Ost. Sayap pelindungmu - The Overtunes
By Ftrohx
Terlihat dua katana berwarna perak saling menyilang dan menusuk di antara tetesan hujan yang jatuh perlahan. Gambar menyajikan dedaunan hijau, dan butiran air yang jatuh secara lambat hingga menyentuh aspal.
Tubuh seorang pemuda jatuh perlahan, dia melayang vertikal dengan kepala menuju ke bawah. Lalu gambar berganti, di bawah langit yang cerah, terlihat seorang pemuda berdiri dengan tangan kanannya menggenggam keras bahu kirinya yang berdarah, matanya memandang lurus ke kamera seolah berharap seseorang yang telah pergi datang kembali.
Saat kau jatuh, lukai hati
Dimanapun itu I'll find you
Berpindah kembali ke hujan, kamera menyorot ke bawah, terdapat genangan air, dan di sana berlutut seorang gadis cantik. Dia menundukkan kepala, ekspresi wajahnya terlihat seperti menangis. Kamera menyorot gagang pedang yang digenggamnya, yang tenggelam dalam genangan air hujan.
Gambar berpindah ke atap sekolah, ke langit cerah, ada seorang pemuda tampan yang berdiri di tepiannya. Dia tersenyum dengan tangan terbuka seperti merpati yang ingin terbang. Kamera menyorot lorong sekolah yang panjang dan gelap, si gadis cantik berdiri di sana sendirian. Kamera terus mendekatinya, terus mengamati wajahnya yang sendu. Di antara kegelapan, terlihat tangan seorang wanita, tangan itu terus naik, dia seolah berusaha untuk menggapai cahaya.
Saat kau lemah, dan tak berdaya
Lihat diriku, untukmu
Kemudian di sebuah pemakaman, mereka berkumpul, si gadis melihat dari jauh di ujung sana, sementara teman-teman yang lain berada di sisi makam, mereka menabur bunga, lalu di saat semua telah pergi si gadis baru mendekati makam itu.
Kamera menyorot dari atas, terlihat dua orang yang saling memunggungi, dan secara tiba-tiba salah satunya jatuh ambruk ke tanah. Terlihat seorang gadis tidur dengan menundukan kepala di atas meja kelasnya, kemudian kamera menyorot dari arah samping, terlihat tangannya yang menyilang, lalu dari bawah si gadis menangis seunggukan dengan tangannya yang mencengkram keras mejanya.
Kapanpun mimpi terasa jauh, oh ingatlah sesuatu
Kuakan selalu jadi sayap pelindungmu
Si anakmuda tersenyum di ujung jalan di bawah sinar lampu jingga dan butiran hujan. Kamera menyorot tangan putih si gadis cantik, dia ingin menggapai sesuatu namun gambar itu pudar dan berganti menyorot tetesan hujan yang jatuh ke pot bunga. Potongan gambar berganti, memperlihatkan punggung si pemuda seolah ada bayangan dua sayap putih di sana. Dia berdiri di tepi gedung, menatap ke bawah seperti penerjun lompat indah. Kamera menyoroti gedung sekolahnya yang memajang, jendela-jendela kaca, dan lorong seperti sebuah SMA di Jepang.
Saat duniamu mulai pudar, dan kau merasa hilang
kuakan selalu jadi sayap pelindungmu
Kamera menyorot dari atas, si gadis cantik dan si pemuda saling berhadapan. Masing-masing menggenggam katana, hujan membasahi tubuh mereka dan jatuh dengan begitu lambat. Jarak mereka hanya satu kaki, dan mereka saling berhadapan dengan posisi katana siap menebas. Mereka pun bergerak ke depan dengan pedang yang beradu menyilang. Wajah sepasang kekasih ini begitu dekat seolah nafas mereka menyatuh, hanya dibatasi oleh pedang perak yang saling menyilang.
Saat kau takut, Ooo... dan tersesat
dimanapun itu I'll find you
Airmatamu takkan terjatuh, lihat diriku untukmu
Si gadis didesak oleh lawan yang jauh lebih besar darinya, lawannya menggunakan pedang ganda, dia bergerak seperti gerombolan serigala yang menerjang rusa, Pedang itu terus mengalir deras seperti tarian kipas, seperti melodi yang mengalun sangat cepat. Si gadis terus terdesak mundur dan lawannya terus menyerang dengan akrobatik. Si pemuda dan si gadis berada di atap, mereka mengenakan seragam sekolah, di bawah sinar matahari, mereka tertawa begitu bahagia seolah tidak pernah ada yang lebih bahagia daripada momen-momen itu.
Kapanpun mimpi terasa jauh
Oh ingatlah sesuatu, kuakan selalu jadi sayap pelindungmu
Terjadi sebuah pertarungan yang sangat cepat, si pemuda berhadapan dengan tiga orang lawan, mereka saling menyilangkan tebasan, si pemuda dengan cepat melewati mereka seperti seorang Ace dalam permainan basket. Kamera menyorot sebuah tangan yang memutar pedang searah dengan jarum jam. Di sebuah sore yang kelabu, terlihat sebuah rumah berlantai dua dengan gaya klasik Eropa. Si gadis sedang berdiri di tepat di depannya, melihat ke pintu yang terbuka, lalu secara tiba-tiba rumah itu runtuh, hancur seperti gedung yang dirobohkan dengan bom di pilar-pilarnya. Runtuhnya begitu perlahan dan dramatis. Seolah penonton bisa merasakan rasa sakit dari si gadis.
Saat duniamu mulai pudar, dan kau merasa hilang
Kuakan selalu jadi sayap pelindungmu
Huuuu... yeah Ooo...
Di sore yang cerah, terlihat punggung si pemuda, dia berjalan bersama dua orang temannya yang juga berseragam SMA. Kemudian dia berbalik badan, dia mengacungkan jempolnya, dan tersenyum seolah dia tersenyum pada seorang gadis yang dia puja di seluruh dunia. Gambar lalu berganti, memperlihatkan sebuah teh hangat yang dituangkan dari teko putih ke gelas bambu warna hjau. Kamera menyorot wajah si gadis yang tersenyum seolah dia berkata terima kasih pada pemuda yang menuangkannya teh, seolah momen itu sangat-sangat berharga, sebuah ingatan kebahagian sederhana yang tidak terlupakan.
Kamera berputar menyorot dari sisi kanan ke kiri, terlihat seorang gadis berrambut pirang bergelombang, dia mengenakan baju putih dibalut jaket hitam, dia duduk bersandar pada seekor harimau dengan sebuah katana yang tegak di bahunya. Di siang hari, kamera menyorot lorong sekolah, terlihat seorang pemuda berambut cepak dengan toya di bahunya, lalu menyorot seorang pemuda tampan berwajah bule yang sedang tersenyum, lalu menyorot pemuda berbadan tinggi dengan seragam basket, seolah mereka semua memberi salam pada seorang gadis cantik yang berjalan di sana.
Walau kau tak sanggup, kutakkan menyerah
Kuada untukmu, kapanpun mimpi terasa jauh
Oh ingatlah sesuatu, kuakan selalu jadi sayap pelindungmu
Si pemuda melihat langit yang cerah, dia menunjuk ke awan, terlihat dia begitu antusias saat berbicara tentang langit, dan tentang mimpi-mimpinya pada gadis cantik di samping, Seolah mimpi-mimpinya dan kebahagian adalah tentang dia.
Terlihat sebuah ruangan putih yang luas, si pemuda sendirian dia bergerak dari satu sisi ke sisi lain, dia menebaskan keras pedangnya, tubuhnya meliuk-liuk, seolah menghadapi lawan yang tidak terlihat. Wajahnya basah oleh keringat, dan dahinya berkerut. Mukanya seperti orang yang sangat marah, dan ingin meledak, lalu saat dia menebaskan keras pedangnya pada udara, dia mengakhirnya dengan berlutut di lantai dan menangis.
Layar memperlihatkan bebatuan kecil yang ada di pinggir kolam, di sana terlihat tangan yang mengambil pedang yang patah. Gambar memperlihatkan si gadis dia berdiri di tepian gedung, di memasang posisi kuda-kuda untuk menyerang dengan katana tepat di genggaman tangannya, tubuhnya menutupi matahari, dan dari punggungnya seolah ada bayangan dari enam sayap terkembang.
Saat duniamu mulai pudar, dan kau merasa menghilang
Kuakan selalu jadi sayap pelindungmu
Kuakan selalu jadi sayap pelindungmu
Si pemuda dan si gadis saling menebaskan Katana-nya, dua pedang itu saling menyilang, mereka beradu, dan mereka melepaskan, mereka menylangkan pedang lagi dan lagi, mereka bertarung seperti dua penari ballet Angsa Hitam dan Angsa Putih. Dalam gerak lambat di pemuda melompat, dia mengambang di udara, dia tersenyum seolah dia bisa terbang untuk sekian detik, dan itulah yang membuatnya sangat bahagia lebih bahagia daripada Peterpan dan bubuk peri-nya.
Si pemuda berlutut di lantai, sebuah luka panjang menyilang merah di baju putihnya, wajahnya tertunduk seperti orang sudah kalah telak, lalu lawan yang ada di hadapannya, menepuk pelan bahunya dengan mata pedang, perlahan besi tajam itu mengarah ke lehernya, seolah besi itu berbicara ke penonton bahwa nyawa si protagonis sebentar lagi akan berakhir. Kemudian terlihat dari samping, si pemuda menegakkan kepala, dia menatap lawannya, dia menggenggam besi tajam itu. Lalu berteriak melawannya.
Terlihat seorang laki-laki keluar dari mobilnya, dia berjalan memasuki gerbang sekolah, terus berjalan memandangi gedungnya, kamera menyoroti tiap jendela, setiap sudutnya lorong-lorongnya, kemudian berbalik kedua orang lelaki yang berbincang akrab seolah telah puluhan tahun tidak bertemu. Mereka bernostalgia tentang masa-masa mudanya dahulu, mereka bercakap-cakap tentang keluarga dan apa yang mereka hadapi sekarang. Si lelaki berjalan keluar bersama sahabatnya, di depan parkiran mobil terlihat seorang wanita yang menggendong bayi dan dia tersenyum.
. . .
Nb: Ini cerita paling delusional yang gw buat bulan ini !
ReplyDelete#Gomenasai