja untuk membunuh Moriarty, Holmes harus bunuh diri. Bagaimana dia bunuh diri? Yang dramatis iya melompat dari Reichenbach Fall. Sayangnya novel tahun 1979 ini tidak sukses, semua orang (para fans Holmes) tidak suka sang detektif berakhir dengan menyedihkan ! Hahahaha... Coba karakter Holmes diganti menjadi junkiez modern bernama Tyler Durden. Tentu saja Chuck Palahniuk sukses dengan itu, sampai-sampai Brad Pitt dan Edward Norton bermain dalam versi adaptasi filmnya.

Kembali lagi ke masalah 'Final Problem' beda dengan kasus-kasus Holmes yang lain. Hampir 90% kasus yang ditangani Sherlock Holmes adalah domestic violence, beberapa ada masalah penipuan dan perampokan. Tapi tidak sebesar begitu memasuki kisah Final Problem, Empty House, dan Valley of Fear. Di mana kasusnya seolah begitu besar, masalah genting sebuah negara meski tidak di deskripsikan detail apa masalah yang penting itu?





Bagaimana jika Sherlock Holmes bukan detektif super, dia hanya seorang detektif biasa, dia hanya seorang 'Jack of all trader' seorang penggangguran tapi cukup pintar untuk membereskan sebuah masalah kriminal. Holmes adalah Junkies yang frustasi selama berbulan-bulan dia tidak mendapatkan klien, dia pun kecanduan Cocain, hingga dengan sangat terpaksa menghilang dari kehidupan sosial kota London. Final Problem dan Empty House dibuat oleh Watson untuk menutupi Aib Sherlock Holmes, sahabatnya yang jatuh dalam dunia narkoba yang ironisnya selama ini dia buru. Lalu kemana Holmes menghilang selama 3 tahun itu? Dalam novel 'Seven Percent Solution' Nicholas Meyer dia membuat Holmes menjalani terapi anti-narkoba selama 3 tahun menghilang bersama dengan Dr. Sigmund Freud (buset dah, mungkin terdengar agak maksa). Lalu bagaimana dengan Professor Moriarty? Karena Sherlock Holmes cuma detektif swasta biasa dengan segala kesusahan hidupnya, berarti Moriarty juga cuma orang biasa, dia adalah guru Matematik yang galak di Sekolahnya Holmes dulu. Namun karena Holmes pernah mengalami trauma sewaktu kecil yaitu kedua orang tuanya yang terbunuh, dan saat kisah Final Problem di tulis Holmes sedang kecanduan Narkoba, Maka dia berkhayal bahwa orang tuanya tewas terbunuh oleh Moriarty sang Raja dunia hitam. Masuk akal juga sih, karena gw sendiri juga kenal teman penulis yang berlebihan bercerita tentang temannya yang hebat lah, yang inilah yang itulah, padahal temannya cuma seorang bocah biasa. Hanya saja diceritakan secara lebay.

Lalu bagaimana dengan Reichenbach Fall? Jika Moriarty hanyalah seorang guru SD maka Reichenbach Fall cuma photo/gambar di koran mengenai sebuah lukisan yang sedang di pamerkan di Museum London. Atau mungkin Reichenbach Fall hanyalah alegori, bagaimana Holmes bertarung melawan kecanduannya terhadap Narkoba.

.  .  .

Ilustrasi : Cover novel Seven Percent Solution , sumber wikipedia.org

No comments:

Post a Comment